Untuk Danai Infrastruktur, Penerbitan Obligasi Diperkirakan Meningkat

25 November 2017 0:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pencatatan perdana obligasi PT KAI (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pencatatan perdana obligasi PT KAI (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai gencarnya proyek pembangunan infrastruktur di dalam negeri, akan mendorong penerbitan obligasi korporasi sektor infrastruktur dan konstruksi ke depannya meningkat.
ADVERTISEMENT
Direktur IBPA, Wahyu Trenggono mengatakan perusahaan di dalam negeri, terutama sektor infrastruktur dan konstruksi akan mencari pendanaan ke pasar modal. Salah satunya melalui penerbitan obligasi dalam rangka mendukung program pembangunan.
"Korporasi BUMN, terutama dari sektor konstruksi dan infrastruktur diperkirakan akan banyak menerbitkan obligasi, itu dalam rangka mendukung percepatan pembangunan proyek infrastruktur," ujarnya di Jakarta, Jumat (24/11).
Menurut dia, pembiayaan proyek-proyek infrastruktur sebaiknya didanai dengan obligasi bertenor jangka panjang, sebagai alternatif pembiayaan dari perbankan yang diperkirakan mulai terbatas.
Saat ini, lanjut Wahyu, korporasi yang melakukan pembiayaan infrastruktur dengan menerbitkan obligasi relatif belum banyak. Padahal, minat investor untuk menyerap cukup tinggi, mengingat prospek imbal hasil yang cukup menjanjikan.
"Belum marak karena mungkin perusahaan belum terbiasa. Namun, beberapa sudah memulai, diharapkan ke depannya semakin marak," katanya.
Bursa Efek Indonesia (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bursa Efek Indonesia (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Sebelumnya Analis Pefindo Hendro Utomo mengatakan, penerbitan surat utang korporasi dari berbagai sektor pada 2018 diproyeksikan mencapai Rp155 triliun hingga Rp158 triliun. Angka itu meningkat dibandingkan estimasi penerbitan tahun ini yang sebesar Rp150 triliun.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan bahwa proyeksi itu berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,1-5,4%, inflasi terkendali di level rendah, dan suku bunga acuan yang dipertahankan di level saat ini.
Menurut dia, penerbitan surat utang tahun depan didukung oleh obligasi jatuh tempo yang diyakini akan di-refinancing dengan melakukan penerbitan obligasi baru. Selain itu, juga adanya kebutuhan dana untuk melakukan ekspansi perusahaan.
"Ada kebutuhan penerbitan surat utang baru untuk kebutuhan usaha," katanya.