Sastra Sebagai Media untuk Mendidik Masyarakat Luas

Wike Adinda
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
4 Desember 2022 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wike Adinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Bila kita bicara soal sastra, maka tak akan lepas dari pembahasan mengenai bahasa. Sebab, sastra sendiri merupakan sebuah seni yang bermedium bahasa. Baik itu berbentuk prosa, puisi atau pun drama. Karya sastra tak cukup hanya indah, melainkan juga harus bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Karya sastra yang ideal adalah, karya sastra yang mampu untuk melakukan hegemoni terhadap masyarakat luas tentang hal-hal baik dan bermanfaat. Lewat gambaran kehidupan yang biasanya ditampilkan lewat berbagai karya sastra, para sastrawan berharap agar masyarakat, khususnya para penikmat karya sastra menjadi manusia yang lebih humanis dan beradab.
Sastra sendiri merupakan media atau alat untuk menyebarkan kebaikan, atau mendidik masyarakat luas. Lewat keindahannya, sastra diharapkan mampu memberikan daya tarik kepada masyarakat luas untuk belajar tentang segala sesuatu lewat karya sastra itu sendiri. Jadi, sebelum sastra menggunakan media, maka sebenarnya sastra itu sendiri merupakan sebuah media, media untuk mendidik tentunya.
Pikiran dan perasaan sastrawan tak akan mampu tersampaikan kepada masyarakat luas tanpa adanya media. Seperti contohnya, media cetak, media non cetak, media luar ruang, dan lain sebagainya. Yang jelas, untuk mewujudkan pikiran dan perasaan tersebut sehingga dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, sastra memerlukan media.
ADVERTISEMENT
Media di zaman sekarang rasanya sudah sangat banyak untuk dapat membuat serta menyebarkan karya sastra kepada masyarakat. Namun, memang yang masih perlu diperhatikan adalah kemampuan literasi masyarakat kita, khususnya para pemuda, yang masih sangat lemah. Padahal, literasi dapat dilakukan tak hanya lewat membaca dan menulis saja, melainkan dengan berdiskusi, menonton video atau pun mendengarkan musik.
Penulis sendiri begitu tertarik dengan karya sastra yang berbentuk prosa, khususnta novel. Sebab, lewat cerita-cerita yang disampaikan, penulis kerap kali mendapatkan gambaran tentang kehidupan. Setelah mendapat gambaran tersebut, maka biasanya penulis akan menemukan solusi untuk mengatasi setiap konflik yang terjadi di dalam dunia realita.
Namun, menurut penulis sendiri, masih banyak sekali kesalahan berbahasa pada setiap karya sastra berbentuk prosa tersebut. Baik itu di dalam novel atau pun cerpen. Hal tersebut tentunya tidak dapat dianggap remeh. Sebab, karya sastra sebaik apa pun tetapi tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, rasa-rasanya akan kurang sempurna.
ADVERTISEMENT
Penulis berpendapat bahwasanya penyuntingan dalam sebuah naskah karya sastra merupakan hal yang penting. Karena, dengan adanya penyuntingan yang dilakukan oleh penyunting profesional, maka kesalahan-kesalahan berbahasa di dalam karya sastra, khususnya prosa akan dapat berkurang, bahkan mungkin hilang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan juga untuk kedepannya hal mengenai kesalahan berbahasa semacam ini bisa diperbaiki. Bila suatu hari pembaca sekalian ingin membuat suatu karya sastra, penulis sarankan untuk mempelajari ilmu linguistik terlebih dahulu secara mendalam. Supaya dapat menghasilkan karya sastra yang berkualitas dan sempurna.
Ketika sebuah karya sastra sudah berkualitas, maka secara otomatis akan bermanfaat juga mendidik bagi masyarakat luas.