Dilema Ibu Bekerja, WFH atau WFO?

Winarni
ASN di Badan Riset dan Inovasi Nasional
Konten dari Pengguna
23 September 2020 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Winarni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Work From Home. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Work From Home. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sistem WFH (Work From Home) merupakan kesempatan bagi ibu bekerja agar dapat lebih dekat dengan keluarga terutama anak. Kebersamaan dengan keluarga yang biasanya hanya terjadi pada akhir pekan, kini dapat dilakukan setiap hari tanpa mengurangi produktivitas kerja. Bagi sebagian orang, sistem kerja ini lebih nyaman karena lebih fleksibel mengatur waktu kerja. Tetapi bagi sebagian lainnya menimbulkan dilema dengan sistem kerja ini, sebab mereka bekerja tak kenal waktu sehingga timbul efek kelelahan bagi pelakunya.
ADVERTISEMENT
WFH merupakan sistem kerja yang dirasa paling aman untuk menghindari penyebaran covid-19 yang sedang melanda dunia. Penyebaran virus yang dipicu dari interaksi manusia harus diminimalisir dengan membatasi interaksi antarmanusia. Presiden Jokowi mengambil kebijakan pembatasan sosial berskala besar untuk meminimalisir kenaikan angka kasus. Salah satu anjuran pemerintah adalah, kita harus bekerja di rumah, belajar di rumah dan beribadah di rumah, itu arahannya. Kantor pemerintah, perusahaan, sekolah, universitas dan lainnya kemudian menerapkan aturan ini. kantor menerapkan WFH, sekolah menerapkan SFH.
Sistem WFH sendiri telah lama dikenal, tepatnya sejak 1950 dengan sebutan telework/telecommuting (Oswar Mungkasa, 2020). Sebelum masa pandemi pun sistem kerja ini telah di terapkan beberapa perusahaan di dalam dan luar negeri. Sistem kerja ini memiliki kelebihan antara lain waktu bersama keluarga lebih banyak, tidak terganggu dengan suasana kantor yang kurang nyaman, waktu kerja lebih fleksibel, menghemat biaya pengeluaran dan mengurangi tingkat stress karena perjalanan menuju kantor. Sedangkan kekurangan dari WFH adalah waktu kerja yang tidak teratur, kadang terganggu suasana rumah yang ramai oleh anak-anak dan membuat tidak fokus bekerja, serta kebutuhan koneksi internet dan listrik yang semakin besar.
ADVERTISEMENT
Sebagai ibu bekerja, tanggung jawab tugas utamanya adalah menyelesaikan pekerjaan kantor di samping pekerjaan rumah tangga lain. Menyelesaikan pekerjaan kantor dibarengi pekerjaan lain adalah tantangan tersendiri. Belum lagi para ibu bekerja yang memiliki anak usia sekolah yang harus didampingi saat menyelesaikan tugas pembelajaran di rumah.
Pilih WFH atau WFO
Untuk mengetahui respons pegawai wanita, khususnya ibu bekerja, saya melakukan survei dengan responden ibu bekerja di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Survei ini dilakukan mulai tanggal 1 Juli -11 Juli 2020 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Responden merupakan pegawai wanita di lingkungan LIPI yang telah memiliki anak dengan spesifikasi pekerjaan SDM Iptek (peneliti) dan SDM pendukung iptek (administrasi). Pertanyaan yang diajukan antara lain, mengenai kecenderungan pilihan antara WFH atau WFO, optimalisasi WFH dan WFO; kendala yang dihadapi selama WFH; prioritas antara tugas kantor dan tugas sekolah anak; dan dampak WFH terhadap keintiman keluarga. Hasilnya, mereka lebih banyak memilih WFO dibandingkan WFH dengan alasan, saat bekerja di kantor, lebih fokus dalam melakukan pekerjaannya sehingga lebih efektif dan efisien. Sebaliknya, apabila WFH, akan cenderung terganggu dengan aktivitas anak maupun pekerjaan lain.
ADVERTISEMENT
Menurut responden ibu bekerja, WFH memiliki sisi positif yaitu meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak. Para ibu lebih fleksibel mengatur waktu bekerja sesuai kebutuhan. WFH juga memangkas waktu perjalanan dari dan ke kantor meminimalkan stress yang ditimbulkan perjalanan ini. Responden memiliki waktu lebih banyak dalam menambah wawasan antara lain dengan membaca dan mengikuti seminar online serta fokus menyelesaikan tugasnya.
Sisi negatif sistem kerja WFH yaitu tidak ada rentang waktu kerja pasti dalam sehari. Fleksibilitas kerja ini menimbulkan kelelahan karena beban ganda yang harus dikerjakan, bahkan kadang harus diselesaikan bersamaan. Dilema responden dalam melaksanakan WFH juga sering disebabkan oleh suasana kerja di rumah dengan situasi anak-anak melaksanakan sekolah daring, jaringan internet yang kadang tidak stabil yang berpengaruh pada proses koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
ADVERTISEMENT
Optimalisasi WFH
Pemerintah tetap menerapkan WFH sebagai salah satu langkah memutus rantai penyebaran covid-19. Diharapkan para pekerja akan tetap menjaga kinerja dan produktivitasnya walaupun masih banyak kekurangan dalam penerapannya. Agar WFH berjalan efektif dan produktif, maka diperlukan langkah-langkah untuk menyiasati kekurangan dari sistem ini.
Salah satu caranya adalah dengan menyediakan satu ruangan untuk kita bekerja layaknya sedang bekerja di kantor sehingga suasana dalam ruangan sangat kondusif dan kita akan focus bekerja selama jam efektif WFH.
Selain menciptakan suasana bekerja layaknya WFO, satu hal penting lain dalam menciptakan WFH yang optimal adalah adanya supporting system yang baik dari pasangan, asisten rumah tangga atau anggota keluarga lain yang membantu menjaga anak-anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lain selama kita bekerja di rumah.
ADVERTISEMENT
Bagi ibu bekerja yang memiliki anak usia sekolah dan menjalani sekolah daring, tantangan dalam melaksanakan WFH adalah membagi waktu mendampingi anak dan bekerja. Namun, Kita bisa memilih mendampingi anak dahulu kemudian mengganti jam di waktu lain sehingga kita tetap memenuhi jam kerja seperti jika kita bekerja di kantor.
Apabila terjadi kondisi jadwal yang bersamaan antara pekerjaan dan tugas sekolah daring, dapat diupayakan dengan mengubah atau menyesuaikan tenggang waktunya.dapat juga dilakukan dengan memberikan pengertian kepada anak agar menyelesaikan tugas sesuai kemampuan dan dikoreksi kemudian.
Kebijakan WFH di era pandemi ini merupakan pilihan terbaik dalam meminimalisir penularan virus Covid-19. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya pekerjaan kantor, pekerjaan rumah tangga dan menjaga anak-anak membuat wanita yang bekerja menjadi lebih lelah. Namun kebijakan ini perlu dievaluasi, sejauh mana efektivitas dan pengaruhnya terhadap capaian lembaga. WFH harus memacu kita untuk lebih kreatif, inovatif, dan produktif dalam bekerja.
ADVERTISEMENT