news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengakuan Dirdik KPK: Konflik dengan Novel Hingga Cerita soal Pimpinan

13 September 2017 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brigjen Aris Budiman (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Brigjen Aris Budiman (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
1. Apakah benar anda bersama enam penyidik lainnya pernah bertemu dan meminta uang Rp 2 miliar kepada anggota DPR? Dugaan itu muncul pada video pemeriksaan Miryam yang diputarkan di persidangan. Saat itu Miryam menyodorkan kertas kepada Novel, dan Novel sempat menyebut direktur.
ADVERTISEMENT
Kertas itu sebenarnya surat panggilan yang diperlihatkan. Karena disitu kan ada nama saya, surat panggilan, ya itu. Kalau kemudian 6 orang itu. Memang ada yang ketemu anggota DPR, penyidik dengan pegawai KPK tapi saya itu udah saya laporkan ke PI.
2. Kenapa hal itu bisa muncul di persidangan?
Ini kan ada penyidik yang mau diperiksa hari itu bersaksi. Kenapa saya bilang seolah-olah hampir di sengaja, ya karena kolega saya para jaksa penuntut umum sudah menyiapkan sekuel mana yang mau ditampilkan sesuai dengan perkara. Dia udah siapin malam sebelumnya, dia baca narasinya ini yang akan kita tampilkan. Tapi saat dia mau diperiksa dia bilang ini, cari yang independen biar kita lihat siapa sih yang independen. Kata-kata itu, kan menurut saya disengaja menampilkan yang itu. Padahal itu seorang penyidik. Dan saya udah laporin ke PI. Ya, jadi bukan JPU yang memilih sekuel itu.
ADVERTISEMENT
3. Berarti sudah dilakukan proses pemeriksaan internal?
Saya sudah laporkan ke Pengawasan Internal.
4. Pimpinan tanggapannya seperti apa?
Saya belum tahu. Karena sampai sekarang kan belum ada tanggapan resmi. Coba bayangin sampai sekarang belum ada.
5. Pimpinan sudah pernah bilang, dia percaya bahwa anda tidak pernah bertemu dengan anggota DPR untuk meminta uang pengamanan?
Iya. Tapi maksud saya gini lho, ini kan media ke mana-mana ya. Harusnya ngomong ke media. Sampaikan. Saya dipanggil hak angket, ya datang.
6. Apa latar belakang anda datang ke pansus hak angket. Dan kenapa tiba-tiba berani membantah perintah pimpinan?
Begini, saya kan peristiwa 6 bulan yang lalu saya dikirimin email itu persis. Lihat polanya ya, 14 Februari 14 Agustus masa kadaluarsa, ini kan delik aduan. Itu 6 bulan, kan persis 6 bulan dari Februari ke Agustus. Nah di tengah-tengah itu kan ada proses, lalu pimpinan diprotes, lalu dihold sementara enggak selesai kan. Bayangin peristiwa 14 Agustus yang sama, saya di perlakukan seperti itu lagi saya enggak menuduh siapa. Tapi adanya seperti itu. Kan polanya 14 Februari, 14 Agustus persis 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Kemudian saya dipanggil hak angket. Hak angket, menurut saya itu hak legal konstitusional negara. Saya melihat ini konstitusi negara yang mereka laksanakan ada ahli yang mendukung dan menyatakan seperti itu. Pada saat saya dipanggil, saya punya hak konstitusional untuk dipanggil oleh penyelidik tertinggi negara untuk datang. Jadi saya datang. Memang ada larangan untuk datang, tapi saya datang.
7. Di DPR anda mengatakan ini pertama kali melanggar aturan selama bekerja?
Ya, saya akui. Tidak ada sedikit pun perintah. Karena saya orang yang sangat menghormati otoritas pimpinan.
8. Bisa dijelaskan isi e-mail tersebut?
Satu, anda dikatakan menjadi direktur terburuk sepanjang sejarah KPK. Kedua tidak berintegritas, kemudian ada lagi melanggar perkom. Nanti di sidang barang kali bisa dilihat.
ADVERTISEMENT
9. Awal mula melaporkan Novel ke polisi karena e-mail tersebut?
Ya itu, Direktur terburuk sepenjang sejarah KPK. Kemudian suka melanggar perkom. Padahal semuanya saya laksanakan.
