Gibah, Candu Berbahaya atau Bermanfaat?

Yeniarta Margi Mulya
Pranata Humas Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Malang, Kementerian Pertanian
Konten dari Pengguna
21 Maret 2022 7:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yeniarta Margi Mulya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana hangat perbincangan sahabat yang lama tidak bertemu - Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Suasana hangat perbincangan sahabat yang lama tidak bertemu - Dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Apa yang sering terlintas kalau kita bertemu dengan sahabat atau teman lama yang jarang bertemu atau lama tak bertatap muka? Atau saat bertemu dalam sebuah moment seperti arisan dan komunitas hobi. Jawaban kita pasti rata-rata ingin berbagi cerita dan pengalaman melepas banyak hal yang ingin kita sampaikan dengan penuh canda, tawa dan keceriaan.
ADVERTISEMENT
Karena asyik, tanpa kita sadari cerita-cerita yang disampaikan terselip kalimat-kalimat menggunjing atau membicarakan keburukan teman-teman kita sendiri. Apalagi yang kita bicarakan pernah ada masalah disertai dengan perubahan-perubahan yang mencolok. Istilah menggunjing disebut juga gibah dalam agama Islam, artinya perbuatan atau perkataan yang bertujuan untuk menghancurkan orang lain.
Orang yang menggunjing atau bergibah diibaratkan memakan daging bangkai. "Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim) (H.R. Bukhari).”
Dalam wikipedia disebutkan bahwa gibah atau menggunjing yaitu pembicaraan jahat tentang seseorang yang tidak hadir, pembicaraan itu benar atau tidak tidak penting. Prinsip utamanya adalah kata-kata akan menyakiti hati orang yang dibicarakan. Menurut agama Islam gibah adalah sebuah dosa. Dan istilah gibah mirip dengan gosip, fitnah, dan buhtan.
ADVERTISEMENT
Menurut bahasa yang lebih modern, gibah disebut juga dengan gosip. Biasanya diawali dengan isu, rumor atau desas desus, yang pada dasarnya adalah selentingan kabar angin yang belum jelas kebenarannya. Terlepas bahwa kalaupun itu benar, tetap saja sebenarnya tidak dibenarkan membicarakannya atau menggunjingnya baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tetapi sebagian besar dalam diri kita mungkin tidak sadar, dari berbincang-bincang biasa terselip ucapan yang berujung gibah sehingga timbullah fitnah jika itu bukanlah menjadi suatu kebenaran. Memang hal itu lumrah ketika kita asyik bicara tidak terasa keluar saja cerita-cerita gosip apapun hingga kita lupa diri. Apalagi sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan interaksi dalam beraktivitas.
Manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang lain, dan menjadi bagian dari masyarakat dan lingkungan sosial. Wujudnya nampak dari interaksi satu sama lainnya, baik dengan anggota kelompok kerabat, maupun dengan lingkungan sosialnya, seperti tetangga, teman sekantor, perkumpulan, peer group, arisan, dan lain-lain yang mempengaruhi perilaku individu (Soemardjan, 1974:26).
ADVERTISEMENT
Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi (Soekanto, 1974: 491). Dalam komunikasi, sering kali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain, contoh: seulas senyum, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat, sinis dan sikap untuk menunjukkan kemenangan.
Gibah atau gosip dianggap sebagai salah satu bentuk komunikasi tidak menyenangkan. Dianggap tidak menyenangkan karena menyampaikan hal atau pembicaraan yang tidak baik, menjurus kepada fitnah disertai dengan tambahan-tambahan informasi yang tidak akurat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut uraian diatas, gibah atau gosip merupakan salah satu bentuk interaksi komunikasi yang tidak menyenangkan. Lalu apakah tidak ada studi yang mengatakan bahwa gibah atau gosip itu mempunyai manfaat dalam berkomunikasi?
Berdasarkan laporan para peneliti di Dartmouth College, menunjukkan bahwa sekitar 14 persen percakapan sehari-hari kita berada di bawah payung "gosip", jadi mengapa kita begitu cepat mengabaikannya sebagai bagian yang sepele dan tidak penting dari komunikasi kita? Dalam makalah mereka yang diterbitkan di Current Biology, para peneliti menunjukkan bahwa kecenderungan kita untuk bergosip sebenarnya memiliki beberapa manfaat dalam hal menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
"Gosip adalah bentuk komunikasi kompleks yang sering disalahpahami," kata Eshin Jolly, Ph.D., salah satu penulis studi tersebut, seperti dilansir dari laman Mind Body Green. "Ini bisa menjadi sarana hubungan sosial dan substantif di luar konotasi negatif yang khas." Ini lebih dari sekadar berbagi rumor, tetapi juga bisa sesederhana melakukan obrolan pribadi santai dengan seorang teman, sesuatu yang mungkin telah kita lewatkan selama setahun terakhir di tengah jarak sosial.
Dalam berinteraksi dengan orang lain tanpa isyarat fisik normal kita, misalnya melalui panggilan video atau platform perpesanan, bergosip bersama dapat membantu mengisi celah dalam mengembangkan ikatan tersebut.
Di lingkungan profesional, sedikit gosip yang sehat juga dapat membantu memfasilitasi produktivitas. Mereka menemukan bahwa komunikasi meningkatkan kerja sama dalam tugas bersama untuk permainan, menunjukkan bahwa membentuk hubungan itu tidak hanya baik untuk kesehatan mental kita tetapi juga dengan cara yang lebih konkret untuk rutinitas harian kita dan bergosip dengan kolega mungkin menguntungkan atasan.
ADVERTISEMENT
Melalui hasil studi tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa interaksi yang dibangun dengan bergosip atau bergibah ternyata bisa menimbulkan dampak baik bagi para pelakunya. Mereka bisa merasakan semangat dengan saling bertukar informasi yang menguntungkan bagi mereka. Walaupun hal itu belum diketahui kebenarannya.
Berbicara tentang sebuah gosip memang membawa efek dahsyat bagi para pembicaranya. Tidak tanggung-tanggung hal ini seperti ini candu yang susah untuk disudahi ketika asyik bergosip. Orang bahkan tidak peduli pembicaraan yang disampaikan adalah hanya sebuah rumor. Menurut mereka, ini adalah hak pribadi, sesukanya bicara, dan tidak memperdulikan orang yang mereka gibahkan.
Padahal jika gibah terlalu sering dilakukan sangat berbahaya karena bisa menjadi kebiasaan atau justru menjerumuskan dirinya karena informasi tersebut salah. Orang yang akan mereka gibahkan jika mengetahui hal ini tentu bisa saja menuntut kita.
ADVERTISEMENT
Gibah atau gosip akan selalu mewarnai hari-hari kita tanpa kita sadari, baik kita sendiri sebagai pelakunya yang bergibah, sebagai orang digunjingkan atau yang kita dengarkan baik secara sengaja atau tidak. Hanya diri kita yang bisa mengendalikan dengan bijaksana, bahwa hal tersebut berbahaya bagi orang yang kita bicarakan maupun bagi diri kita sendiri atau memberi manfaat.