
Katanya benci dan cinta itu beda tipis. Namun, pada kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan pacar dan suami kepada pasangannya, apakah mereka juga benci untuk mencinta? Mengapa korban kekerasan hingga pembunuhan (femicide) terus didominasi perempuan?
Banyak sekali contoh kasus kekerasan terhadap perempuan yang berujung pada pembunuhan dan/atau pemerkosaan. Tidak jarang di antaranya kita mendengar bahwa alasan pelaku membunuh hanya karena korban menolak cinta pelaku, baik yang merupakan mantannya, teman dekat, pacar, suami, hingga praktik honor killing oleh anggota keluarga yang lain.
Pada Juni 2022, dunia menyoroti kasus pembunuhan Naira Ashraf dari Mesir, yang dibunuh Mohammed A. setelah Naira menolak lamarannya. Pada 2020, kita menyaksikan pembunuhan brutal Pinar Gultekin di Turki yang dilakukan oleh mantan pacarnya. Kasus femicide juga terjadi di Pematangsiantar, saat RD dibunuh pacarnya, Liharmansyah Saragih. Alasannya sama, RD menolak ajakan Liharmansyah untuk menikah.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814