10. Kenapa harus dilaporkan ke polisi bukan diselesaikan secara internal?
Saya kan sudah laporin pimpinan. Satu minggu tidak diambil tindakan, setelah saya bersuara agak keras, kok enggak ada ini tindakan pimpinan, kenapa? Baru mulai diperiksa, satu dua minggu kemudian di hold, dihentikan katanya hampir dua minggu. Dipertemukan dulu didamaikan, tapi justru dipertemukan seperti itu malah kami yang polisi dibilang intruder, pembocor. Sementara anda lihat sendiri, berita-berita di majalah majalah nasional itu detail sekali. Darimana, itulah yang menurut saya yang di sana jadi malah konflik. Saya bilang udah harus dilanjutin. Dilanjutin, tapi kan lihat dilanjutin justru diprotes SP2, protes, di hold lagi. Apalagi setelah pas 14 Agustus dituduh lagi seperti itu. Luar biasa tuduhannya, luar biasa itu.
ADVERTISEMENT
11. Seandainya Agus Rahardjo atau pimpinan lainnya minta anda berdamai dengan Novel bagaimana?
Untuk sementara enggak. Saya berpendirian seperi itu. Karena lihat aja, waktu ini kan saya datang juga saya bilang sabar adinda. Tapi lihatlah dalam proses penyembuhan, seharusnya kita kan introspeksi tapi melempar isu seperti itu. Dan dimunculkan ke media, media itu media asing.
12. Setelah kejadian tersebut, ada komunikasi dengan Novel?
Pernah, dia datang ke saya. Minta maaf, saya bilang oke. Waktu itu saya bilang ini enggak mengurangi kemuliaan abang. Saya bilang ke dia sepanjang hidup saya, saya tidak pernah mencari kemuliaan. Sepanjang hidup saya, saya tidak ingin mencari kemuliaan. Tapi saya jalani kewajiban saya sebagai manusia. Dalam posisi sekarang saya mulai dikenal, saya aduh mulai enggak bebas saya ini. Kalau mau terkenal, mulai dari Nazaruddin dulu. Tapi saya enggak mau.
ADVERTISEMENT
13. Bagaimana sosok Novel di mata anda?
Di depan saya menurut saya dia baik ya di depan. Biasa.
14. Kalau sosok pimpinan bagaimana?
Menurut saya mereka adalah orang yang baik. Kan di pilih dari DPR melalui tes. Tapi itu, yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi, nah itu yang sering kali kita enggak cocok dengan itu.
15. Apa benar ada “anak emas” di KPK?
Saya enggak bilang anak emas, saya enggak tahu. Saya enggak pernah memunculkan itu, yang saya munculkan ada klik. Nah itu yang berbahaya dalam organisasi.
16. Apakah benar ada sosok yang powerful? Powerful dalam apa?
Yang saya bilang itu kemarin, seperti misalnya kok bisa pimpinan udah mutuskan terus satu minggu enggak ada kegiatan. Saya dipanggil menghadap pimpinan, saya bilang saya tenang pak walaupun dongkol. Bohong kalau enggak marah. Tapi satu minggu coba ingat enggak ada tindakan, setelah kejadian itu dan saya ngomong agak keras baru diperiksa. Satu minggu lebih kemudian hold lagi, didamaikan justru mereka nuduhkan polisi dengan kata-kata kasar. Luar biasa kan seperti itu.
ADVERTISEMENT
17. Siapa pembocor di KPK?
Saya enggak tahu. Saya enggak tahu pembocor. Ada tulisan detail sekali, waduh saya bilang ini darimana. Kan saya bingung. Kalau masalah kantor saya enggak pernah ngomong. Seperti sekarang, anda wawancarai saya kan enggak masalah penyidikan atau kasus. Ini kan masalah personal saya.
18. Di pansus anda mengatakan selamatkan KPK. Apa sih yang harus diselamatkan?
Pimpinan memang ngomong sama saya walaupun lewat pak Dirtut. "Pak Aris nanti bapak diperiksa nanti klarifikasi", tapi ngomong berapa hari belum ada klarifikasi dari PI kepada saya. Saya tulis supaya di klarifikasi segera, baru saya diperiksa. Hari itu juga saya datang, saya diperiksa. Setelah itu, selama proses itu, KPK resmi ngomong mengenai ini kan enggak ada. Setidaknya ngomonglah, ini enggak pernah, itu enggak pernah. Sekarang bayangkan kalau itu dibiarkan, berkembang di masyarakat lalu semua masyarakat beranggapan wah ini direktur yang ketemu anggota DPR lalu terima uang untuk mengatur e-ktp. Kan luar biasa. Makanya saya yang klarifikasi sendiri.
