Eksistensi Musik Cadas sebagai Representasi Emosi

Yan Adhiksa Sasono
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 Desember 2020 20:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yan Adhiksa Sasono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Soundfly.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Soundfly.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Budaya populer (culture popular) dalam bahasa latin merujuk secara harfiah pada “culture of the people” atau budaya masyarakat. Mungkin itulah sebabnya banyak pengkaji budaya yang melihat budaya populer sebagai budaya yang hidup (lived culture) dan serangkaian artefak budaya yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari orang kebanyakan (Tressia: 2000: 41). Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa budaya populer adalah serangkaian hal yang disukai oleh masyarakat dan dikonstruksi menjadi sebuah budaya baru.
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut KBBI pengertian budaya populer adalah budaya yang dikenal dan digemari kebanyakan masyarakat pada umumnya, relevan dengan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang, serta mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga memunculkan perspektif budaya pop sebagai suatu budaya yang sudah berkembang kemudian menjadi kebiasaan yang digemari oleh banyak masyarakat. Budaya populer biasanya berupa hiburan dan wujudnya didominasi oleh musik, komik, film, olah raga dan gaya berpakaian.
Di Indonesia sendiri musik menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan orang-orangnya. Salah satu genre musik yang juga turut berkembang di Indonesia dan memiliki cerita panjang adalah metal. Musik cadas yang awalnya diperkenalkan ditahun 1970 oleh band bernama Black Sabbath ini, kini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memiliki berbagai macam sub genre didalamnya. Sebelum menjadi seperti sekarang ini, musik cadas sempat mengalami beberapa evolusi.
ADVERTISEMENT
Tahun 70an adalah masa awal musik cadas yang diberi nama Heavy Metal dan dipelopori oleh Black Sabbath, Deep Purple, dan Judas Priest. Kemudian pada akhir 70an sampai awal 80an muncullah New Wave of British Heavy Metal yang diusung oleh band-band seperti Motorhead, Iron Maiden, Venom, dan Diamond Head. Di rentang waktu yang tak jauh beda, lahirlah Thrash Metal dengan Metallica, Megadeth, Slayer, dan Anthrax yang dijuluki Big Four of Thrash. Lalu di awal tahun 90an muncul sub genre metal yang paling popular kala itu, yaitu Alternative Metal. Genre ini diprakarsai oleh Ministry, Godflesh, Marilyn Manson, dan Opeth yang meraih popularitas cukup tinggi baik di negara asalnya maupun di Eropa.
Di era 2000an seperti sekarang, musik cadas memiliki perbedaan yang cukup besar, dalam artian musik ini memiliki berbagai macam tafsir dan sub genre didalamnya. Sebagai mana diketahui bahwa para pelopor musik cadas selalu menyuguhi berbagai macam jenis musik cadas dengan tempo yang harmonis dan dinamis. Beberapa aliran itu seperti NU Metal, Deathcore, Metalcore, Grunge, Pop-punk, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Setelah sebelumnya musik cadas pernah mengalami mati suri di awal tahun 2000an, kini musik cadas kembali muncul ke permukaan dan kembali menunjukkan eksistensinya. Pertengahan tahun 2019 hingga tahun 2020 ini benar-benar seperti surga bagi pecinta musik cadas. Pasalnya, banyak sekali band-band metal yang kembali mengeluarkan album dan single baru seperti Slipknot, System of a Down, dan The Cranberries. Selain itu, beberapa konser musik cadas juga diadakan di Indonesia, mulai dari Jogjarockarta, Hammersonic, One OK Rock tour, hinga konser Dream Theater di Jakarta. Namun sayangnya euforia tersebut harus tertunda karena adanya pandemi.
Banyak band-band cadas asal Indonesia yang sudah menginjakkan kakinya di kancah internasional, seperti The S.I.G.I.T, Seringai, Burgerkill, God Bless, Jamrud, Netral, dan masih banyak lagi. Musiknya yang keras, dan dibalut dengan lirik yang penuh amarah, anti kemapanan, dan perlawan, membuat musik ini kembali mendapat hati di masyarakat. Musik cadas dirasa sangat relevan untuk mewakili aspirasi banyak orang ditengah keadaan yang serba tak tentu seperti sekarang ini. Penampilan para musisinya yang nyentrik juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para penggemar musik cadas ini.
ADVERTISEMENT
Meski sebelumnya band-band cadas sempat tergeser oleh musisi pop, kini secara perlahan angin mulai berhembus kembali ke arah band-band cadas. Atribut-atribut yang sempat hilang juga kini mulai marak ditemui lagi. Mulai dari kaos hitam dengan sablon nama band metal legendaris, setelan kemeja flannel, celana ripped jeans, sepatu kets, hingga jaket denim kini mulai marak ditemui lagi di kalangan masyarakat khususnya anak-anak muda. Lagu-lagu cadas juga kini mulai diperdengarkan di kafe atau tempat-tempat nongkrong lainnya. Selain cara berpenampilan para musisi cadas yang banyak ditiru, ideologi mereka juga sering dijadikan panutan oleh para penggemar mereka. Sehingga mereka kerap kali menjadi pribadi yang lantang menyuarakan pendapat dan anti kemapanan. Anak-anak muda juga mulai membuat bandnya sendiri dan melakukan pertunjukan atau gigs di kafe-kafe atau diacara-acara sederhana.
ADVERTISEMENT
Dapat kita lihat bahwa musik cadas telah menjadi budaya yang digemari oleh banyak orang. Ideologi dan cara pandang mereka tentang kehidupan telah memberi dampak tersendiri bagi orang-orang yang mengagumi musik cadas ini. Tidak bisa dipungkiri, musik cadas sebagai salah satu budaya populer juga memiliki berbagai dampak positif dan negatif. Untuk itu kita perlu memahaminya secara lebih, agar natinya keberadaan budaya populer tidak menimbulkan keresahan dalam tatanan hidup bermasyarakat.