Tiga Hal yang Bikin Bandara Ditutup Saat Gunung Meletus

27 November 2017 8:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Posisi Indonesia yang berada di wilayah "cincin api" dan memiliki banyak gunung berapi, berpotensi mengalami gangguan penerbangan di bandara-nya saat terjadi letusan gunung. Termasuk saat ini, ketika Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, erupsi.
ADVERTISEMENT
Otoritas transportasi dalam hal ini Ditjen Perhubungan Udara, telah menutup sementara penerbangan di Badara Internasional I Gusti Ngurah Rai selama 24 jam, terhitung sejak Senin (27/11) Pkl. 07.00 WITA.
Sebelumnya, Ditjen Perhubungan Udara juga menutup sementara aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok pada Minggu (26/11) akibat abu letusan Gunung Agung yang mengarah ke timur. Namun pada Senin (27/11) pagi, Bandara ini kembali dibuka.
Untuk menutup suatu bandara karena erupsi gunung, Kementerian Perhubungan dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau yang lebvih dikenal sebagai AirNav Indonesia memiliki setidaknya 3 paramater.
Pertama, adanya info dari satelit tentang keberadaan abu vulkanik di sekitar jalur lintasan penerbangan suatu bandara.
ADVERTISEMENT
Kedua, adanya laporan dari pilot yang tengah berada di sekitar lokasi terdampak, soal potensi gangguan penerbangan.
Ketiga, yaitu jika landasan bandara diselimuti abu vulkanik.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso mengatakan, pihaknya menelaah semua parameter itu secara komprehensif untuk menjadikan keselamatan penerbangan sebagai prioritas.
"Kalau ada potensi mengganggu keselamatan, seperti debu vulkanik di jalur penerbangan atau di landasan Bandara tentu ini membahayakan penerbangan. Maka penerbangan kita tutup sampai kondisinya aman," katanya dalam keterangan pers di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (26/11) sore.
Bandara Ngurah Rai Terganggu Cuaca Buruk (Foto: Antara/Wira Suryantala)
zoom-in-whitePerbesar
Bandara Ngurah Rai Terganggu Cuaca Buruk (Foto: Antara/Wira Suryantala)
Menurutnya, debu vulkanik yang masuk ke dalam mesin dapat menimbulkan kerusakan. Selain itu, komponen-komponen pesawat juga bisa terganggu sehingga salah memberikan berbagai indikasi kepada pilot.
"Ini dua hal yang sangat membahayakan jika abu sudah masuk pesawat," katanya.
ADVERTISEMENT
Direktur Operasi Airnav Indonesia, Wisnu Darjono menambahkan, sepanjang pilot dan kopilot menerbangkan pesawat perlu menerima berbagai penunjuk dari instrumen di dalam kokpit pesawat. Seperti soal kecepatan, ketinggian, juga navigasi arah.
"Jika instrumen itu terganggu akibat debu vulanik, maka informasi yang diberikan bisa salah. Ini bisa fatal akibatnya," tandas Wisnu.