Sampah Plastik adalah Setan yang Tidak Dikurung Ketika Ramadhan

WILON TRI AKBAR
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
19 April 2022 14:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari WILON TRI AKBAR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1: Penjual takjil di Jalan Raya Jatinangor (Wilon Tri Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1: Penjual takjil di Jalan Raya Jatinangor (Wilon Tri Akbar)
ADVERTISEMENT
Setiap sore menjelang buka puasa, Jalan Sayang dan Jalan Raya Jatinangor selalu disesaki pedagang kaki lima guna menjajakan makanan atau minuman manis mereka. Para pembeli pun tak kalah ramainya, mereka memarkirkan kendaraan mereka di mana saja asalkan dirasa tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam makanan dan minuman dijual di pinggir Jalan Sayang dan Jalan Raya Jatinangor. Ada lebih dari 15 pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Sayang yang hanya menyajikan minuman sebagai menu buka puasa dan ada lebih dari 10 pedagang yang menjajakan berbagai bentuk makanan pembuka.

Krisis Iklim adalah Nyata!

Keluarga tersebut duduk bersama di meja makan. Mereka saling mengerti satu sama lain. Senyum manis yang dibuat-buat berusaha mereka terbitkan dari wajah mereka. Semua anggota keluarga melakukan hal yang sama. Perasaan khawatir yang mereka pendam membuahkan senyum tersebut.
Beberapa saat kemudian, meteor besar meluluhlantakkan seisi rumah mereka beserta mereka yang tidak lagi sempat tersenyum khawatir. Mereka semua mati. Seluruh dunia hancur dan seluruh makhluk hidup mati karena meteor tersebut.
ADVERTISEMENT
Begitu setidaknya akhir dari film “Don’t Look Up” yang baru dirilis pada tahun 2021. Film tersebut menceritakan bagaimana perjuangan para ilmuwan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat Bumi terhadap meteor yang akan menabrak Bumi dalam waktu dekat. Sayangnya, sebagian dari masyarakat dan pemerintah yang berkuasa seolah-olah meremehkan hal tersebut.
“We Are Nature Defending Itself,” begitu setidaknya poster yang tertempel pada salah satu kaca gedung di Los Angeles. Musababnya, beberapa waktu lalu, ilmuwan NASA melakukan demonstrasi besar-besaran guna memperingati dampak pemanasan global dalam waktu dekat. Demonstrasi tersebut dilakukan di Los Angeles.
Penggunaan plastik sekali pakai masih lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Pada pedagang-pedagang kecil, dapat kita temui plastik sekali pakai yang mereka gunakan untuk memenuhi penjualan mereka. Terlebih, ketika Bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
“Ada peningkatan. Kalau cuaca bagus ada peningkatan, kalau hujan mah biasa aja,” ucap Feri, seorang pengusaha plastik di Jalan Sayang, Jatinangor menjelaskan bagaimana penjualan tokonya dapat meningkat ketika Bulan Ramadan.
Sembari memerintahkan pegawainya untuk mengurusi toko, ia menjelaskan bahwa barang yang paling banyak diminati di toko milik Feri adalah gelas plastik dan minuman siap seduh berbentuk saset.
Feri bukanlah satu-satunya pemilik toko plastik di Jalan Sayang, Jatinangor. Masih ada empat hingga lima pedagang lainnya yang menjual barang dagangan yang sama.
Hal yang senada juga diucapkan oleh para penjual minuman dan makanan di Jalan Sayang dan Jalan Raya Jatinangor. “Kalau lagi rame, penjualan bisa mencapai 140 gelas, Itu kalau cuaca lagi panas atau cerah. Tapi, kalau lagi hujan, penjualan paling mencapai 70 atau 80 gelas per hari,” ucap seorang pedagang Es Goyobod di Jalan Sayang sembari menyiapkan pesanan bagi para pelanggannya.
ADVERTISEMENT
“Terima kasih,” ucap pedagang Es Goyobod sembari memberikan pesanannya kepada para pelanggannya. Senyum terbit di bibir para pelanggannya, sembari menganggukkan kepala mereka dengan ramah kepada pedagang Es Goyobod tersebut.
Jika ada 15 pedagang minuman yang menggunakan gelas plastik atau plastik sekali pakai, maka setidaknya ada 31 ribu hingga 60 ribu lebih plastik sekali pakai yang akan terbuang. Angka tersebut hanya mewakili sampah plastik dari para pedagang minuman di sepanjang Jalan Sayang dan Jalan Raya Jatinangor. Belum termasuk sampah plastik dari para pedagang makanan dan daerah-daerah lainnya.
Hal senada diterangkan oleh Zerowaste.id yang mengatakan bahwa produksi sampah naik sekitar 20 persen atau setara dengan 500 ton sampah yang dihasilkan ketika Bulan Ramadhan. Bahkan, ada sekitar 200 ton makanan yang terbuang setiap harinya di Bandung.
ADVERTISEMENT