BUMDesa Poncosari Mengelola Sampah Menjadi Harta Karun

Maulana Wahyu
mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Konten dari Pengguna
30 November 2022 22:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulana Wahyu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret petugas BUMdes melakukan piket keliling mengambil sampah milik warga (sumber: dokumentasi BUMdes).
zoom-in-whitePerbesar
Potret petugas BUMdes melakukan piket keliling mengambil sampah milik warga (sumber: dokumentasi BUMdes).
ADVERTISEMENT
Jika dilihat sesaat, tidak ada yang menarik dari benda berbau tajam itu. Benda yang sangat identik dengan tempat kumuh. Sebagian orang bahkan enggan untuk melihatnya. Dibuang dan dijauhi sudah menjadi nasib.
ADVERTISEMENT
Namun dibalik rupa yang buruk, beberapa barang berharga dapat ditemukan dalam tumpukannya. Tidak lagi berguna bagi pemilik lama, bukan berarti mengurangi nilai yang ia miliki. Benda itu tentu saja sampah. Terkadang beberapa harta karun memang dapat ditemui dari ruang-ruang sederhana. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mukti Lestari adalah salah satunya. Dari kejauhan, bangunan biru di tengah sawah itu berdiri dengan kokoh. Suasana pagi pedesaan begitu terasa ketika sampai di depan gerbang tempat pembuangan sampah itu, Sabtu (12/7 ). Beberapa warga Desa Poncosari, Srandakan, Bantul memulai aktivitas mereka, sama halnya dengan Aminah dan Riefkiana Saputri yang sudah bekerja dalam lokasi pemilahan sampah.
Tidak, lokasi ini bukan seperti Tempat Pembuangan Sampah (TPS) pada umumnya. Suasana pedesaan terasa begitu kental. Ditemani dengan aroma sampah, tanah lempung, dan angin yang kencang, cukup menjadi ucapan selamat datang. Selain sapaan hangat dari dua perempuan yang masih mempersiapkan diri.
ADVERTISEMENT
Melihat sekeliling sampah di sini dikelola dengan cukup tertata, tidak ada tumpukan yang dibiarkan berserakan begitu saja. Bahkan, sampah sudah dikelompokkan secara rapi di sudut bangunan dengan ember putih dan liri (kresek putih berbahan plastik yang dianyam) berdasarkan jenisnya masing-masing. Botol dan gelas plastik, mika serta pecahan kaca merupakan beberapa yang sudah dikelompokkan.
“Silahkan duduk mas, maaf tempatnya sederhana. Cuma pakai tikar gini,” ucap Ana, bendahara BUMDes Poncosari.
Dari tempat inilah, lahir sebuah sudut pandang baru tentang sampah. Bagi si pembuang, sampah adalah barang yang sudah tidak lagi berguna. Namun, bagi para pemilah tentu bisa menjadi hal yang berbeda. Pada waktu tertentu, sampah kemudian menjadi harta karun yang bermanfaat bagi orang lain.
ADVERTISEMENT
“Kadang menemukan sendok atau garpu dan biasanya saya bawa pulang,” ucapnya.
Tidak hanya satu atau dua kali, Aminah menemukan barang seperti itu. Sesekali ia membawanya pulang sebagai benda yang diharap lebih berguna. Berbekal sabun cuci dan spons, ia mengabaikan aroma busuk dan terus menggosok sampai ia dapat melihatnya bersih secara menyeluruh. Setelah itu, ia akan merebusnya dengan air mendidih biar steril, katanya.
Seperti halnya Aminah, Ana juga kerap menemukan benda yang menjadi barang berharganya sendiri ketika memilah sampah. Uang dan tas sering kali ia temukan ketika bekerja.
“Kalau yang paling berharga sih uang sama tas ya. Kemarin bahkan menemukan tas dari Shopee dan beberapa sandal yang masih bagus ," tambah Ana.
ADVERTISEMENT
Menurut Ana, tas yang masih layak biasanya akan digunakan atau dipakai. Aminah yang biasanya akan membersihkan dan kemudian menggunakannya. Memang benar, tas hitam yang tergantung di salah satu sudut tiang bagian selatan itu masih terlihat mulus. Tidak ada bekas noda sampah sedikitpun.
Potret anggota BUMDes Mukti Lestari sedang memilah sampah (sumber: Dokumentasi Pribadi).
Barang apa saja yang mereka temukan dalam sampah masih belum seberapa. Hal itu, masih sebagian kecil dari berkat yang mereka dapatkan.
“Sekarang apa-apa kalo melihat sampah seperti botol plastik di jalan, rasanya jadi ingin diambil. Bukan karena terus memulung, tapi lebih ke sayang kalau dibuang ,” ucap Ana.
Bagi Ana, adanya BUMDes merupakan alasan terbesar dari tumbuhnya kebiasaan baik . Tempat itu telah memberikan kontribusi sampah yang ada di wilayah Bantul. Meski tidak dalam skala yang besar, langkah kecil ini dapat menjadikan pengaruh yang besar bagi masyarakat. Sejumlah warga Poncosari mengaku lebih peduli terhadap sampah.
ADVERTISEMENT
“Saya dulu tidak memilah sampah, namun sosialisasi yang dilakukan oleh BUMDes itu membuat saya melakukannya sekarang,” Ujar Parjiyem.
Parjiyem bercerita bahwa dirinya tidak berlangganan sampah mingguan. Ia hanya menyetorkan sampahnya setiap Hari Raya Idul Fitri. Hidup sendirian membuat produksi sampahnya tidak cukup besar.
Parjiyem biasanya akan membagi sampah menjadi dua bagian, yaitu anorganik dan organik. Sampah anorganik (sulit terurai) akan ia kumpulkan dulu sampai jumlahnya cukup banyak untuk dijual. Sedangkan sampah organik (mudah terurai) akan dibuat sebagai pakan ayam peliharaannya.
“Cara memilah sampah yang diajarkan tidak sulit. Saya cukup mudah untuk mengikutinya. Bahkan setiap hari saya sudah melakukannya di rumah,” tambahnya.
Harta karun yang diperoleh rupanya bukan hanya barang, tetapi bagaimana kebiasaan baik yang turut hadir dalam hidup mereka saat ini. Semenjak ada BUMDes, sebagian warga menjadi lebih peduli terhadap apa yang mereka miliki. Sesuatu yang sudah dibuang dan tidak dibutuhkan, mungkin akan lebih berguna bagi orang lain. Peralatan rumah tangga, aksesori, dan pakan hewan ternak hanya beberapa di antaranya.
ADVERTISEMENT
Fokus BUMDes Mukti Lestari terhadap sampah sampai saat ini juga masih terus dikembangkan. Sampah sayur dan buah yang biasanya menjadi bahan buangan, akan digunakan sebagai pupuk kompos para petani. Rencananya, pupuk akan dibagikan pada setiap POKJA (Kelompok Kerja) tani yang ada di Poncosari.
Kontribusi BUMDes terhadap lingkungan merupakan aksi nyata masa kini. Bangunan biru itu bukan hanya badan usaha biasa. Tempat tersebut mengajarkan bahwa di balik sisi buruknya, sampah bisa menjadi sebuah harta karun kecil bagi orang lain.
“Sampah benar-benar bisa mengajarkan aku untuk melihat sesuatu dari ranah yang lebih luas. Supaya kita tahu, ada sisi lain yang tampak dan tentu tidak selalu buruk,” ucap Ana.