Puan Maharani; Perihal Merawat Bangsa (agar) Tak Retak

Konten dari Pengguna
18 Oktober 2017 9:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wirang Galeng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puan Maharani; Perihal Merawat Bangsa (agar) Tak Retak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tak ada yang menginginkan suatu keadaan yang retak: persaudaraan yang retak, kesatuan yang retak dan bangsa yang retak. Sebab retak adalah kondisi awal bagi potensi ketercerai-beraian. Tetapi siapa punya kuasa melawan keadaan. Meski begitu keadaan bukanlah suatu kuasa yang muncul begitu saja di luar kemauan kita. Keretakan adalah sesuatu yang seringkali dipahami sebagai nasib sial tapi sebenarnya ada peran kita di dalamnya yang tidak kita sadari. Barangkali keretakan itu adalah akibat ego masing-masing kita yang jarang disadari.
ADVERTISEMENT
Apa yang perlu kita lakukan? Tak lain adalah menyadari bahwa kita adalah satu bangsa yang diikat oleh rasa persaudaraan dan pengalaman bersama. Bagi Puan Maharani, kalimat-kalimat ini tentu sudah hal yang wajar. Kalimat-kalimat ini seringkali diucapkan. Dan kita sering mendengar kata-kata ini diucapkan Soekarno, kakek Puan sendiri.
Tergugah oleh sang kakek, dan tentu saja melalui mata kesadarannya atas persoalan-persoalan kebangsaan yang dia alami dan rasakannya sendiri, Puan Maharani menjadi selalu terganggu oleh bahasa retakan: entah itu retakan kebangsaan. Dia menyadari bahwa keretakan bagi sebuah bangsa yang majemuk adalah suatu hal yang bisa saja terjadi. Dan ia sendiri menyaksikan konflik-konflik kecil yang memungkinkan retakan sebagai hal yang potensial menjadi aktual.
ADVERTISEMENT
Puan Maharani menegaskan mengapa retakan dari sebuah persatuan itu adalah sesuatu yang tak boleh terjadi sebab bangsa ini besar bersama-sama. Seperti sering diingatkan tentang ‘jangan sekali-kali melupakan sejarah’, Puan menyadari bahwa simpul-simpul kebangsaan kita diperkuat oleh rasa persaudaraan yang tinggi. Simpul-simpul kebangsaan terjalin dalam ikatan keanekaragaman yang tinggi. Ada banyak warna yang terjalin dalam ikatan kebangsaan kita. Warna-warna itu satu sama lain saling terikat bersama, saling menguatkan hingga sejauh ini yang disadari oleh Puan Maharani.
Sampai sejauhmana jalinan ikatan itu terus kuat bukanlah semata-mata persoalan nasib. Nasib hanyalah sebuah kata yang boleh kita dengar tapi tak boleh menguasai kita. Ada ungkapan: kita tak boleh menyerah pada nasib. Maka relevan dengan soal ini, nasib ikatan bangsa kita adalah kuasa kita untuk mengupayakan bagaimana merawatnya, mengikatnya dan meneguhkan agar terus kuat.
ADVERTISEMENT
Puan Maharani dalam konteks ini menyimpan harapan besar. Dia menyadari bahwa yang menguatkan kebangsaan kita (bangsa Indonesia) adalah perasaan senasib dan sependeritaan. Perasaan senasib dan sependeritaan adalah imajinasi yang perlu terus kita rawat. Tentu saja baginya, ini bukan bukan sekedar imajinasi biasa. Ada sejarah yang benar-benar terjadi. Dalam sejarah itu, kita jalin-menjalin, bahu-membahu mengupayakan kemerdekaan. Kita bersama-sama mengusir penjajahan di atas bumi ini. Imajinasi kebangsaan itu benar-benar menemukan simpul-simpulnya dalam kesadaraan bersama untuk bersaudara dan bersolidaritas.
Tentu perasaan senasib dan sependeritaan ini tidaklah cukup sebagai kata-kata saja. Ketimpangan tiap daerah adalah persoalan yang memang mesti terus-menerus diperbaiki. Apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan memberdayakan orang-orang yang miskin, berusa mengurangi kesenjangan kemiskinan adalah langkah-langkah yang tepat untuk menguatkan solidaritas kebangsaan itu.
ADVERTISEMENT
Puan Maharani telah melakukan langkah-langkah ini sebagai wujud kesadaran sosialnya untuk menguatkan persaudaraan dan mengurangi kesenjangan. Berbagai program yang berorientasi mengurangi angka kemiskinan, memberdayakan masyarakat miskin papa telah dilakukannya. Menteri-menteri di bawah koordinasinya telah bekerja keras. Sebut satu diantaranya, Program Keluarga Harapan (PKH), yang dianggap paling efektif mengurangi angka kemiskinan telah dilaksanakan dengan baik dan terus dilaksanakan dengan baik oleh Menteri Sosial di bawah koordinasi Menko PMK.
Dengan ini, Puan Maharani menegaskan: ini adalah salah satu cara bagaimana merawat kebangsaan, merawat perasaan senasib dan sependeritaan. Bangsa ini tidak boleh retak oleh berbagai apapun yang hendak meretakkannya.