China Akan Melarang Produksi Mobil Berbahan Bakar Minyak

11 September 2017 8:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspor 1 juta unit mobil Toyota ke berbagai negara (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspor 1 juta unit mobil Toyota ke berbagai negara (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
China, sebagai pasar mobil terbesar di dunia, berencana akan melarang produksi dan penjualan mobil berbahan bakar minyak, seperti diesel dan bensin.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Industri China, Xin Guobin mengatakan, pemerintah telah sejak lama memulai penelitian tersebut. Namun, pihaknya belum mengetahui kapan keputusan pelarangan mulai berlaku.
"Langkah-langkah tersebut tentu akan membawa perubahan besar untuk pengembangan industri mobil kami," ujar Xin seperti dilansir BBC Business, Senin (11/9).
Sebagai informasi, pada tahun lalu China memproduksi 28 juta mobil, atau sepertiga dari total produksi global. Sebelum China, pemerintah Inggris dan Prancis juga telah mengumumkan rencana untuk melarang kendaraan diesel dan bensin baru pada tahun 2040, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi polusi dan emisi karbon.
Pemilik mobil China Volvo, Geely mengatakan, sejak bulan Juli lalu pihaknya telah merancang model agar semua mobil produksinya memiliki motor listrik pada tahun 2019. Dia pun menargetkan bisa menjual 1 juta mobil listrik di tahun 2025.
Ekspor 1 juta unit mobil Toyota ke berbagai negara (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspor 1 juta unit mobil Toyota ke berbagai negara (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sementara itu, perusahaan mobil global lainnya termasuk Renault-Nissan, Ford, dan General Motors, juga telah bekerja untuk mengembangkan mobil listrik di China.
Produsen mobil tersebut mulai beradu untuk mendapatkan sepotong pasar China yang sedang tumbuh, menjelang diperkenalkannya peraturan baru yang dirancang untuk memerangi pencemaran.
China menginginkan mobil baterai listrik dan hibrida plug-in untuk memperhitungkan setidaknya seperlima dari penjualan kendaraannya pada 2025. Proposal tersebut akan mengharuskan 8% penjualan mobil menjadi baterai listrik atau hibrida plug-in sampai tahun depan, meningkat menjadi 12% di tahun 2020.
Xin memprediksi perubahan itu akan menciptakan masa-masa penuh gejolak di industri. Sebab, pergeseran tersebut juga akan berdampak pada permintaan minyak di China.
Seperti diketahui, saat ini China merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT