news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal Pocongan, Alat Tangkap Benih Lobster yang Dilarang Susi

6 Juli 2017 11:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat Tangkap Benih Lobster Dilarang Menteri Susi (Foto: Dok. Suhana)
zoom-in-whitePerbesar
Alat Tangkap Benih Lobster Dilarang Menteri Susi (Foto: Dok. Suhana)
ADVERTISEMENT
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini tengah berkonsentrasi menggagalkan praktik penyelundupan benih lobster ke luar negeri yang makin marak. Upaya yang dilakukan tidak hanya mencegah di bagian hilir tetapi juga di hulu.
ADVERTISEMENT
Misalnya penertiban alat tangkap pocongan yang merupakan jaring penangkap benih lobster. Alat tangkap yang berbentuk seperti pocong ini kerap dipakai nelayan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk menjaring benih lobster. Kebetulan, Lombok adalah salah satu produsen lobster alam terbesar di dunia.
"Pocongan ini sebetulnya alat bantu nelayan dalam menangkap benih lobster. Dinamakan pocongan karena bentuknya memang menyerupai hantu pocong," ungkap peneliti dari Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (6/7).
Pocongan sendiri terbuat dari karung beras yang bagian atasnya diikat, atau masyarakat sekitar menyebutnya dipocong. Lalu di bagian bawah karung diberikan rumbai agar menarik perhatian benih lobster.
Alat Tangkap Benih Lobster Dilarang Menteri Susi (Foto: Dok. Suhana)
zoom-in-whitePerbesar
Alat Tangkap Benih Lobster Dilarang Menteri Susi (Foto: Dok. Suhana)
"Dibuat biasanya dari karung semen atau beras, di bagian atas karung diikat menyerupai pocong (dipocong), kemudian untuk bagian bawahnya di rumbai-rumbai," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Cara kerja alat pocongan dalam menangkap benih lobster sangat sederhana. Alat yang sudah jadi akan diikatkan di sepanjang keramba ikan milik nelayan di laut dan diturunkan beberapa meter hingga dekat terumbu karang.
Suhana menjelaskan, alasan meletakkan alat pocongan di dekat terumbu karang karena lobster sering bertelur di sela-sela terumbu karang. Sehingga setelah telur lobster menetas menjadi benih akan terbawa arus dan menempel di rumbai-rumbai alat pocong.
Alat tangkap Pocongan. (Foto: Dok. KKP)
zoom-in-whitePerbesar
Alat tangkap Pocongan. (Foto: Dok. KKP)
"Di sekitar keramba itu kan ada terumbu karang, karena lobster kan bertelur di sela-sela karang dan ketika telur itu sudah menetas benih lobster tersebut terbawa arus dan menempel lah di pocongan itu di bagian rumbai-rumbainya itu. Kalau terkena arus kuat benih lobster yang sudah menempel bisa lepas, tapi hanya sebagian saja," paparnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Suhana, nelayan setiap waktu dapat memasang alat pocongan. Biasanya pada pagi hari, nelayan akan mengangkat alat pocongan dan mengambil benih-benih lobster yang telah menempel.
"Setiap waktu mereka (nelayan) memasangnya, nanti paginya mereka tinggal mengambil alat pocongan tersebut dan benih-benih lobster yang telah menempel sepanjang alat tersebut enggak rusak ya akan terus dipasang dan dipakai terus, makanya nelayan bisa menangkap benih lobster setiap hari," ucapnya.
Rumbai-rumbai pocongan. (Foto: Dok. KKP)
zoom-in-whitePerbesar
Rumbai-rumbai pocongan. (Foto: Dok. KKP)
Penyelundupan benih lobster telah merugikan negara hingga Rp 158 miliar. Berdasarkan data Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia, sampai dengan akhir Juni 2017, penyelundupan benih lobster yang berhasil digagalkan telah mencapai angka Rp 158 miliar dengan 13 kali upaya penyelundupan.
Tingginya angka penyelundupan benih lobster disebabkan besarnya permintaan pasar internasional terutama Vietnam. Vietnam selama ini dikenal sebagai negara produsen lobster siap konsumsi. Namun benih lobster mereka dapatkan secara ilegal dari Indonesia.
ADVERTISEMENT