Ketua KPPU: Penyebab Harga Bawang Putih Naik karena Permainan Importir

6 Juni 2017 19:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Operasi bawang putih di Pasar Kramat Jati (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Harga bawang putih impor di tingkat ecer DKI Jakarta pernah mencapai Rp 70.000 per kg. Angka tersebut terbilang cukup tinggi karena harga idealnya bawang putih hanya Rp 20.000-25.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf yakin tingginya harga bawang putih murni karena permainan para importir. Mereka sengaja menahan stok di tengah tingginya permintaan sehingga memicu kenaikan harga.
"Dari fakta di lapangan kami duga mahalnya bawang putih itu karena adanya tindakan pelaku usaha yang dengan sengaja mengurangi pasokan sehingga terjadi kelangkaan dan menyebabkan harganya tinggi. Dari puluhan importir ini, dikelompokkan ada 6 pelaku usaha yang menguasai pasar," sebut Syarkawi saat jumpa media di kantor KPPU, Jalan Juanda, Jakarta, Selasa (6/6).
Ketua KPPU Syakawi Rauf (Foto: dok. Novan Nurul Alam)
Syarkawi memiliki bukti yang cukup kuat. Misalnya pada saat harga bawang putih di Indonesia bergejolak, ia mengirim tim ke Malaysia guna mengetahui harga bawang putih di sana. Kebetulan Indonesia dan Malaysia sama-sama mengimpor bawang putih dari China. Hasilnya, harga bawang putih di Malaysia hanya Rp 23.000-24.000 per kg.
ADVERTISEMENT
"Harga bawang putih di Malaysia kita selidiki hanya Rp 23.000-24.000 per kg sumbernya sama dari China. Sementara kita sidak-sidak di pasar temuannya bervariasi, ada yang Rp 40.000 per kg, Rp 50.000 per kg, sampai Rp 60.000 per kg," katanya.
Syarkawi menyimpulkan harga bawang putih di Indonesia rawan dipermainkan. Hal ini disebabkan karena besarnya volume impor dibandingkan produksi nasional. Setiap tahun Indonesia mengimpor sekitar 480.000 ton-500.000 ton atau 97 persen dari kebutuhan nasional.
"Paling tidak ada kelompok pelaku usaha. Perlu teman-teman ketahui 97 persen (kebutuhan bawang putih) dari dalam negeri atau 480.000 ton pertahunnya (harus impor). Kalau mereka (importir) jual Rp 40.000 per kg kurang lebih Rp 19,2 triliun totalnya. Kalau mereka beli dari China Rp 15.000 per kg totalnya seharga kurang lebih Rp 7,2 triliun. Jadi ada revenue Rp 12 triliun," tegas Syarkawi.
ADVERTISEMENT