Kolaborasi Berbasis Alam Merupakan Kunci Infrastruktur yang Lebih Tangguh

WRI Indonesia
Akun resmi dari WRI Indonesia | Lembaga penelitian independen yang berupaya mewujudkan gagasan besar menjadi aksi nyata demi mencapai pembangunan berkelanjutan
Konten dari Pengguna
20 Juli 2020 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari WRI Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jumlah penduduk di Kota Kapital, sebuah kota metropolitan (imajinasi) yang terletak di tepi pantai, terus bertambah. Akan tetapi, sebagian besar infrastruktur di kota ini tidak dapat memenuhi kebutuhan penduduk di masa depan, karena sudah berusia lebih dari 100 tahun dan mulai usang karena pemeliharaan yang terkadang ditunda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kota Kapital juga telah mengalami kerusakan akibat meningkatnya frekuensi banjir dan erosi pantai. Penduduk kota, terutama yang sudah terkena dampak dari pencemaran lingkungan, semakin menderita karena suhu yang meningkat serta kualitas udara yang buruk akibat kegiatan industri dan lalu lintas yang padat.
Walikota kemudian memanggil para kepala dinas agar menghadiri pertemuan untuk membahas rencana mereka dalam memenuhi kebutuhan kota.
Para kepala dinas mengusulkan solusi yang selaras dengan misi dinas terkait, yang dapat secara efektif mengatasi masalah tertentu: Kepala Dinas Sumber Daya Air mengusulkan untuk mengganti sistem pipa yang ada saat ini dengan pipa berukuran lebih besar dan membangun tangki bawah tanah berkapasitas besar agar dapat menampung lebih banyak air hujan; Kepala Otoritas Pelabuhan menyampaikan rencana mereka untuk meninggikan jalan di tepi pantai dan membangun tembok laut; Dinas Perhubungan berencana untuk membangun halte transit baru di semua stasiun; dan Dinas Pertamanan mengusulkan untuk membangun pusat rekreasi baru yang dapat berfungsi sebagai ruang publik yang dilengkapi dengan tanaman peneduh yang dapat menyejukkan lingkungan di sekitarnya (cooling centers).
ADVERTISEMENT
Walikota menjumlahkan anggaran yang dibutuhkan untuk setiap proposal dan menyadari bahwa anggaran kota tidak mencukupi - jadi apa yang dapat beliau lakukan?
Banyak kota lain juga menghadapi masalah serupa. Proyek renovasi untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim membutuhkan biaya yang sangat besar.
Dengan meningkatnya intensitas badai, kenaikan suhu, kenaikan permukaan laut dan ketidakpastian tentang kondisi di masa depan, berbagai komunitas mengalami kesulitan dalam merencanakan dan membiayai proyek peningkatan infrastruktur yang sesuai iklim, terutama karena COVID-19 sudah membebani anggaran kota. Akan tetapi, setiap dinas dapat mencapai target masing-masing sekaligus membantu masyarakat dan menghemat biaya dengan bekerja sama dalam proyek terintegrasi yang menggunakan solusi infrastruktur alami.
Menggunakan Solusi Berbasis Alam di Perkotaan
ADVERTISEMENT
Penelitian menunjukkan bahwa solusi berbasis alam (terkadang disebut infrastruktur "alami" atau infrastruktur "hijau") seperti pohon, lahan basah, taman, ruang terbuka dan atap hijau dapat mengatasi sebagian besar masalah ini pada saat yang bersamaan. Solusi berbasis alam berfungsi sebagai infrastruktur dengan berbagai jenis manfaat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama masyarakat serta memberikan manfaat tambahan. Pohon dan tanaman-tanaman lainnya menghasilkan oksigen, menyerap karbon dan dapat mengurangi polusi udara, serta menyediakan tutupan untuk jalan dan taman, menjadi habitat bagi satwa liar, menyerap curah hujan, mengurangi limpasan air, meningkatkan kesehatan mental dan sebagainya.
