Takir Kawung, Cara Orang Tengger Probolinggo Hormati Ibu Pertiwi

Konten Media Partner
16 September 2019 13:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Takir Kawung, Cara Orang Tengger Probolinggo Hormati Ibu Pertiwi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Warga Suku Tengger di Lereng Gunung Bromo Kabupaten Probolinggo menyimpan berbagai tradisi nenek moyang. Salah satunya Takir Kawung, sebuah persembahan untuk melestarikan bumi pertiwi. Sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan plastik.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dibuat oleh warga Desa Jetak, Kecamatan Sukapura jelang Yadnya Karo, Senin (16/9/2019). Takir Kawung merupakan sesaji berupa isian hasil bumi dan makanan, yang dibuat menjelang Upacara Tari Sodoran dalam rangkaian Yadnya Karo.
Isinya antara lain Sega Gerit atau nasi jagung. Kedua adalah lauk pauk atau lazim disebut iwak osek, oleh warga setempat. Pada lapisan teratas, adalah kue-kue khas tengger.
Seluruhnya merupakan hasil olahan warga setempat. Wadahnya atau takirnya, menggunakan anyaman janur.
“Takir Kawung ini merupakan sesaji yang dihaturkan pada leluhur. Untuk dikembalikan pada bumi pertiwi,” tutur Ngantoro, salah satu warga Tengger.
Takir Kawung ini, tak hanya berfungsi sebagai sesaji untuk leluhur. Takir Kawung juga berfungsi sebagai sarana penolak bala. Usai didoakan dan dibacakan mantra waktu upacara Tari Sodoran, Takir Kawung dibawa kembali pulang oleh warga setempat. Lalu diletakkan ke ladang masing-masing warga sebagai pupuk organik. Sehingga aman bagi bumi pertiwi.
ADVERTISEMENT
Tradisi untuk melestarikan budaya tersebut, juga berfungsi sebagai sarana edukasi pada generasi muda. Agar tidak mengotori bumi dengan sampah plastik.
“Takir Kawung ini pembuatannya sama sekali tidak memakai plastik. Jadi benar-benar dari alam dan dikembalikan pada alam atau bumi pertiwi. Salah satu isyarat untuk mempertahankan kearifan lokal dan mengurangi limbah plastik yang kini menjadi problem lingkungan hidup,” imbuhnya.
Rangkaian perayaan Yadnya Karo inipun, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
“Selama berkunjung ke Indonesia, baru kali ini saya bisa melihat dari dekat. Ragam budaya yang ada. Sebelumnya, hanya mengetahui melalui internet atau cerita dari rekannya yang pernah sampai ke Indonesia. Terutama kawasan Tengger di lereng Bromo,” kata wisatawan asal Belanda, Albert.
ADVERTISEMENT