Ketika 'Kegalakan' Berbayar

Wahyu Agung Prihartanto
Saya karyawan Pelindo III, Pendidikan Master Marine PIP Semarang, Pengamat & Penulis Kepelabuhanan & Sosial
Konten dari Pengguna
17 November 2021 18:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyu Agung Prihartanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Foto Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto Pribadi.
ADVERTISEMENT
Sebutlah Blondy, kucing persia pemberian seorang teman mem-bully-ku. Dengan mata nanar, hidung plendas-plendus, mulut sungut-sungut, dan jari tengah kaki kanan depan mengangkat seolah memberi isyarat “F*ck you.” Dari dalam box terbuka seperempat, ia menyinyir menyaksikan ekspresi wajah saya saat membaca slip tagihan grooming atas nama Tn. Blondy. Di slip, tertagih ongkos Rp 60.000 (galak) dan Rp 40.000 (daily).
ADVERTISEMENT
Jadi kalau dihitung-hitung ongkos kegalakan lebih mahal dari kebaikan. Itu baru 1 petshop, tempat lain bisa lebih mahal, dan sepertinya kalau lebih murah tidak mungkin. Bagaimana kalau yang galak istri kita atau bos kita? Masak mereka mesti bayar pajak kegalakan. Timbul pertanyaan, apakah selama ini saya kurang mendidiknya? Saya akui, memang selama pandemi kemarin saya kurang menaruh perhatian kasih sayang kepada Blondy.
Sejujurnya Blondy ini kalau di rumah cenderung pendiam, bahkan depresi. Tapi saya sangat memahami kondisi ini karena di antara seangkatannya tinggal dia yang belum memiliki keturunan. Sedangkan Moci, betinanya setiap hari setia mendampingi sekandang. Sempat terbersit apakah perlu saya kawinkan dengan kucing yang lain, Seli namanya, tapi niat ini saya urungkan karena Seli masih terlalu muda, dan saya khawatir dituduh memprakarsai kawin paksa.
ADVERTISEMENT
Kalau Weni, ini kucing perempuan blasteran Thailand, dan orang menyebutnya kucing siam. Selain masih muda cantik, Weni masih kepengin berkarier di dunia keartisan, sepertinya dia belum memikirkan kawin. Lagi-lagi Blondy harus bersabar melihat fenomena ini, maka sangat wajar kalau dia menderita depresi akut. Kondisi kejiwaan Blondy baru saya sadari sedari kejadian di petshop.
Lain Blondy lain Jacky, kucing kampung yang tinggal serumah dengan saya di luar kota. Saya pelihara sejak bayi karena ditelantarkan oleh ibunya, kalau bapaknya tidak terlalu saya risaukan karena tradisi kucing cowok selepas betinanya melahirkan terus ditinggalkan. Dalam ketelantarannya, Jacky yang masih lemah saya temukan tidur sendirian di atas ban mobil, dan hanya beratap spakbor. Meskipun saya lebih galak dibanding Jacky, tapi ia tidak menuntut pajak galak ke saya, dan tetap setia menemani hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Saat saya masih sering bertemu Blondy delapan bulan lalu, ia paling suka dielus atau diusap, meskipun kalau diusap ekornya, birahinya seketika datang. Dan, ketika yang melakukan sentuhan orang asing, maka ia akan berontak dan menebar ancaman. Reaksi spontan sang kucing menyakar atau menggigit orang yang menyentuhnya. Bisa jadi, hal ini menjadi dasar kenapa kucing menjadi galak.
Sekali-kali kucing juga perlu diajak jalan-jalan ke halaman rumah. Dengan begitu kucing lebih mengenal lingkungan, orang-orang sekitarnya, bahkan berkenalan dengan hewan peliharaan lainnya jika ada. Sejauh itu Blondy dan seluruh keluarganya menjadi penurut dan patuh dengan kita.
Sangat masuk akal, kalau ada kucing tidak mau disentuh oleh orang lain, selain pemiliknya. Kemungkinan ketika Blondy di-grooming di petshop, ia berontak dan alatnya melukai kukunya atau menimbulkan rasa sakit, sehingga ia mengalami trauma. Karena itu, ia akan menjadi galak ketika ingin disentuh.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begini, kucing perlu direhabilitasi sehingga sikapnya berubah sedikit demi sedikit.
Satu kebiasaan buruk pada Jacky. Ia sering naik ke meja makan, karena saya butuh teman sehingga sering kali saya biarkan ketidaksopanan itu. Karena kejadian berulang, Jacky merasa yang dilakukan benar adanya. Intinya pemilik kucing selalu mengikuti apa kemauan kucingnya.
Rasanya hal ini juga kurang baik bagi perkembangan kejiwaan Jacky. Ketika kucing berbuat salah, pemilik tidak memberikan hukuman atau peringatan sehingga kucing merasa menjadi kepala kawanan atau pemimpin kawanan. Ini membuat ia jadi sulit diperintah.
Situasi paling sulit, ketika Blondy sakit pada dubur sehingga sulit buang air besar dan kecil. Saat itu terlihat sangat agresif dan tidak bersahabat karena menahan sakit. Setelah tanya sana-sini, akhirnya Blondy sempat opname beberapa hari di puskescing (Pusat Kesehatan Kucing) milik seorang dokter hewan di dekat rumah kami. Insting alami semua makhluk hidup, ketika sakit, kucing akan berusaha melawan saat ada orang asing mendekat.
ADVERTISEMENT
Belajar dari kisah nyata Blondy kucingku, dapat menimpa pada kucing-kucing lainnya, anjing, kerbau, sapi, gajah, harimau, bahkan seluruh makhluk hidup lainnya. Mereka butuh perhatian, perlu empathy, dan semacam legal standing. Pemasangan kalung di leher kucing peliharaan sebagai penanda bahwa ada yang melindungi.
Efek pelukan karyawan petshop oleh Blondy, adalah bukti kurang kasih sayang yang dirasakan Blondy dari pemiliknya. Meskipun saya tidak melukai secara langsung, tapi dampak hukumnya ditanggung oleh saya sebagai pengampunya. Ongkos grooming galak yang harus saya bayar tidak akan pernah sebanding dengan tergerusnya kasih sayang kita kepada mereka.
Salam kasih sayang sesama makhluk hidup.
Wahyu Agung Prihartanto, Penulis dari Sidoarjo.