Warga Baujeng Protes, Sebar Spanduk di Sepanjang Sungai Tercemar Limba

Konten Media Partner
3 Oktober 2019 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Baujeng Protes, Sebar Spanduk di Sepanjang Sungai Tercemar Limba
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Warga Baujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan sebar spanduk bernada kecaman terhadap tercemarnya sungai Kaliwangi. Spanduk-spanduk itu di pasang di sudut-sudut desa dan sepanjang sungai.
ADVERTISEMENT
Kekecewan yang dirasakan warga Desa Baujeng sepertinya tak dapat lagi dibendung.
Bau busuk yang merebak dari Kaliwangi –diduga tercemar limbah– selama bertahun lamanya itu sudah tak tertahankan.
Tunjukkan sikap marah, warga kemudian memasang puluhan spanduk bertulis kalimat protes dan kecaman.
Tulisan-tulisan yang digoreskan pada kain dan bahan sisa banner itu sudah terlihat mulai dari perempatan Dusun Jambe hingga “Kali Gede”.
Salah satu spanduk bergambar kartun tikus, bertuliskan: ANDA MEMASUKI WILAYAH KALI BASIN, cukup menjadi perhatian.
Kalimat satire pada spanduk itu kemudian dilanjutkan dengan tulisan mirip hujatan terhadap pihak tertentu yang diungkap telah menerima uang.
Tidak ada penjelasan pasti apa maksud dari tulisan yang ditujukan kepada “penerima uang” itu.
Sejumlah warga mengungkapkan, spanduk bernada kecaman yang disebarkan itu sebagai satu cara menyampaikan protes dan kemarahan.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, bau menyengat yang ditimbulkan dari sungai diungkapkan sudah tak tertahankan.
“Jangankan 10 menit, 5 menit saja sudah mual, mata mengeluarkan air,” kata Iwan, salah seorang warga, Rabu (2/10/2019).
Seorang warga lain menambahkan, usaha mengadu ke pemerintah hingga langkah protes ke sejumlah pabrik yang diduga telah melakukan pencemaran sungai pun telah dilakukan.
Tapi berkali-kali, selama bertahun-tahun lamanya, aduan dan protes soal Kaliwangi tak pernah dihiraukan, baik oleh pemerintah maupun pihak sejumlah pabrik, yang berada di seputar Kaliwangi.
Sekadar informasi, sungai ini disebut-sebut mulai tercemar limbah, berlangsung sejak 2011 silam. Kondisi pencemaran makin parah pada tahun 2016.
“Hasil tetap nihil. Setiap demo atau protes, bupati tidak pernah bisa menemui. Banyak alasan, sekali ketemu hanya dijanjikan saja,” kata warga yang enggan disebutkan namanya itu.
ADVERTISEMENT