Curhat Pengusaha Tekstil: Pasar Domestik Lesu Ekspor Juga Susah

4 November 2017 11:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
ADVERTISEMENT
Para pengusaha tekstil sedang berkeluh kesah karena anjloknya permintaan pasar domestik. Mereka memperkirakan lesunya pasar lokal disebabkan karena turunnya daya beli.
ADVERTISEMENT
Adapun penyebab turunnya daya beli masyarakat Indonesia karena sikap pemerintah yang mencabut subsidi listrik dan mengurangi subsidi BBM.
"Jadi angka subsidi itu sangat besar. Otomatis uangnya ya dibelikan BBM untuk motor mereka, bayar angkutan atau listrik," ungkap Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat kepada kumparan (kumparan.com), Sabtu (4/11).
Hal ini diperparah dengan pergeseran pola hidup masyarakat Indonesia yang sekarang lebih tertarik uang mereka ditabung atau dialokasikan untuk berwisata ketimbang membeli produk fashion.
"Mereka menabung lebih banyak ke leasure keluar kota atau keluar negeri makanya sektor pariwisata meningkat. Warga kita lebih banyak berwisata domestik tidak lagi ke barang fashion," imbuhnya.
Pakaian bekas bisa diolah menjadi pupuk (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pakaian bekas bisa diolah menjadi pupuk (Foto: thinkstock)
Dengan lesunya pasar domestik, kini harapan satu-satunya adalah pasar ekspor. Sayang, produk tektil Indonesia kurang berdaya saing di luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Untuk tekstil tidak begitu kuat daya saingnya karena listriknya mahal. Akan kalah dengan China dan Vietnam," ucapnya.
Sebenarnya menurut Ade, ada satu pasar ekspor yang potensinya cukup besar bagi Indonesia, yaitu Uni Eropa. Namun produk tekstil Indonesia harus menerima kenyataan pahit karena harga tekstil asal Vietnam jauh lebih murah.
"Karena biar bagaimanapun juga ekspr tekstil Vietnam ke Uni Eropa 0%, sedangkan kita (kena bea masuk) 12-17%. Sangat tidak bersaing," keluhnya.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat mempercepat negosiasi perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Uni Eropa dalam Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Dengan adanya IEU-CEPA diharapkan nilai ekspor tekstil Indonesia ke Uni Eropa akan terdongkrak dan mampu menutupi kerugian akibat lesunya pasar domestik.
ADVERTISEMENT
"Bisa tentu dengan adanya IEU-CEPA akan mendongkrak industri tekstil kita naik," sebutnya.