Daya Ungkit Sektor Pertanian terhadap Perekonomian di Masa Pandemi Covid-19

Wiwin Widiastuti
Peneliti pada Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Konten dari Pengguna
24 April 2021 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiwin Widiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pertanian hortikultura tanaman kubis, dok pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertanian hortikultura tanaman kubis, dok pribadi
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 yang menerpa seluruh belahan dunia tak terkecuali Indonesia, tidak hanya menciptakan krisis kesehatan masyarakat namun juga meluluhlantakkan kondisi perekonomian. Sektor UMKM dan sektor pariwisata merupakan sektor terdampak paling parah dibandingkan dengan sektor lain di Indonesia, namun sektor pertanian merupakan sektor yang paling minim terdampak pandemi Covid-19 diantara sektor-sektor lain.
ADVERTISEMENT
Kondisi dan Tren Global
Pandemi Covid-19 mengubah pola kehidupan masyarakat, termasuk pola konsumsi dan cara perolehan produk kebutuhan sehari-hari. Pergeseran pola perilaku masyarakat ini sebenarnya memberikan peluang usaha yang besar dari sisi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berbeda dari masa sebelum pandemi.
Sejak awal pandemi Covid-19 dan penerapan kebijakan mobilitas masyarakat, usaha di bidang makanan dan kesehatan terbukti mampu bertahan. Bahkan permintaan produk pangan meningkat, khususnya produk pangan olahan, pangan kesehatan dan pangan fungsional. Industri pangan mempunyai prospek yang menjanjikan karena pandemi Covid-19, menyebabkan permintaan yang lebih tinggi, utamanya untuk pangan kesehatan, pangan fungsional, dan produk pangan olahan.
Story telling atau cerita tentang produk adalah tren global yang perlu diadopsi oleh produsen makanan khususnya dari produsen makanan Thailand. Menceritakan kisah mereka sendiri kepada pelanggan untuk membantu menjual produk, termasuk keamanan dan keterlacakan pangan juga merupakan masalah penting yang diikuti dengan pengelolaan limbah makanan yang efektif untuk membangun kepercayaan konsumen.
ADVERTISEMENT
Pertanian Masa dan Pasca Pandemi Covid-19
Terdapat pergeseran paradigma pembangunan pangan dan pertanian Indonesia pada RPJMN 2015-2019 ke RPJMN 2020-2024, yakni dari orientasi produksi ke orientasi pangan berkualitas serta ketahanan pangan. Dengan sistem pangan nasional berkelanjutan, diharapkan terdapatnya (1) produksi domestik berkelanjutan dan ketersediaan untuk mencukupi kebutuhan/permintaan pangan angan berkualitas dan aman, (2) lingkungan yang kondusif untuk pengembangan industrialisasi pangan lokal, (3) stabilitas akses pangan, (4) penguatan korporasi petani dan efisiensi distribusi pangan, (5) bantuan pangan bagi rumah tangga rawan pangan.
Sektor pertanian saat ini mengalami permasalahan klasik yang pelik yaitu kurangnya bahkan tidak terdapatnya generasi muda yang bersedia/berminat untuk bekerja disektor pertanian. Kondisi tenaga kerja sektor pertanian saat ini adalah meningkatnya tenaga kerja berusia lanjut dan kurang minatnya generasi muda bekerja di sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian Supriyati tentang Dinamika Ekonomi Ketenagakerjaan Pertanian: Permasalahan dan Kebijakan Strategis Pengembangan menunjukkan hasil terdapatnya pergeseran komposisi pekerja sektor pertanian yaitu peningkatan pekerja pertanian yang berusia lanjut dan terdapat indikasi kurang tertariknya generasi muda memasuki dunia pertanian. Sehingga disarankan strategi kebijakan yang relevan adalah (1) memperkuat politik pertanian; (2) mempercepat proses transformasi melalui transisi pengembangan agroindustri; (3) meningkatkan pendidikan baik formal, nonformal, maupun informal; dan (4) merubah pandangan generasi muda tentang stigma pertanian terbelakang melalui pembentukan karakter pemuda serta kebijakan insentif dan fasilitatif pengembangan agribisnis dan agroindustri berbasis komoditas unggulan. Permasalahan utama sumber daya manusia pada sektor pertanian di Indonesia adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian mencerminkan resultan antara tingkat output dan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa, tingkat output pada sektor pertanian tidak terlalu besar dibandingkan sektor lain, namun jumlah tenaga kerja pada sektor ini merupakan yang terbanyak disbanding sektor lain. Sektor pertanian didominasi golongan tua dengan tingkat pendidikan yang rendah.
