Ungkapkan Maafmu dari Hati

Konten dari Pengguna
18 Juni 2018 20:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Widy Wirasugema tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi minta maaf. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minta maaf. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Ungkapan hati jauh lebih sempurna, tulus, dan tahan lama dibanding ungkapan mulut. Ini adalah kunci untuk kita memulai segala sesuatu dengan lebih baik lagi, meyakini bahwa apa yang kita ungkapkan sungguh merupakan keikhlasan terdalam yang kita miliki.
ADVERTISEMENT
Inilah juga yang mendasari keseriusan kita dalam memulai dan mengakhiri sesuatu yang sudah, sedang, dan akan kita jalani. Namun, seringkali kita kurang menyadari dan lebih memilih mengungkapkan hanya di mulut dengan lebih fasih dan meyakinkan untuk menyenangkan orang lain di sekitar kita.
Sama seperti kata maaf yang kita ungkapkan selama ini akan sangat menentukan tindakan kita ke depan, apakah kita tulus dari dalam hati kita ataukah hanya berhenti di mulut kita saja. Jika kita mulai mampu melupakan dan bekerjasama kembali dengan orang lain tanpa membicarakan kejelekan dan masalah masa lalu kita maka ketulusan itu sudah terbukti.
Akan tetapi, jika kita masih mencoba menghindar dalam semua hal, maka kita sedang membiarkan kata maaf hanya sebagai kiasan manis dari mulut kita saja dan itu akan sangat mengganggu hubungan kita dalam aktivitas kita setiap harinya.
Ilustrasi silaturahmi lebaran (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi silaturahmi lebaran (Foto: Thinkstock)
Sama seperti sebuah keputusan yang juga sudah kita ambil, jika keputusan itu total dan dipenuhi ketulusan melakukan, maka tidak ada keluhan dan alasan apapun untuk tidak melaksanakannya.
ADVERTISEMENT
Kesulitan dan hambatan besar yang terjadi justru bukan untuk melemahkan reaksi kita atas keputusan yang kita ambil tetapi justru memperkaya pilihan kita untuk menentukan tindakan yang paling efektif untuk melakukan apa yang kita putuskan sampai menyelesaikannya.
Itulah gambaran bagaimana seharusnya kita berpikir dan bersikap atas kehidupan ini, bukan secara gampang mengucapkan sesuatu tanpa beban untuk menyenangkan seseorang dan setelah itu berhenti.
Tetapi justru kita harus benar-benar memikirkan indahnya beban yang harus kita tanggung ketika setiap kata keluar dari hati kita melalui mulut kita, karena setiap kata pastilah akan menuntut tindakan sebagai proses selanjutnya.
Mari kita memastikan bahwa ungkapan kita ini sudah tepat dan tulus, karena kita harus segera mengubah tindakan kita menjadi lebih baik dengan apa yang sudah kita ucapkan.
ADVERTISEMENT
F. Prakuswidya. K.W.,S. Sos.,CT