Sesat Pikir Anggota Koperasi

Wildanshah
Komisaris Perkumpulan Warga Muda. Direktur Utama PT Gerakan Masa Depan. CEO Gorengin. Deputi Riset dan Manajemen Pengetahuan Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation. Anggota Asosiasi Ilmu Politik Indonesia.
Konten dari Pengguna
4 Maret 2021 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildanshah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sesat Pikir. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sesat Pikir. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jika penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi kita tidak memuaskan, karena tidak melahirkan ide-ide segar atau inovasi yang renyah. Mungkin anggota-anggota kita memang malas berpikir dan berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka, RAT hanya ajang seremonial pengurus atau debat kusir bagi para pendekar koperasi di masing-masing daerah, dilalah mayoritas anggota tidak merasa bertanggung jawab untuk sumbang saran yang bermakna.
Padahal koperasi bisa melakukan hal-hal yang luar biasa, karena di sini demokrasi dan partisipasi merupakan urat nadinya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Tapi dalam situasi tertentu anggota-anggota di dalamnya bisa sangat mengecewakan ekspektasi kita.
Maka dari itu, siap tidak siap, koperasi harus bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Kita perlu berpikir matang dalam membuat rencana dan keputusan bagi kebaikan bersama.
Membuat keputusan untuk kemajuan koperasi memang bukan sesuatu yang gampil.
Masih banyak koperasi kita yang belum sembuh dari kesesat berpikir. Kami melihat hingga saat ini ada empat sesat pikir yang menginfeksi koperasi di tanah air.
ADVERTISEMENT
Pertama, adalah pemikiran selektif: kecenderung anggota koperasi untuk memvalidasi ide yang disukai dengan mengabaikan ide yang lainnya.
Kedua, adalah pemikiran reaktif: kecenderungan anggota koperasi untuk bereaksi secara terburu-buru dalam merespons ide maupun situasi terkini.
Ketiga, adalah pemikiran asumtif: kecenderungan anggota koperasi mempercayai sesuatu tanpa bukti dan data.
Keempat, adalah pemikiran kelompok: kecenderungan anggota koperasi menyesuaikan diri dengan pendapat mayoritas yang belum tentu memiliki “ide berkualitas”.
Sesat pikir koperasi semacam ini tentunya sangat berbahaya. Cara berpikir banal, membuat koperasi kita stagnan, lambat, dan berpotensi menjelma menjadi parasit bagi ekosistem koperasi secara keseluruhan.
Percayalah tak ada yang lebih berbahaya daripada koperasi yang hanya menjadi kumpulan tubuh tapi tidak menjadi kumpulan ide-ide brilian. Dan, RAT adalah ritual besar bagi kita bersama buat membebaskan anggota-anggota koperasi yang memiliki pemikiran sesat nan terkutuk tersebut.
ADVERTISEMENT