Fenomena Food Photography: Awalnya Tren Kini Jadi Kebiasaan

Yasinta Nur Laila Shafa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
7 Januari 2022 14:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yasinta Nur Laila Shafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Ritual sebelum makan dahulunya berdoa, kini berganti "Foto dulu sebelum makan"

ADVERTISEMENT
Ada budaya berdoa sebelum kita memakan makanan yang tersaji di atas meja. Budaya sebelum berdoa, memang melekat pada masyarakat Indonesia yang memiliki nilai agama cukup kuat. Berkembangnya teknologi terkhusus sosial media, seperti facebook, whatsapp, dan instagram, memunculkan budaya baru yang berkembang di masyarakat, awalnya berdoa sebelum makan menjadi mengambil gambar terlebih dahulu sebelum makan. Fenomena ini terjadi karena perkembangan digitalisasi melalui sosial media. Instagram merupakan sosial media yang paling sering digunakan oleh masyarakat untuk memposting gambar apa saja yang dapat menarik penggunanya, seperti makanan.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak dilakukan oleh semua orang, tetapi budaya ini mayoritas dilakukan oleh masyarakat Indonesia dari semua kalangan. Setelah mengambil gambar makanan melalui smartphone, mereka akan memposting gambar tersebut melalui akun instagram mereka. Dengan memposting gambar melalui akun instagram, ada kepuasan tersendiri dalam diri dan ini telah menjadi budaya baru yakni budaya siber dalam dunia digital. Budaya ini menjadi tren di masyarakat dalam perkembangan dunia digital yang dikenal dengan food photography.
Gambar diambil oleh Yasinta Nur Laila Shafa
Food photography adalah salah satu cabang seni fotografi yang menampilkan makanan dan sengaja diatur sedemikian rupa agar makanan terlihat lezat tanpa harus menceritakan rasa dari makanan tersebut, gambar yang seolah berbicara mengenai kelezatan makanan. Awal food photography ini digunakan oleh produk makanan untuk memasarkan produk ke pasaran. Namun, seiring perkembangan zaman food photography ini menjadi salah satu cara bagi beberapa usaha kuliner untuk mempromosikan makanan kepada publik melalui akun instagram.
ADVERTISEMENT
Dengan jumlah followers yang dimiliki, usaha kuliner yang menggunakan tren ini mampu menarik pelanggan untuk datang dan makan di tempat. Jika makanan sudah tersaji di atas meja, yang dilakukan pertama adalah mengambil gambar makanan yang disusun sebaik mungkin agar terlihat aesthetic dan diabadikan melalui instagram. Melalui pengambilan gambar ini, mereka memposting gambar tersebut melalui story mereka dan biasanya menampilkan nama tempat makan dan tak jarang men-tag akun Instagram usaha kuliner tersebut.
Makanan yang awalnya menjadi sumber energi bagi manusia untuk beraktivitas, sekarang menjadi objek bagi pengguna instagram untuk berlomba-lomba mengambil gambar semenarik mungkin untuk diposting ke akun Instagram mereka. Beberapa usaha kuliner pun salah satunya Mamahke Jogja sering mengadakan event lomba untuk pelanggannya mengambil foto semenarik mungkin atau membuat videografi dengan salah satu produk makanan atau minuman mereka. Dengan cara ini, dapat menarik minat masyarakat untuk datang dan membeli salah satu makanan dan minuman di Mamahke Jogja. Food photography juga secara tidak langsung menjadi promosi gratis yang dilakukan pelanggan melalui proses pengambilan gambar yang dilakukan oleh pengguna Instagram. Jumlah followers dan viewers story Instagram menjadi pengaruh bagaimana pengguna Instagram dapat menarik pelanggan untuk membeli makanan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mengambil gambar makanan juga dapat mengekspresikan bahwa kita sedang melakukan self reward dengan diri sendiri. Food photography cukup memiliki makna yang banyak dalam mengekspresikan segala hal di dunia digital, juga menjadi sarana komunikasi non-verbal kepada followers pemilik akun Instagram. Maraknya food photography yang dilakukan oleh banyak kalangan, akibat dari perkembangan digitalisasi seperti sekarang. Ketika kita mengunggah makanan di sosial media, makanan yang kita potret belum tentu makanan sehari-hari kita makan.
Padahal, makanan dapat diartikan sebagai simbol budaya seperti untuk pemujaan, rasa syukur, dan membangun hubungan antar pribadi. Mengambil gambar dari beberapa jenis makanan seperti makanan lokal ataupun makanan barat juga memiliki pesan tersendiri yang ingin disampaikan kepada publik, begitupun dengan pemilihan tempat seperti cafe, restoran, warteg, dan makanan pedagang kaki lima juga memiliki makna sendiri seperti menujukkan siapa diri kita, dari status sosial mana kita berasal, dan dari generasi dari mana kita lahir.
Gambar diambil oleh Yasinta Nur Laila Shafa
Tren ini akhirnya menjadi salah satu cara untuk mengetahui gaya kehidupan sehari-hari melalui postingan di akun Instagram mereka. Gaya kehidupan dapat diketahui melalui apa yang dipikirkan tentang diri sendiri dan sekitarnya dan bagaimana cara untuk menghabiskan waktu luang yang dimiliki. Tentunya, dengan gaya hidup inilah menjadi hal penting bagi seseorang untuk menjalani hidupnya.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang ada di sekitar mempengaruhi perilaku seseorang dalam berbuat dan bertindak. Perkembangan digital seperti sekarang memunculkan banyak tren baru yang tidak ada sebelumnya. Menjadikan yang jauh menjadi dekat sehingga banyak orang seperti berlomba-lomba untuk melakukan tren baru salah satu food photography. Ada kepuasan dalam diri ketika kita dapat memposting hasil potret gambar melalui akun sosial media yang kita miliki. Seolah ingin menyampaikan pesan melalui gambar tersebut apa yang kita rasakan pada saat ini.
Sumber:
Asa, C. G. (2018). Pengaruh Kesadaran Iklan, Kesadaran Merek, Citra Merek dan Ekuitas Merek Mamahke Jogja dengan Produk Kue di Media Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.
Pramadi, Y., & Dewi, R. (2017). Fenomena Mengunggah Foto Makanan Di Media Sosial Instagram (Studi Fenomenologi mengenai Fenomena Mengunggah Foto Makanan pada Akun Instagram@ sigerfoodies Lampung). PROSIDING KOMUNIKASI, 1(2).
ADVERTISEMENT
Nisak, K., & Hariyanto, D. (2017). Food Photography dan Eating Out di Media Sosial Instagram. KANAL: Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(1), 31-40.