Liga Indonesia Ikut New Normal?

Wis Widadi
Suporter Bola Biasa
Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 5:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wis Widadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi duel pertandingan sepak bola. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi duel pertandingan sepak bola. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Malam minggu (23/5) terasa hangat di Stadion Thien Truong Vietnam. Kerinduan laskar kuning tumpah di tribun lapangan. Walaupun masih pandemi covid19, suporter militan klub Duoc Nam Ha Nam Dinh mengkuningkan pertandingan melawan Hoang Anh Gia Lai dalam kualifikasi Piala Nasional Vietnam. Spanduk, bendera besar dan yel yel memanaskan pertandingan. Bukan suporter kardus, ini suporter asli bernyawa sepakbola.
Tanpa masker Suporter Klub Vietnam Duoc Nam Ha Nam Dinh Memenuhi Stadion Thien Truong di Vietnam (23/5). Foto @Infosuporter @FootyVietnam
Ya, saya iri dengan Vietnam. Iri dengan keberhasilannya menang atas COVID-19 tanpa satupun korban jiwa. Merespon COVID-19, mereka sangat tanggap bahkan awal Februari dikatakan lebai oleh negara lain. Berbeda dengan Indonesia yang awalnya santai, bahkan menteri kesehatan sangat percaya diri jika COVID-19 akan mati dalam iklim tropis nusantara. Tapi sudahlah, setiap negara punya kebijakan masing masing dalam melawan pandemi. Dan saya harus ikhlas dalam situasi pemerintah yang gagap.
ADVERTISEMENT
Saya tambah iri. Minggu lalu sepak bola main lagi di Vietnam. Bahkan berbeda dengan Korea Selatan atau Bundesliga yang ditonton suporter kardus dan musik suara suporter, di negara ngu yen suporter boleh datang ke Stadion Thien Truong Vietnam. Mereka seolah merayakan kemenangan sepakbola sekaligus kemenangan melawan COVID-19 dalam pertandingan itu.
Ribuan suporter datang, seperti dalam situasi normal kehidupan, pertandingan seru, ada interaksi permainan dengan suporter. Sepak bola hidup lagi disana. Jelas ini korelasi karena pemerintahnya berhasil, sepak bola menjadi cerminannya.
Pertandingan Klub Duoc Nam Ha Nam Dinh vs Hoang Anh Gia Lai dalam kualifikasi Piala Nasional Vietnam (23/5) Foto @Infosuporter @FootyVietnam
Terlihat dalam postingan @infosuporter dari @soccervietnam pesta sepakbola di Vietnam terlihat dirayakan. Beberapa komentar dalam postingan itu, “ Yak mantap @officialossi bisa meniru Vietnam” dari @febridoank. Bahkan ada yang heran,” kagak pake masker tuh” @agdianeka.
Antusias Suporter Klub Duoc Nam Han Nam Dinh, Vietnam (23/5).
Kita memang selalu ketinggalan dengan tetangga muda itu. Dari ekonomi kita mulai tergeser. Dari pertanian mereka lebih maju. Dari mobil nasional mereka sudah duluan. Dari COVID-19 mereka finish menang duluan. Dari bola, selain mereka sudah juara AFF, kita belum. Liga mereka sudah mulai, ramai lagi.
ADVERTISEMENT
Dalam benak saya yang suporter bola nasional, terlintas pertanyaan, yang mungkin juga pertanyaan penikmat sepak bola Indonesia lainnya: Kapan Liga Indonesia main lagi?
Nampaknya pertanyaan itu sangat sulit dijawab. Bahkan oleh Ketua Umum PSSI dan PT. Liga yang memutar kompetisi. Bukan tanpa alasan, karena memang syarat Liga bergulir atau tidak harus seizin pemerintah. Bahkan Menpora juga belum berani memberikan jaminan.
Bagi saya pribadi, memang lebih mendukung agar pemerintah menyelesaikan penanganan COVID-19 terlebih dahulu. Jangan tergiur Vietnam yang memang syarat syarat bersih COVID-19 terpenuhi. Ataupun Korea Selatan yang mampu menggelar kompetisi karena COVID-19 juga kalah disana. Atau meniru Jerman, yang disana juga protokol sangat ketat dan negaranya berhasil melawan corona.
