Warga Lumajang Protes Label 'Keluarga Miskin' di Rumah Penerima PKH

Konten Media Partner
13 Desember 2019 11:01 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Labelisasi "Keluarga Miskin". Foto : Dok. PKH.
zoom-in-whitePerbesar
Labelisasi "Keluarga Miskin". Foto : Dok. PKH.
ADVERTISEMENT
Kebijakan labelisasi untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Lumajang, Jawa Timur, diprotes warga. Sebagian warga menilai pemberian label tak etis.
ADVERTISEMENT
Sejumlah keluhan ini dituliskan warga melalui kolom pengaduan di Lumajang, grup Facebook Lapor Lumajang. Mereka mempersoalkan pemberian label 'Keluarga Miskin' pada 45 ribu keluarga penerima PKH di Lumajang.
“Saran. Jika ingin menumbuhkan rasa malu yang tidak memalukan. Jangan pakai label ‘miskin’. Lebih bijak menggunakan frasa ‘pra sejahtera’ atau ‘keluarga penerima bantuan PKH’. Itu sudah cukup. Lebih bener dan pener. Selanjutnya yang lebih urgent adalah perbaikan internal,” ujar akun Setiawan Samco.
Selain Setiawan, berbagai masukan dari warga juga berdatangan terkait labelisasi ini. Mereka bahkan meminta labelisasi ini tidak dilakukan.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq akhirnya angkat bicara.
“Sebagai saran saya sampaikan terima kasih. Berikutnya yang akan kami prioritaskan adalah lebelisasi bagi keluarga mampu yang terdata sebagai penerima PKH,” kata Cak Thoriq melalui pesan singkat ke WartaBromo.
ADVERTISEMENT
Orang nomor 1 ini kemudian kembali menegaskan jika pemberian label ini dilakukan untuk identifikasi penerima yang tidak tepat sasaran. Langkah ini dinilai lebih cepat supaya warga mampu ikut menerima PKH, malu dan mengundurkan diri.
“Apa ada cara lain..? iya ada, melalui sensus ulang, melalui mekanisme yang di atur kementerian sosial. Dan itu butuh waktu yang tidak bisa dalam waktu cepat,” lanjutnya.
Kebijakan pemberian labelisasi ini setidaknya sudah memberikan dampak bagi warga Lumajang. Tercatat pada tahun ini ada 1.041 KPM PKH yang sudah mundur. Pengakuan warga mundur diantaranya karena merasa sudah mampu dan rumahnya tidak mau diberi label.