ADVERTISEMENT
Pertanian pasca covid-19 akan sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, inovasi dan pelibatan generasi millennial dan post millennial. Diperlukan strategi pelibatan millennial dan post millennial dalam pengembangan pertanian pasca Covid-19. Berdasarkan hasil kajian Rangga D., et all (2020), diketahui bahwa generasi milenial merupakan generasi unggul yang berpotensi besar dalam pengembangan sektor pertanian untuk mengurangi dampak negatif pandemi Covid-19. Keunggulan generasi milenial adalah pada tingkat pendidikan dan kemampuan dalam mengakses teknologi informasi.
Gaya Hidup, Inovasi, dan Millenial
Gaya hidup berkebun pada masyarakat urban yang banyak dilakukan saat ini misalnya, yakni gerakan berkebun di lahan sempit, perumahan atau tanah kosong di perkotaan yang sudah lama ada adalah merupakan gerakan yang mendukung pengembangan pertanian di area perkotaan (urban faming). Kondisi pandemi Covid-19 memicu gerakan ini bergerak lebih masif, merangkul semua golongan dengan berbagai latar belakang. Terdapat solidaritas dan inisiatif masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan.
ADVERTISEMENT
Penerapan sistem budidaya pertanian inovatif, seperti Organoponics, Simplified hydroponic systems, Aeroponics, Rooftop Agriculture berperan dalam meningkatkan produktivitas usaha tani, sehingga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, yang salah satunya diindikasikan dari meningkatnya ketahanan pangan rumah tangga.
Dalam rangka pengembangan sektor pertanian di Indonesia diperlukan pelibatan generasi millennial dan post millenial (generasi Z). Berdasarkan hasil kajian Bollani et al. (2019) tentang The Millennials’ Concept of Sustainability in the Food Sector Sustainability, terdapat 4 (empat) klaster konsumen pangan millenial, yaitu (a) Tidak Perduli, (b) Proaktif, (c) Sadar Lingkungan, (d) Sadar Lingkungan dan Peka Sosial. Konsumen pangan pada klaster Proaktif, klaster Sadar Lingkungan, klaster Sadar Lingkungan dan Peka Sosial adalah merupakan ceruk peluang entrepreneur pertanian perkotaan.
ADVERTISEMENT
Pertanian perkotaan merupakan prospek yang menjanjikan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang utamanya pasca Covid-19. Kedepan aglomerasi pertanian perkotaan berpotensi sebagai destinasi pariwisata lokal yang dapat berfungsi untuk mengakselerasi peningkatan perekonomian daerah. Pariwisata lokal dapat berperan sebagai akselerator pendapatan daerah-kesejahteraan masyarakat, lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, ekonomi inklusif, kreativitas dan inovasi, budaya dan kearifan lokal, keberlanjutan lingkungan.
Sektor pertanian mempunyai potensi daya ungkit yang kuat terhadap perekonomian di masa pandemi Covid-19. Pengembangan produk pangan olahan, pangan kesehatan dan pangan fungsonal, pertanian perkotaan (urban farming), gerakan berkebun di lahan sempit, perumahan dan lahan kosong pada masyarakat perkotaan, penerapan sistem budidaya pertanian inovatif, pelibatan generasi millennial pada sektor pertanian dan penciptaan entrepreneur pertanian perkotaan adalah merupakan target yang harus digarap dalam mengakselerasi sektor pertanian sebagai pengungkit perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT