Diserbu Bawang Brebes, Harga Bawang Merah Probolinggo Anjlok

Konten Media Partner
13 Mei 2019 12:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diserbu Bawang Brebes, Harga Bawang Merah Probolinggo Anjlok
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan komoditi lainnya yang naik saat bulan Ramadhan, bawang merah di Kabupaten Probolinggo malah anjlok. Diduga masuknya bawang merah dari Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat ke pasar lokal menjadi pemicunya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, harga bawang merah kualitas super berada pada kisaran Rp 12 ribu/Kg. Padahal sebulan sebelumnya harga bawang merah masih berada dikisaran Rp 32 ribu/Kg. Kondisi itu, terus berangsur turun menjadi Rp 23 ribu/Kg, Rp 18 ribu/Kg dan terakhir Rp 12 ribu/Kg. Sementara bawang merah kualitas terendah hanya sekitar Rp 8 ribu/Kg. Harga itu terpantau di tingkat pedagang pada Pasar Bawang Dringu Kabupaten Probolinggo.
“Penurunan harga bawang merah sejak sebulan yang lalu. Apalagi ketika bawang asal luar daerah turut masuk ke Pasar Dringu dan membuat stok bawang merah melimpah. Di Brebes dan Bima sedang panen raya, jadi bawang dari dua daerah itu ikut masuk ke pasar ini,” terang Abdullah, salah satu pedagang di Pasar Bawang Dringu, Senin (13/5/2019).
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab dipangil Aba Dulla ini, menyebutkan masuknya bawang merah dari 2 daerah itu, karena harganya sangat murah. Yakni harganya berkisar Rp 9 ribu/Kg, bahkan di bawahnya.
“Adanya selisih harga yang cukup tinggi, membuat para pedagang akhirnya membeli bawang merah dari Brebes dan Bima,” katanya.
Kondisi ini, jelas dikeluhkan oleh para petani. Karena harga bawang kualitas super ditingkat petani hanya dihargai Rp 10 ribu/Kg. Harga tersebut tak mampu menutupi biaya produksi bawang merah yang ditanam pada musim penghujan ini.
“Kami sendiri menanam di musim hujan dengan harapan saat panen di bulan Ramdhan ada kenaikan harga. Meski resiko gagal panen dan biayanya sangat tinggi. Kalau sudah begini, ya males bertanam bawang lagi. Karena kami dipermainkan oleh para pedagang,” keluh Sarkawi, petani asal Dringu.
ADVERTISEMENT