PUAN MAHARANI YANG PANDAI MENDENGARKAN KESUSAHAN ‘WONG CILIK’

Konten dari Pengguna
19 September 2017 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wirang Galeng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PUAN MAHARANI YANG PANDAI MENDENGARKAN KESUSAHAN ‘WONG CILIK’
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan tidak selalu diukur dari posisi jabatannya apa. Tetapi yang lebih penting adalah sikap dan perilakunya yang sadar bahwa mereka seorang pemimpin: seseorang yang kepadanya orang-orang lain menyandarkan diri, seseorang yang kepadanya orang-orang lain menggantungkan harapan.
ADVERTISEMENT
Puan Maharani adalah seorang pemimpin dalam pengertian ini. Dia adalah seseorang yang memiliki kepedulian yang tinggi kepada rakyat. Ketika pemerintah telah menyalurkan bantuan berupa kartu-kartu sakti kepada rakyat yang memungkinkan mereka terpenuhi beberapa kebutuhan dasarnya: kesehatan, pangan, pendidikan, dan lain-lain, Puan Maharani yang tidak pernah absen dalam pembagian kartu tersebut kemudian memiliki pertimbangan dan usul yang lain. Usul itu adalah perihal bagaimana agar kartu-kartu bantuan sosial tersebut diintegrasikan.
Persoalan ini muncul dalam diri Puan Maharani dengan memperhatikan beberapa temuan dan masukan-masukan di lapangan bahwa banyak diantara penerima kartu bantuan itu tidak mengerti dan bingung disebabkan banyaknya macam kartu. Mereka bingung dengan aneka macam kartu berikut penggunaannya. Misalnya, ada kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kartu-kartu itu, bagi kita mungkin tidak membingungkan. Tetapi bagi sebagian rakyat Indonesia, banyaknya kartu tersebut justru membingungkan.
ADVERTISEMENT
Melalui kesediaan dan kepedulian Puan Maharani untuk mendengar (pemimpin memang perlu mendengar dan merasakan apapun yang dirasa persoalan rakyat atau orang-orang yang dipimpin) dan merasakan kesusahan mereka, akhirnya dia menegaskan satu hal yang penting: penggabungan seluruh kartu bantuan sosial. Nanti ketika sudah terintegrasikan ke dalam satu kartu yang memuat banyak fungsi, tak akan ada lagi kebingungan.
Kesediaan dan kesabaran mendengar adalah satu kesadaran penting yang mencerminkan kepemimpinan yang sesungguhnya. Hanya dengan kesediaan itu, pada akhirnya ada sesuatu yang bisa dilakukan sebagai bentuk penyerapan dari keinginan mereka – orang-orang yang dipimpin. Bayangkan bagaimana jika Puan Maharani tidak mau bersedia mendengar mereka? Atau Puan Maharani tidak rajin untuk meneliti hal-hal yang menjadi persoalan mereka? Mungkin Puan tidak akan memiliki kesimpulan yang penting untuk melakukan integrasi fungsi kartu.
ADVERTISEMENT
Beruntunglah ada seorang yang memiliki kesadaran mendengar dan merasakan hal-hal yang menjadi kerumitan rakyatnya. Melalui Puan Maharani, Joko Widodo sang presiden menjadi mengerti beberapa masukan penting untuk meningkatkan program bantuan sosialnya, sesuatu yang sering disebut-sebutnya sejak kampanye sebagai program prioritas.
Puan Maharani memang ikon yang tepat untuk mewakili bagaimana seharusnya ideologi ‘wong cilik’ bekerja: ia perlu memperhatikan, mendengarkan dan merasakan penderitaan masyarakat kecil.