LANGKAH BERANI PUAN MAHARANI DEMI RASA CINTA PERSAUDARAAN SESAMA WNI

Konten dari Pengguna
19 September 2017 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wirang Galeng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
LANGKAH BERANI PUAN MAHARANI DEMI RASA CINTA PERSAUDARAAN SESAMA WNI
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
WNI yang diduga kuat berafiliasi dengan ISIS adalah perbincangan yang kini menguji rasa persaudaraan kita selaku sesama Warga Negara Indonesia. Dilaporkan dalam beberapa media bahwa pemerintah Turki mendeportasi 152 WNI yang diduga kuat berafiliasi dengan ISIS. Juga ada 45 WNI tertangkap dan dianggap terlibat ISIS. Dan sebanyak 435 WNI rencananya hendak dipulangkan (tribunnews.com, 18/7/2017).
ADVERTISEMENT
Bisakah mereka, WNI yang dideportasi sebab terkait ISIS, diterima kembali untuk pulang?
Persoalan ini tentu saja menimbulkan problem. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan bahwa mereka tak perlu pulang lagi ke tanah air. Apa yang ditegaskan oleh sang menteri menunjukkan bahwa dengan bergabung dengan ISIS, selain memalukan Indonesia, juga dikhawatirkan hanya akan menebarkan bibit di tanah air. Tentu situasi ini tidak diinginkan oleh setiap orang. Kita semua pasti menginginkan hal itu tidak terjadi.
Tetapi sikap tegas sang menteri pertahanan juga menimbulkan pertanyaan: bagaimana nasib mereka sebagai WNI bila di tanah air sendiri, mereka tak dapat pulang? Bila di negeri sendiri mereka tak dapat pulang, kecil kemungkinan mereka bisa diterima di negara-negara lain? Apakah jalan keluar sang menteri merupakan satu-satunya yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Persoalan ini telah menguji pertimbangan akal sehat – tentang kemungkinan bahaya jika mereka pulang ke tanah air, bahaya menjadi virus – dan pertimbangan nurani persaudaraan sesama WNI, sebagai saudara sebangsa dan setanah air?
Puan Maharani – Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) – memberi pandangan yang berani. Dia sendiri memilih mempertimbangkan aspek persaudaraan atas WNI biar pun mereka kini diduga berafiliasi kuat dengan ISIS. Pertimbangan Puan didasarkan pada kewajiban negara Indonesia untuk melayani dan menjamin kehidupan warganya. Kewajiban ini mutlak harus dijalankan. Apakah Puan tidak memikirkan sinyal dari keputusannya?
Tentu saja Puan Maharani juga mempertimbangkan secara akal sehat. Puan hanya tidak bisa terima keputusan bahwa mereka tidak boleh pulang. Bagaimana pun, rumah mereka di tanah air ini. Mereka lahir dan tumbuh besar di tanah air ini. Dan karena itu, bukan satu-satunya solusi terbaik dengan mencegah mereka pulang. Lalu bagaimana memadukan perasaan persaudaraan atas mereka, dengan membolehkan mereka pulang, dan juga mempertimbangkan akal sehat bahwa mereka dipastikan tidak bakal menyebarkan virus ‘radikalisme’ di tanah air.
ADVERTISEMENT
Pertama, Puan Maharani menegaskan bahwa WNI yang diduga telah dipengaruhi kuat oleh ‘radikalisme’ mesti menjalani proses-proses deradikalisasi. Deradikalisasi adalah proses meminggirkan atau membersihkan paham-paham radikal yang mengental di dalam pikiran mereka sebagai akibat doktrin terus-menerus dari kelompok organisasi yang merekrutnya. Proses ini tentu butuh waktu yang lama. Tetapi ini adalah salah satu cara untuk mengembalikan mereka menjadi manusia yang memiliki kesadaran dan cinta kepada manusia lainnya.
Selama mereka diyakini masih kuat pengaruh pemikiran radikalnya, mereka harus menjalani proses deradikalisasi di tempat karantina. Dan perihal ini, Puan telah menginstruksikan Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa dan Komjen (Pol) Suhardi Alius, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (tribunnews.com, 18/7/2017).
Kedua, Puan Maharani juga menginstruksikan agar seluruh kepala daerah bersedia menerima para deportan yang sudah menjalani program deradikalisasi. Kepala daerah mesti menunjukkan sikap yang ramah, yang menerima mereka sebagai saudaranya seperti semula. Tentu saja mereka tetaplah saudara sebangsa dan setanah air. Mereka perlu memperoleh rangkulan persaudaraan dari mereka. Hanya melalui penerimaan yang tulus dari mereka, dari lingkungan daerah asal mereka, mereka bisa kembali ke pikiran yang semula.
ADVERTISEMENT
Kadang cinta yang tulus adalah senjata yang paling ampuh untuk meluluhkan seseorang. Belajar dari pikiran ini, sikap dan cara mereka menunjukkan kepedulian kepada deportan memiliki makna tersendiri bagi mereka, deportan. Mereka akan merasakan lagi hangat persaudaraan dan mereka akan merasakan betapa jalan yang ditempuhnya – dengan masuk ke dalam gerbong gerakan atau kelompok radikalisme – tidaklah tepat. Dan mereka menyesalinya.
Dengan melalui cara ini, Puan Maharani telah membebaskan mereka, saudara-saudara sebangsa setanah air, dari jerat paham radikal: membersihkan mereka sebersih-bersihnya. Cara pertolongan seperti ini adalah cara yang penuh cinta. Dua hal yang bisa diperoleh dari cara ini: tetap memberikan hak-hak mereka sebagai WNI dan kedua mengembalikan mereka ke jalan yang penuh cinta – cinta kepada kemanusiaan.
ADVERTISEMENT