Solusi berbasis alam, seperti jalur hijau dan restorasi habitat laut di tepi pantai Vancouver, dapat membuat komunitas lebih tangguh serta memenuhi kebutuhan berbagai dinas kota. Foto: Lisa Beyer/WRI
Misalnya, daripada membangun infrastruktur “abu-abu” yang baru dan mahal, seperti pipa berukuran besar dan tangki penyimpanan bawah tanah, Dinas Sumber Daya Air dapat berinvestasi untuk membangun taman hujan, revitalisasi sungai yang sebelumnya tertutup oleh beton dan jalan-jalan yang dipenuhi dengan pepohonan untuk mengumpulkan dan menahan air hujan. Pembangunan infrastruktur hijau juga memenuhi kebutuhan dinas lainnya, seperti Dinas Kesehatan yang berupaya untuk mengurangi infeksi saluran pernapasan dan penyakit akibat suhu panas atau Dinas Perhubungan dan Dinas Pendidikan yang berupaya membuat rute yang aman bagi siswa untuk berjalan kaki ke sekolah, karena jalan hijau seringkali juga memiliki fitur yang membantu memperlambat laju kendaraan.
ADVERTISEMENT
Otoritas Pelabuhan juga dapat mengembangkan pantai mangrove untuk stabilisasi pantai, pengurangan erosi, dan perlindungan dari badai, sembari menyediakan habitat yang sehat bagi satwa liar, akses publik, dan rekreasi.
Pembangunan infrastruktur alami juga lebih efisien biaya daripada pembangunan infrastruktur tradisional.
Berbagai studi memperkirakan bahwa proyek penggantian sistem drainase air hujan AS (pembangunan infrastruktur abu-abu tradisional) di Los Angeles membutuhkan biaya sebesar 44 miliar dolar. Sebaliknya, infrastruktur alami hanya membutuhkan biaya sebesar 2,8 - 7,4 miliar dolar AS. Hasil temuan dari beberapa studi di Philadelphia dan Washington D.C. juga mengindikasikan hal yang sama, yakni bahwa infrastruktur alam akan menghemat biaya.
Selain itu, pendekatan infrastruktur alam bersama dapat membantu Kota Kapital, atau kota mana pun, untuk menciptakan komunitas yang tangguh.
ADVERTISEMENT
Solusi Berbasis Alam di Bishan-Ang Mo Kio Park, Singapura
Solusi berbasis alam yang menangani berbagai jenis kebutuhan perkotaan seringkali membutuhkan kerja sama antar-dinas yang lebih erat dan perencanaan bersama yang melibatkan banyak lembaga perkotaan. Walaupun jenis kerja sama seperti ini belum banyak dilakukan, metode ini telah teruji.
Bishan-Ang Mo Kio Park, Singapura menjadi model kerja sama lembaga yang dapat menciptakan proyek multi-manfaat terintegrasi yang membutuhkan lebih sedikit biaya daripada pendekatan infrastruktur abu-abu tradisional.
Beberapa dasawarsa yang lalu, Singapura mengubah Sungai Kallang menjadi kanal beton yang dibatasi pagar untuk mengendalikan air hujan dan banjir. Kanal tersebut berfungsi sebagai garis yang secara simbolis dan nyata memisahkan lingkungan perumahan yang berdekatan.
Saat kanal tersebut perlu diperbaiki, Public Utilities Board (Dinas Sumber Daya Air Singapura) harus membuat pilihan. Mereka dapat membangun kembali kanal beton yang ada atau mempertimbangkan untuk melakukan “naturalisasi” sungai - restorasi palung menjadi dataran banjir alami.
ADVERTISEMENT
Proyek naturalisasi sungai tersebut membutuhkan kerja sama dengan National Parks Board (Dinas Pertamanan Singapura), yang mengelola lahan di sekitar kanal. Kedua dinas tersebut, dengan bantuan perusahaan desain swasta, Ramboll Studio Dreiseitl, membentuk kemitraan baru untuk merancang dan membangun proyek “infrastruktur hijau-biru” yang meningkatkan manfaat bagi masyarakat sembari memenuhi kebutuhan terkait perlindungan terhadap banjir dan peningkatan kualitas air.
