Kemunculan label pengamat atau pakar kepada akademisi yang tampil di media massa bukanlah fenomena baru. Akademisi biasa diundang sebagai narasumber media dan diminta untuk menjelaskan suatu permasalahan dari sudut pandang bidang akademiknya kepada publik.
Kehadiran akademisi adalah “pemanis”, agar konten informasi yang media siarkan ke publik itu sah secara akademis dan bukan hanya sensasi. Dari situ, simbiosis mutualisme terjadi tempat media butuh pandangan intelektual sementara akademisi butuh panggung untuk memaparkan temuan riset mereka.
Hubungan yang saling menguntungkan tersebut bisa saja bagus. Namun demikian, hubungan yang sama juga menyingkap tabir mengenai kehidupan akademisi di Indonesia. Permasalahan utama adalah rendahnya gaji para akademisi yang tidak sebanding dengan beban kerja dosen (BKD).
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814