ADVERTISEMENT
Kini Presiden Joko Widodo berencana menggulirkan new normal, tatanan normal baru. Kemarin presiden ke Bekasi meninjau kesiapan sebuah mal buka kembali. Apakah ke depan pemerintah juga akan memberikan izin untuk new normal sepak bola?
Ini harus dipikirkan matang, ditimbang dari segala aspeknya. Kesiapan tim dan pemain, lingkungan, keuangan klub dan protokol kesehatannya. Ada opsi seperti Bundesliga misalnya, tanpa penonton.
Namun ini nampaknya berat bagi Liga Indonesia, karena bagaimana pun pendapatan utama adalah dari pendapatan tiket saat home. Namun jika boleh menghadirkan penonton, maka protokol kesehatannya akan sangat menguras tenaga karena antusiasnya pasti sangat tinggi. Petugas akan kesulitan mengontrol suporter, walaupun dengan pembatasan jumlah penonton.
Selain itu dari aspek klub, kebetulan saya pernah menjadi bagian manajemen klub liga 1, jika kompetisi konsekuensinya banyak. Misalnya, tim harus dibentuk lagi, maka gaji pemain akan kembali full lagi, uangnya dari mana? Dari tiket penonton gak mungkin. Dari sponsor? Masa pandemi ini sudah pada lari sebagian. Karena sponsor biasanya mensyaratkan jumlah penonton. Lalu dari subsidi PT. Liga Indonesia Baru? Jelas ini tidak bisa dijadikan patokan. Mungkin dari uang pribadi pemilik klub, ini gila.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ada ribuan pekerja di sektor sepakbola yang nganggur saat kompetisi dihentikan. Ini perlu diselamatkan. Bahkan ada pemain yang akhirnya jadi kuli bangunan, jualan gorengan dan beralih profesi menjadi pedagang di pasar. Bahkan, stadion pun tak luput dari dampak pandemi. Stadion Andi Mattalatta di Makassar malah ditanami sayuran oleh beberapa masyarakat.
Dan sayuran pun tumbuh subur. Ini imajinasi netizen yang dikabulkan Tuhan, saat awal awal pandemi bahkan ada yang membuat Meme Stadion Gelora Bung Karno (GBK) menjadi sawah, dan beberapa stadion lain juga dijadikan meme. Akhirnya menjadi kenyataan, menginspirasi masyarakat Makassar berkebun menanam sayur di stadion.
Dari sisi PT Liga, jika kompetisi tidak berjalan juga akan ada kerugian. Terutama dengan pihak sponsor yang sudah kontrak. Namun, jika new normal dilakukan dis epakbola, hak siar akan dapat diaktifkan kembali dan dijadikan modal untuk mensubsidi klub sesuai RU.PS beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Disisi masyarakat, jika new normal sepakbola dilaksanakan, ini hiburan. Seperti oase dalam pandemi. Banyak yang akan senang menonton dari televisi, membunuh waktu saat bekerja dirumah
Namun, bahaya jika dipaksakan kompetisi bergulir, justru akan menarik mafia judi bola untuk memanfaatkan situasi pandemi. Memainkan perputaran judi, di mana intervensi ke manajemen yang membutuhkan dana akan dilakukan. Potensi ini sangat terbuka. Judi itu seperti korupsi. Masa pandemi ini rawan, bahkan di China, dalam masa Pandemi, korupsi meningkat dua kali lipat. Bahaya. Ini pengalaman saya riset mafia bola di Indonesia sekitar tahun 2010 dengan Save Our Soccer (SOS) Indonesia.
Jadi, memang butuh masukkan dari seluruh stakeholder jika Liga Indonesia mau New Normal. Memang beberapa klub dan pelatih sudah mengusulkan agar kompetisi kembali berjalan, pemain juga sudah mulai bosan dirumah, masyarakat juga sudah kangen dengan tontonan sepakbola. Namun, harus dipertimbangkan aspek kesehatan, protokol kesehatan dan aspek keamanan lainya dalam hal mencegah penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, mari kita tunggu dan doakan yang terbaik keputusan pemerintah, PSSI dan PT Liga Indonesia baru dan klub klub. Apakah kompetisi mau dilanjutkan atau tidak. Tetangga kita, Thailand dan Kamboja akan melanjutkan kompetisi sepakbola saat pandemi ini.
Kalau anda ada di tim mana, pro atau kontra kalau kompetisi Liga Indonesia new normal alias dilanjutkan?