Susi: Vietnam Gemar Curi Ikan di Laut Natuna

5 April 2017 20:03 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Susi Pudjiastuti pantau penenggelaman kapal asing. (Foto: Antara/Izaac Mulyawan)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sempat menjawab sebuah pertanyaan yang diajukan salah satu Anggota DPR dari Komisi IV, Andi Akmal. Andi bertanya kepada Susi tentang data nilai ekspor ikan Indonesia yang kalah bila dibandingkan dengan Vietnam.
ADVERTISEMENT
"Ekspor kita jauh di bawah Vietnam. Apakah Vietnam mencuri ikan kita?" tanya Andi kepada Susi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/4).
Tidak perlu waktu lama, Susi langsung menjawab. Menurut Susi Vietnam adalah salah satu negara yang sering melakukan praktik illegal fishing di wilayah perairan Indonesia, khususnya di Laut Natuna. Vietnam juga mengimpor ikan dari Indonesia dalam jumlah besar lalu diekspor kembali ke berbagai negara.
"Memang masih banyak ditemukan pencurian mereka di Natuna, kapal yang ditenggelamkan 70 persen juga dari mereka. Tapi memang di negara mereka juga budidayanya sangat besar, terutama untuk ikan patinnya. Kedua, Vietnam juga melakukan impor dalam jumlah besar, untuk reekspor (diekspor kembali)," jawab Susi.
Menteri Susi ketika di Ambon, Maluku (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menurut catatan Susi, selama 2016 KKP menangkap 163 kapal yang terbukti melakukan praktik illegal fishing. Dari jumlah tersebut, 83 kapal diketauhi berasal dari Vietnam.
Sedangkan bila dilihat dari angka ekspor produk perikanan, Indonesia hanya menduduki peringkat ke 10 dunia dengan nilai ekspor mencapai 3,11 miliar dolar AS. Sementara itu, Vietnam mampu menduduki peringkat ketiga dengan nilai ekspor produk perikanan mencapai 5,8 miliar dolar AS. Berikut ini rinciannya:
1. China dengan nilai ekspor 14,1 miliar dolar AS,
2. Norwegia (8,8 miliar dolar AS),
3. Vietnam (5,8 miliar dolar AS),
4. Amerika Serikat (5,1 miliar dolar AS),
5. India (4,6 miliar dolar AS),
6. Kanada (4,2 miliar dolar AS),
7. Chile (4 miliar dolar AS),
ADVERTISEMENT
8. Swedia (3,7 miliar dolar AS),
9. Belanda (3,13 miliar dolar AS),
10. Indonesia (3,11 miliar dolar AS).