Masalembu Dilihat dari Segi Geografis

22 Mei 2017 9:30 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lokasi terbakarnya KM Mutiara Sentosa (Foto: Faisal Nu'man)
Berbagai tragedi tragis terjadi di Kepulauan Masalembu. Ratusan nyawa melayang. Lantas mengapa perairan di antara Laut Jawa dan Laut Sulawesi ini begitu 'angker'?
ADVERTISEMENT
Ada yang mengaitkan tragedi atau kecelakaan yang terjadi di Masalembu dengan berbagai mitos. Yang paling terkenal adalah soal Segitiga Bermuda dan kerajaan gaib yang kerap meminta tumbal.
Namun jika ditilik lebih dalam, secara geografis perairan di dekat Kabupaten Sumenep ini rawan terjadi kecelakaan. Salah satunya karena langsung berbatasan dengan laut lepas.
Kepulauan Masalembu adalah sebuah kepulauan di Laut Jawa dengan iga pulau utama: Pulau Masalembu, Pulau Masakambing, dan Pulau Keramaian. Posisi Pulau Masalembu berada di bagian utara wilayah Kabupaten Sumenep, dikelilingi oleh perairan (laut bebas), berjarak sekitar 112 mil laut dari Pelabuhan Kalianget (Sumenep Daratan).
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, di perairan Masalembu kerap terjadi gelombang tinggi. Gelombang tinggi ini yang kemudian juga membuat perairan Masalembu kerap memakan korban, jika nelayan bandel dan tetap melaut.
ADVERTISEMENT
Ditinjau dari sisi geografis, posisi Masalembu yang mendekati garis khatulistiwa ke arah selatan, membuat karakteristik pola iklim setempat yang cenderung kering atau curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 2000 mm/tahun. Curah hujan rendah dan tak beraturan. Namun karakteristik iklim kering adalah kerap diwarnai dengan angin kencang.
Di sana kadang terjadi arus laut dan angin yang mengalir akibat adanya perbedaan tekanan dalam siklus harian ataupun tahunan (monsoon). Pulau-pulau kecil ini berada di daerah “pertigaan” laut yaitu Laut Jawa yang horisontal dari barat ke timur dan Selat Makassar yang memotong secara vertikal utara ke selatan.
Jika dilihat dari letak geografisnya, maka di daerah Kepulauan Masalembu terdapat aliran arus yang tidak normal. Benturan yang terjadi antara arus laut jawa (dari barat ke timur), arus laut Flores (dari timur ke barat), ditambah dengan arus selat Makassar yang membelahnya (dari utara ke selatan) membuat arus di daerah Masalembu menjadi kerap tidak stabil.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya daerah itu pertemuan arus dari selat karimata sama arus laut jawa dari arah barat ke timur dari timur ke barat," ujar peneliti Konservasi Kakaktua Indonesia yang pernah meneliti di Masalembu kepada kumparan (kumparan.com), Senin (22/5).
Hal ini yang kemudian membuat kapal yang melintas di perairan Masalembu bergetar dan kehilangan keseimbangan. Angin kencang juga kerap merusak alat navigasi kapal yang pada akhirnya membuat kapal bisa karam.
Selain itu di perairan ini juga didominasi dengan air laut dingin dari samudera Pasifik ke Samudera Indonesia (15 juta meterkubik air per detik) dan hampir keseluruhannya melalui selat Makassar.
ADVERTISEMENT