Terapi Menggunakan Musik, Apakah Bisa?

Yabes Parwaim Siregar
Mahasiswa Aktif Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
3 Desember 2022 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yabes Parwaim Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Musik adalah suatu budaya dalam kehidupan manusia. Musik merupakan salah satu hal yang menjadi favorit manusia dan telah menemani manusia sejak lama, dari zaman purba hingga sekarang. Irama dan alunannya yang indah, membuat kita merasa semangat dan senang.
Sumber Gambar: pixabay.com
Kita sering mendengar musik di mana pun kita berada seperti, cafe, pusat perbelanjaan, dan masih banyak lagi. Saat kita mendengarkan musik, pasti kita bisa merasakan emosi yang dilepaskan oleh alunan musik tersebut. Ketika kita mendengar musik yang memiliki irama yang pelan dan tenang, kita akan merasa tenang dan damai. Sedangkan, saat kita mendengar musik yang ritmenya cepat, kita akan merasakan semangat dan adrenalin kita menjadi terpacu. Dari hal tersebutlah para peneliti mulai melalukan riset dan menggunakan musik sebagai terapi alternatif.
ADVERTISEMENT
Terapi musik adalah terapi nonverbal yang berbeda dengan terapi konvensional lainnya. Terapi musik dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan bernyanyi, bermain musik, mendengarkan musik, dan gerakan-gerakan ritmis. Setiap metode memiliki manfaatnya masing-masing.
Terapi musik bisa memengaruhi pasien secara fisiologi, psikologi, dan sosio emosional. Beberapa ahli sudah membuktikan hal tersebut. Janet Lapp, seorang profesor di Universitas Negeri California (California State University), mengatakan bahwa paduan musik dengan teknik membayangkan dan relaksasi, bisa mengurangi intensitas dan durasi sakit kepala jenis migrain. Seorang ahli terapi musik dari universitas yang sama, yaitu Jane Standley juga mengatakan, musik bisa mengurangi tekanan yang dirasakan pasien sebelum dan setelah operasi. Jayne Standley menambahkan, musik dapat menurunkan hormon kortisol dan hormon non-adrenalin pasien yang saat itu sedang dibius. Tidak hanya itu, pemutaran musik setelah operasi dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah seorang pasien.
ADVERTISEMENT
Tetapi, tahukah kamu, tidak semua jenis atau aliran musik bisa digunakan untuk terapi. Hal ini dikarenakan, setiap aliran musik memberikan sensasi dan emosi yang berbeda. Misalnya, musik klasik bisa menurunkan ketegangan, namun memberikan efek yang lemah terhadap emosi/perasaan lainnya. Sedangkan, grunge rock menaikkan perasaan sedih, ketegangan, dan lelah. Grunge rock juga menurunkan relaksasi, semangat, dan kesehatan mental. Jadi, tipe musik yang digunakan untuk terapi, perlu ditentukan dengan benar agar proses penyembuhan berjalan dengan baik.
Penggunaan musik dalam terapi juga memiliki beberapa prosedur, antara lain ketika mendengar musik, gunakan volume yang aman dan tidak berlebihan. Pasien juga perlu membawa earphone atau headphone-nya sendiri, agar mengurangi potensi penularan penyakit ke pasien lainnya. Hal ini dilakukan agar pasien tidak menerima efek samping dari terapi.
ADVERTISEMENT
Musik bisa mempengaruhi psikis dan fisik seseorang secara langsung atau tidak langsung. Dengan mendengarkan musik yang tepat, dapat membuat seseorang lebih baik dan membantu penyembuhan. Menurut saya, terapi ini bisa dikembangkan lebih lagi sehingga bisa memberikan hasil yang memuaskan. Tidak hanya itu informasi tentang musik sebagai terapi bisa di sosialisasikan ke masyarakat luas.
Referensi
Kemper, K. J., Danhauer, S. C. 2005. Music as Therapy. Southern Medical Journal, 98, 282-288. doi:10.1097/01.SMJ.0000154773.11986.39
Raharjo, E. 2007. Musik Sebagai Media Terapi. Jurnal: Journal of Arts Research and Education, 8(3).