Kenali Gejala Depresi, Cegah Bunuh Diri

27 Juli 2017 17:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi depresi. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), setidaknya ada 800 ribu orang di seluruh dunia melakukan bunuh diri setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, data yang dihimpun Badan Pusat Statisik (BPS) menyebut jumlah kasus bunuh diri yang diketahui pihak kepolisian setiap tahunnya mencapai angka 900 kasus.
Dari berbagai pemberitaan soal tragedi bunuh diri di media massa, pihak-pihak yang bersangkutan kerap menyebut bunuh diri disebabkan oleh beragam faktor yang kompleks, salah satunya adalah depresi.
Menurut psikolog klinis dewasa Liza M Djaprie, jika seseorang dapat mengenali dan mengatasi gejala-gejala depresi yang muncul pada diri orang-orang terdekatnya, tindakan bunuh diri niscaya dapat dicegah. Lalu apa gejala depresi?
"Depresi itu adalah gangguan psikologis berupa kehilangan minat untuk melakukan apa pun. Misal teman atau tetangga atau rekan kerja yang tadinya punya minat yang rutin dilakukan, tiba-tiba enggak dilakukan," ujar Liza kepada k (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
"Misalnya tetangga depan biasa menyapu dan menyiram tanaman, tapi tiba-tiba enggak diurusin sampai layu. Itu kita sudah bisa menangkap ada sesuatu yang salah. Ya itu, salah satu gejalanya depresi, hilang minat. Misal yang suka olahraga biasanya jadi berhenti olahraga tiba-tiba, yang suka kumpul teman-teman jadi antisosial tiba-tiba," imbuhnya.
Ilustrasi depresi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi. (Foto: Thinkstock)
Gejala depresi yang lain adalah sikap pesimistis menjalani hidup yang tercermin dari berbagai ucapan negatif, mulai dari merendahkan diri hingga membayangkan soal kematian.
"Misal dia mulai mengucapkan 'duh kayaknya kok hidup enggak berarti, orang mati apa ya rasanya', itu sudah lampu merah (bahaya) banget kalau kita sudah dengar kalimat-kalimat gitu dari orang terdekat kita. Boleh itu kita minta bantuan ke psikolog atau pun psikiater," kata Liza.
ADVERTISEMENT
Jika orang-orang terdekatmu menunjukkan gejala-gejala tersebut, apa yang harus kamu lakukan?
"Temani dia, dekati, peluk, tanyakan ada yang bisa dibantu atau enggak? Kalau misal dia enggak mau makan, paksa makan. Dan ajak dia keluar dari ruangan atau kamar, lihat lingkungan luar," kata Liza.
"Kalau dia curhat, dengerin. Jangan mengecilkan ceritanya atau perasaannya, dengerin dulu. Kalaupun dia cuma nangis, dengerin dulu juga," imbuhnya.
Mendampingi penderita depresi yang memiliki kepribadian cenderung tertutup atau introvert, menurut Liza, punya tantangan tersendiri.
Pasalnya, orang-orang introvert seringkali hanya ingin sekadar ditemani tanpa menceritakan apa yang menyebabkannya depresi.
"Kita enggak bisa paksa dia cerita. Pernah ada pasien datang ke ruang konsultasi saya itu cuma duduk diam beberapa jam. Paling enggak dia merasa kita ada di sana, menerima dia dalam kediaman," ujar Liza.
ADVERTISEMENT
"Tapi nanti ketika dia sudah merasa diterima, biasanya dia akan siap untuk bercerita walaupun dikit-dikit keluarnya," lanjut Liza.
Dan saat seorang introvert sedang menceritakan hal yang menjadi pemicu depresinya, kata Liza, orang yang mendengarkan ceritanya sebaiknya tidak menyela cerita tersebut hingga selesai.
"Dia lagi enak cerita jangan disela, biar saja mengalir dulu keluar, seperti buang air dalam gelas, pastikan gelasnya kosong dulu. Kalau dia sudah selesai bilang 'kalau kamu sudah siap, aku di sini ada ya' sebelum mengomentari ceritanya," jelas Liza.
----------------------
Jika Anda membutuhkan informasi terkait depresi atau ingin berbicara tentang isu kesehatan mental lainnya, Anda dapat menghubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat atau mengontak komunitas 'In to the light' untuk mendapat pendampingan di email [email protected] atau facebook: http://www.facebook.com/intothelightid, Twitter: http://www.twitter.com/intothelightid, Instagram: http://www.instagram.com/intothelightid.
Liza Djaprie (Foto: Rakha Mufrihandhanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Liza Djaprie (Foto: Rakha Mufrihandhanu/kumparan)
ADVERTISEMENT