ADVERTISEMENT
Cukup beri pernyataan resmi itu tidak benar, itu. Sementara masih diperiksa internal, kan seperti itu. Coba anda bayangin, ini direktur penyidikan lho, jangan karena Arisnya, direktur penyidikannya itu yang vital di dalam. Memang kebetulan hari ini Aris yang isi. Kan sayang. Noda setitik aja enggak boleh, ini dituang kotoran semuanya. Dan itu bahaya, bahaya buat lembaga KPK. Makanya saya bilang, semua faktor-faktor itu selamatkan KPK. Anda lihat bagaimana saya dan anak saya seperti itu, masa saya mau khianati KPK. Begitu banyak orang terhormat kerja di dalam. Anaknya pintar-pintar, masa saya mau khianati hal-hal seperti itu dengan melakukan hal tercela seperti itu. Enggak mungkin saya khianati mereka.
Itu lah membuat saya yang bilang selamatkan KPK, bukan karena personal saya, saya datang. Tapi ada hal yang saya lakukan, kenapa saya mendatangi. Orang agak keliru menurut saya kalau menganggap saya membenturkan KPK dengan Polri. Enggak, ini masalah personal saya. Tapi, ada tanggung jawab saya personal sebagai perwira polri.
ADVERTISEMENT
19. Setelah dari pansus apakah pernah bertemu dengan pimpinan?
Ya biasa ketemu piminan. Tetap aja saya ikut gelar.
20. Apakah sudah diperiksa secara internal soal kehadiran anda ke RDP Pansus?
Belum. Tapi saya percaya tentu beliau tetap akan memanggil, kan nanti 5 pimpinan yang akan bicarakan itu.
21. Apakah anda sudah pernah diperiksa secara internal soal kehadiran ke RDP pansus?
Kalau anda tanya saya diperiksa soal pansus, saya sampai sekarang belum diperiksa. Saya enggak tahu kalau betul dibentuk DPP. Saya belum tahu.
22. Hasil telaah dari Direktorat Pengawasan Internal sudah ada, dan sudah diberikan kepada pimpinan. Apakah anda sudah diberi tahu hasilnya?
Saya enggak tahu. Saya enggak tahu DPP yang perkom itu atau saran-saran dari pejabat itu saya enggak tahu.
ADVERTISEMENT
23. Bagaimana jika nanti anda dipecat?
Kita lihat nanti. Saya ikutin lah semuanya. Kita lihat aja nanti seperti apa hasilnya.
24. Kapolri menyebut anda sebagai sosok yang berprestasi. Mau balik ke polri atau tetap di KPK?
Saya enggak bisa memilih KPK atau polri. Sekarang saya ditugaskan oleh Polri tentu dipercaya untuk melaksanakan tugas di KPK dan saya akan laksanakan sebaik-baiknya seperti itu. Soal disuruh memilih dan sebagainya kan saya tetap anggota polri sampai sekarang. Seperti yang saya bilang kita punya harapan dengan KPK. Jadi jangan dibenturkan polri dengan KPK.
25. Apakah benar ada pemisahan antara penyidik independen dengan penyidik polri?
Saya masuk suasananya seperti itu. Lalu kelihatannya memang, ya saya enggak tahu ya. Kan saya bilang kemarin bukan geng,bukan ini itu. Yang saya bilang klik barangkali. Sebenarnya enggak terlalu banyak orang, cuma ini kan sangat berpengaruh. Kalau kinerja personal enggak, tapi kan saya bilang ada orang yang mempengaruhi kebijakan. Kalau perkara sih enggak. Enggak tahu kalau ke depan nanti seperti apa.
ADVERTISEMENT
26. Ada pesan yang ingin disampaikan pada seseorang atau kepada publik?
Saya dengan apa yang saya ceritakan, bagaimana pribadi saya, personal saya dengan keluarga saya kemudian bagaimana karakter saya terbentuk dari perjalanan karir saya bisa diikutin, bisa dicek semua itu apakah saya mempunyai potensi untuk melakukan hal-hal yang tercela seperti itu. Itu aja. Saya enggak melakukan seperti itu. Masa KPK yang begitu suci saya kotori.
27. Setelah menghadiri RDP bersama pansus. Bagaimana suasana kerja di KPK?
Biasa aja. Saya datang. Pimpinan pun biasa. Artinya kita memang kerja profesional aja.
28. Apa benar anda saat ini merekrut kembali seorang mantan penyidik KPK yang sudah dikembalikan ke polri?
Itu pimpinan rapat. Mereka bertanya, Pak Aris kan ada perkara besar. Dia yang mengikuti penyelidikan sampai naik perkaranya sekarang. Saya ditanya, Pak Aris coba hubungi penyidik itu mau enggak dia, kalau dia mau oke kita rekrut lagi kembali. Saya hubungi dia, dan dia bersedia. Dia bersedia, saya lapor pimpinan lewat whatsapp kayanya, pak izin beliau bersedia. Dari SDM mengatakan bahwa proses perekrutannya sama dengan proses yang baru lagi. Seperti itu.
ADVERTISEMENT