Bishan-Ang Mo Kio Park (sebelum dan sesudah). Foto oleh : Victor Yeo/Flickr dan Jnzls Photos/Flickr
National University of Singapore melakukan analisis biaya-manfaat dan menemukan bahwa pembangunan kembali kanal beton akan membutuhkan biaya sekitar 94 juta dolar AS (133 juta dolar Singapura). Di sisi lain, naturalisasi sungai, serta memperluas dan menghubungkan taman, hanya membutuhkan 50 juta dolar AS (70 juta dolar Singapura). Pendekatan infrastruktur alam bersama hanya membutuhkan setengah dari biaya penggantian kanal beton dan menghasilkan manfaat tambahan sebesar 74 juta dolar AS (105 juta dolar Singapura) setiap tahunnya, perbandingan ini menunjukkan bahwa investasi ini akan sepadan.
ADVERTISEMENT
Infrastruktur hijau-biru memenuhi kebutuhan kota akan pasokan air yang terjamin, kualitas air yang lebih baik, dan pengelolaan banjir, sambil menciptakan ruang bagi masyarakat dan alam di kota. Selain itu, hasil yang ditargetkan berhasil dicapai dengan biaya yang jauh lebih rendah karena semua dinas bekerja sama.
Meningkatkan Infrastruktur yang Multifungsi dan Tangguh
Proyek Bishan-Ang Mo Kio Park merupakan contoh yang sangat baik tentang cara kota dapat menggunakan solusi berbasis alam dalam membangun infrastruktur yang lebih baik dan lebih tangguh. Dengan bekerja sama, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan masyarakat hingga pelaksanaan, dinas kota dapat menjalankan proyek-proyek yang mengelola air hujan, menyediakan fasilitas rekreasi dan pendidikan, lingkungan yang sejuk, meningkatkan keanekaragaman hayati, menangani masalah mobilitas dan memperluas perumahan pada saat yang bersamaan. Kita membutuhkan lebih banyak proyek seperti Bishan Park, tetapi kerja sama antar-dinas seperti ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.
ADVERTISEMENT
Perkotaan membutuhkan mekanisme yang dapat secara berhasil digunakan untuk secara bersama-sama merencanakan dan mendanai proyek-proyek yang bersifat lintas yurisdiksi dinas dan memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dengan Encourage Capital, WRI sedang berupaya untuk mengembangkan kerangka kerja yang disebut Joint Benefits Authority, agar dinas perkotaan dapat secara bersama-sama merencanakan, menjalankan, dan membiayai jenis proyek transformatif ini dengan menghitung berbagai manfaat yang dihasilkan dari mandat lintas lembaga.
Kami bekerja dengan Kota San Francisco, anggota Cities4Forests, untuk mengujicoba gagasan baru ini. Tim mengidentifikasi kota-kota yang menghadapi banyak tantangan, seperti banjir, dampak dari kenaikan permukaan laut, transportasi dan ruang terbuka yang terbatas. Jika berhasil, Joint Benefits Authority dapat menjadi acuan bagi proyek kerja sama yang dapat direplikasi oleh berbagai komunitas di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa banyak sistem kota sudah rapuh. Ini juga menyoroti pemisahan antara kelompok yang mampu dengan kelompok yang rentan dan tidak memiliki akses sumber daya publik yang memadai serta meningkatkan kerentanan komunitas yang kekurangan.
Ketika dunia beralih dan berfokus pada upaya pemulihan ekonomi, yang kemungkinan mencakup pembiayaan stimulus untuk menggantikan infrastruktur yang menua, kita menghadapi pilihan: apakah kita sebaiknya hanya memperbaiki sistem saat ini yang tidak memadai atau apakah kita sebaiknya membangun kembali dengan lebih baik menggunakan pendekatan baru?
Kota perlu memprioritaskan ketahanan untuk berkembang. Solusi berbasis alam dapat membantu menyediakan infrastruktur yang tangguh, terjangkau, dan adil, tetapi hanya jika instansi pemerintah kota dapat bekerja sama untuk kebaikan komunitas.
ADVERTISEMENT
Dapatkan informasi lebih lanjut tentang Joint Benefits Authority di sini.
Oleh: Lisa Beyer dan James Anderson
Baca artikel lainnya di wri-indonesia.org.
Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di wri-indonesia.org pada 09 Juli 2020.