Jenglot, Mumi atau Makhluk Gaib?

19 Oktober 2017 11:58 WIB
Presentasi pemindaian mumi Mesir dengan X-Ray (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presentasi pemindaian mumi Mesir dengan X-Ray (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seminar ilmiah yang membahas tentang mumi diselenggarakan oleh Departemen Arkeologi Universitas Indonesia, Rabu (18/10/2017) kemarin. Pada intinya seminar tersebut berisi tentang perkembangan mumi dan keberadaannya sebagai warisan dunia yang berharga.
ADVERTISEMENT
Berbagai hal menarik disampaikan oleh narasumber Professor Sahar Saleem, Doktor Radiologi dari Cairo University, yang meneliti isi dalam mumi melalui teknologi X-Ray.
Professor Sahar Saleem meneliti beberapa mumi dari pemimpin besar Mesir kuno menggunakan teknologi X Ray guna memperoleh kondisi jasad secara menyeluruh. Tutankhamun, Amenhotep III, Tiye, Ramsses II, Ramsses III, adalah sekian contoh raja Mesir kuno yang muminya diteliti oleh Saleem.
Fenomena mumi di Mesir juga terkadang dikaitkan dengan sosok jenglot di Indonesia. Jenglot disebut mirip dengan mumi, hanya saja ukurannya lebih kecil. Lantas, apakah sebenarnya jenglot itu seperti mumi, yang juga berasal dari manusia?
Peti artistik tempat menaruh mumi. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Peti artistik tempat menaruh mumi. (Foto: Wikimedia Commons)
Senin, 16 Oktober lalu warga Surabaya dihebohkan dengan penemuan sesuatu yang disebut-sebut sebagai jenglot. Jenglot tersebut memiliki kuku tangan dan kaki panjang dan runcing. Ia ditemukan di antara bebatuan yang ada di pesisir pantai Watu-watu,
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum itu, tepatnya tahun 1997, isu soal jenglot ini mengemuka. Adalah para peneliti dari Universitas Indonesia Dr. dr. Djaja Surya Atmaja PhD [Sp.F., S.H., D.F.M.], Dr. dr. Budi Sampurna Sp.F. dan Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad yang melakukan tes DNA terhadap temuan jenglot. Mereka juga bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Dikutip kumparan dari Buku Enigma 2: Menguak Fakta-fakta Misterius Paling Fenomenal di Dunia, Dr Djaja mengatakan bahwa dari hasil penelitiannya, ternyata jenglot memiliki karakteristis seperti manusia.
Dr Djaja mengambil sampel dari sayatan tangan jenglot milik seseorang. Mereka juga melakukan deteksi dengan alat rontgen untuk mengetahui struktur tulang serta pemeriksaan bahan dasar kehidupan seperti C, H, O atau proteinnya.
ADVERTISEMENT
"Saya pun kaget dengan kenyataan ini. Namun bisa saja penelitian saya meleset, misalnya kulit jenglot sebelumnya terkena olesan darah manusia."
dr. Djaja juga sempat membuktikan pergerakan jenglot yang sekilas tampak hanya seperti sebuah mumi tanpa gerak. Bukti gerak jenglot dilakukan dr. Djaja dengan mengambil gambar atau foto. Bola mata jenglot digerakkan dengan tangan dan ternyata sulit bergerak, seakan-akan telah terpatri secara permanen.
Namun rekan Dr Djaja yakni Dr Budi berpendapat sebaliknya. Ia merasa, tak ada yang mirip dari struktur DNA manusia dan jenglot.
"Mirip bagaimana? Harus jelas. Makhluk hidup itu perlu makan dan bernapas. Lalu strukturnya perlu tulang, jantung, paru-paru dan lain-lain. Jenglot tidak mempunyai itu semua."
Namun pada akhirnya penelitian tentang jenglot ini tak selesai karena masalah pendanaan. Selain itu mereka juga belum meneliti DNA jenglot dengan sampel organ bagian dalamnya karena tidak disetujui pemiliknya.
Ilustrasi Jenglot (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jenglot (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Sementara itu ada versi lain soal jenglot ini. Konon mereka yang menjadi jenglot adalah manusia yang menganut ilmu batara karang.
ADVERTISEMENT
Batara karang adalah ilmu yang membuat manusia abadi. Namun karena orang-orang ini akhirnya tewas dan ilmu tersebut masih ada dalam dirinya kemudian jasadnya menyusut, karena bumi tidak menerimanya.
Kalau kamu percaya yang mana?