Melihat 'Ngiring Kucing', Ritual Warga Tengger untuk Minta Hujan

Konten Media Partner
19 Oktober 2019 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ojung jadi satu rangkaian ritual ngiring kucing, cara warga Tengger meminta hujan. Foto: Sudir
zoom-in-whitePerbesar
Ojung jadi satu rangkaian ritual ngiring kucing, cara warga Tengger meminta hujan. Foto: Sudir
ADVERTISEMENT
Masyarakat Suku Tengger di Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, gelar ritual Ngiring Kucing. Cara ini menjadi tradisi warga setempat yang dipercaya dapat mendatangkan hujan.
ADVERTISEMENT
Tradisi yang digelar pada Jumat Legi, 18 Oktober 2019 itu dipandu oleh Dukun Pandita Sumartam. Sesuai namanya, upacara ini melibatkan seeokor kucing jantan warna hitam dalam prosesnya.
Dalam ritual, kucing dimasukkan ke dalam karung goni, dimaksudkan, agar hujan yang turun dari awan hitam menjadi berkah, bukan musibah.
Ritual ngiring kucing, cara warga Tengger agar hujan segera turun. Foto: Sudir
Kucing dalam karung goni ini kemudian diarak mulai dari rumah Kepala Desa Wonokerso, Suliono, menuju Sanggar Kembang atau Pamujan, tempat ritual.
Laiknya ritual, Ngiring Kucing juga dilengkapi sesajen. Ada dawet dari tepung keladi atau Ganyong, sebagai makna, bahwa guyuran hujan nanti dapat memberikan kesegaran bagi alam.
“Upacara ini dilakukan setahun sekali atas perintah dukun. Karenanya, ngiring kucing tak bisa dilakukan setiap saat,” kata Perangkat Desa Wonokerso, Sudir Supriyadi, Sabtu (19/10).
ADVERTISEMENT
Sesampainya di Sanggar Kembang, kepala desa mengguyur kucing dengan air suci lalu dawet. Di sisi berbeda, Air suci yang telah dimantrai Dukun Pandita Sumartam dibagikan kepada seluruh warga yang hadir. Sedangkan, warga yang membawa dawet, meminum dawet itu bersama-sama.
“Namun sebelum kucing hitam dimandikan, terlebih dahulu digelar Ojung. Yakni ritual adu pukul menggunakan rotan,” kata Sudir, yang dikenal sebagai penggiat wisata ini.
Menurut Sudir, masyarakat berharap melalui doa yang dipanjatkan bersama ini, awan segera menyelimuti desa mereka hingga akhirnya turun hujan.
“Hujan yang membawa berkah,” pungkasnya.
Setelah di Wonokerso, secara berurutan diikuti upacara serupa di Desa Sumberanom, dan Desa Gemito beberapa hari kemudian.
Sekadar diketahui, Warga Tengger sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sayur, di antaranya adalah petani kentang, kubis, dan bawang. Tentunya, dengan latar pekerjaan atau profesi itu, air menjadi kebutuhan utama, selain untuk pemenuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT