Semua Salah David Luiz, Tak Menghargai Masa Depannya Sendiri

Wis Widadi
Suporter Bola Biasa
Konten dari Pengguna
18 Juni 2020 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wis Widadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bek Arsenal, David Luiz. Foto: Laurence Griffiths/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Bek Arsenal, David Luiz. Foto: Laurence Griffiths/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam lanjutan Liga Inggris (18/6), Arsenal kalah atas tuan rumah Manchester City tiga gol tanpa balas. Bek Arsenal David Luiz menjadi orang yang disalahkan. Blunder untuk gol pertama Man City, memberi lawan penalti dan di kartu merah. Waktunya singkat, hanya 26 menit untuk menghancurkan tim sendiri.
ADVERTISEMENT
Ceritanya bermula dari bangku cadangan, saat David Luiz terlihat malas malasan masuk lapangan menggantikan Pablo Mari yang cidera menit ke 24 babak pertama. Pertanda buruk memasuki menit ke 45 jelang turun minum. Bek Kribo itu gagal mengontrol bola dengan sempurna atas umpan Kevin De Bruyne ke kotak penalti Arsenal. Bola seharusnya langsung bisa disapu bersih dengan kaki kiri. Namun David tak sadar tidak menggunakan bagian kaki yang tepat, kontrol punggung kakinya justru membuat bola menemui ruang kosong. Ruang nanggung di depan kiper.
Dari ruang kosong itu, Sterling masuk. Sebelum menendang bola dengan sangat kencang, dia sempat menunggu satu koma sekian detik agar bola pas momentum setinggi lutut untuk kemudian di voli keras ke arah Bernd Leno. Jeda sepersekian detik itu adalah hasil dari salah kontrol dan salah start dari David Luiz kehilangan bola. Walaupun Rekannya Mustafi mencoba memblok Sterling, namun jarak terlalu jauh sehingga bola tidak terbendung. Merespon kesalahan Luiz, Rekannya Hector Bellerin terlihat kecewa.
ADVERTISEMENT
Sebelum akhirnya turun minum, sebenarnya selama 45 menit permainan Arsenal dapat mengimbangi Man City. Terutama dalam hal bertahan Arsenal cukup rapi menahan gempuran dari serangan City. Bahkan De Bruyne pun sampai harus melebar ke kanan saat mengumpan karena pertahanan yang solid dari meriam london.
Tetapi memang fase kritis pertandingan biasanya terjadi saat awal dan akhir pertandingan. Dimana kira kira konsentrasi menurun dan mental yang mudah menyerah di detik detik terakhir.
Dan benar saja, awal babak kedua, menit ke 48, kurang konsentrasi dan mentalitas dari David Luiz kembali buruk. Dia gagal mengantisipasi pergerakan Riyad Mahrez yang mengontrol bola dengan dada dan cepat memutar badan ke kotak penalti Arsenal. David salah langkah lalu kalah cepat berlari menahan Mahrez. Sayangnya, bukan kaki yang mencoba mendahului justru tangan nakal Luiz menggapai pundak Mahrez, menahan dan membuat pemain City itu jatuh di kotak penalti. Parahnya, Luiz adalah pemain terakhir Arsenal di ujung garis pertahanan timnya. Sehingga wasit pun langsung mengeluarkan kartu merah tanpa didahului kartu kuning sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian beruntun itu yang membuat mentalitas Arsenal terpukul. Tendangan penalti De Bruyne mengecoh leno membuat skor menjadi 2-0. Dengan posisi sepuluh pemain, pertandingan serasa tidak seimbang. Bagi Arsenal ini mungkin terasa sebagai akhir pertandingan yang begitu cepat. Bencana di awal lanjutan liga Inggris yang terlalu cepat. Dalam sisa pertandingan Arsenal terus di gempur dengan tenaga bagi Man City, tak ingat waktu bahkan gol Man City selanjutnya tercipta pada menit 90. Menit penghabisan dan Man City tak pandang bulu.
Selesai pertandingan, David Luiz mengakui kalau dia sedang galau. Waktu kontraknya sangat pendek di Arsenal yang bertahan hanya sampai 30 juni 2020. Dan belum diperpanjang. Kegalauan dia memang sangat terlihat saat di bangku cadangan dan masuk menggantikan Mari pada pertengahan babak pertama. Sambil mengungkapkan kambing hitam kontraknya, dia akhirnya mengakui kesalahannya. “ Hari ini, semua salah saya. Saya salah tentang kontrak, tetapi saya tak akan menggunakan itu sebagai alasan” ucap David Luiz.
ADVERTISEMENT
David nampaknya tidak memanfaatkan waktu dengan baik untuk membuktikan kualitas dirinya.dia tak menghargai masa depannya sendiri. Bahwa dia layak di kontrak lagi di Arsenal. Seharusnya dia bermain maksimal untuk itu. Padahal sebelumnya, Pelatih Arteta pelatihnya memuji setinggi langit pemain berusia 33 tahun itu. Arteta mengatakan “Aku bahagia David di tim ini. Aku ingin mempertahankannya. Dia sudah menjadi panutan bahkan sejak aku mulai bergabung”.
Nah kalau sudah seperti ini, bagaimana penilaian manajemen Arsenal. Apakah mau memperpanjang kerjasama nya di masa depan? Saya rasa tidak. David sudah tidak punya masa depan di Arsenal. Selain karena dia sudah tua, dia tidak menghargai kesempatan untuk masa depannya. Dia tidak membayar mahal sebuah kepercayaan yang telah diberikan.
ADVERTISEMENT