news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Koperasi Postmodern

Wildanshah
Komisaris Perkumpulan Warga Muda. Direktur Utama PT Gerakan Masa Depan. CEO Gorengin. Deputi Riset dan Manajemen Pengetahuan Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation. Anggota Asosiasi Ilmu Politik Indonesia.
Konten dari Pengguna
15 September 2021 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildanshah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koperasi Postmodern
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, Saya sedang membaca teori posmodernisme. Singkatnya, menurut Jean Francois Lyotard, posmodernisme adalah sikap yang tidak mempercayai metanarasi atau narasi besar.
ADVERTISEMENT
Orang-orang postmodern, bersih kukuh, untuk melawan segala bentuk totalitas, termasuk pengetahuan tunggal dalam menafsirkan dan menjalani kehidupan.
Belajar darinya, kita disarankan untuk memeriksa kembali lembaran lama, yang begitu diagung-agungkan oleh kita di hari ini. Karena prinsip utama sains postmodern adalah meciptakan ide-ide baru.
Masih merujuk pada gagasan Lyotard, sejarah manusia tidak pernah berkonsensus dalam skala besar, tetapi yang ada hanya akumulasi dari konsensus-konsensus di narasi-narasi kecil, perjuang-perjuangan di ruang sempit.
Artinya, masyarakat bertahan bukan karena konsensus, tapi karena selalu mencari disensus, atau dalam istilah populernya melakukan diferensiasi di tingkat yang paling “dekat”.
Pada konteks koperasi, kita perlu mengadopsi pemikiran kaum postmodern seperti Lyotard. Mungkin posmodern dan koperasi terkesan tidak ada hubungannya.
ADVERTISEMENT
Padahal, gagasan subversif ini, mampu menjadi alat untuk menguliti pendekar-pendekar koperasi yang memaksakan narasi tunggal, cara tunggal, dan paradigma tunggal kepada kita. Gaya semacam ini adalah rezim berfikir yang totalitarian dan jahat.
Karena persoalan dari narasi tunggal adalah mereka akan banyak mencampakan beberapa “alternatif” dan memaksakan “kehedaknya” kepada seluruh entitas koperasi yang begitu beragam.
Dari sini, kita perlu mengagendakan proyek posmodernisme pada koperasi: yang merayakan kebebasan dan keberagaman berfikir di dalam ekosistem koperasi, yang pada nantinya mempengaruhi sekaligus melahirkan varian model bisnis koperasi yang berbeda-beda tanpa perlu menginduk pada satu cara bertindak.
Sebagaimana kita ketahui bersama, sangat mustahil mengeneralisasi satu solusi di dunia yang semakin kompleks dan terfragmentasi ini.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, dengan semangat postmodernisme, penggiat koperasi perlu membebaskan diri dari mode pemikiran yang dominan, narasi tunggal, dan totalisasi ide baik dari internal maupun eksternal.