Keterlibatan Rusia pada Konflik Nagorno-Karabakh pada Tahun 2020

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Konten dari Pengguna
10 Desember 2022 22:26
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yenita Evayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi proses mediasi rusia pada konflik Armenia dan Azerbaijan. (Foto: Reuters), by pinter politik.com karya Giftson Ramos Daniel pada 18 Desember 2020. https://www.pinterpolitik.com/wp-content/uploads/2022/02/Nasib-Negara-Kristen-Pertama-di-Dunia.jpg
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi proses mediasi rusia pada konflik Armenia dan Azerbaijan. (Foto: Reuters), by pinter politik.com karya Giftson Ramos Daniel pada 18 Desember 2020. https://www.pinterpolitik.com/wp-content/uploads/2022/02/Nasib-Negara-Kristen-Pertama-di-Dunia.jpg
Sejarah awal konflik
Armenia-Azerbaijan merupakan negara pecahan bekas Uni Soviet yang terletak di Kaukasus. Kedua negara ini kemudian terlibat perselisihan mengenai wilayah yang terletak di Nagorno dan Karabakh selama puluhan tahun lamanya. Perselisihan kedua negara terjadi dengan sangat memprihatinkan. Sebenarnya konflik yang terjadi di Armenia- Azerbaijan sudah sempat berhenti namun Kembali memanas karena beberapa hal yang tidak cukup untuk membendung amarah dari kedua negara tersebut sehingga pertempuran itu terus berlanjut.
Konflik Nagorno-karabakh sebenarnya telah terjadi pada tahun 1988, di mana pada saat itu masyarakat etnis Armenia di Nagorno-Karabakh menuntut agar Kawasan tersebut diperintahkan oleh orang Armenia, sehingga dari adanya tuntutan tersebut membuat ketegangan antar keduanya. Selanjutnya, pada tahun 1991. Terjadinya perang antara Armenia dan Azerbaijan pada saat wilayah tersebut menyatakan kemerdekaan.
Selanjutnya, pada tahun 2020, konflik kedua wilayah ini Kembali panas. Pada saat itu, konflik terjadi selama 6 minggu, mulai dari 27 september sampai 10 november 2020. Akibat dari gencatan senjata tersebut, menyebabkan banyaknya korban jiwa mulai dari rakyat sipil, tantara, dan orang mengungsi di Armenia.
Konflik memanas Kembali dikarenakan kedua wilayah saling melempar propaganda sehingga terjadinya penyerangan. Armenia selaku aktor utama konflik tersebut melemparkan tuduhan kepada Azerbaijan bahwa pasukan Azerbaijan melakukan penyerangan terhadap pasukan Armenia di kota Verdanis. Sebaliknya, Azerbaijan menuduh bahwa pasukan militer Armenia yang lebih dahulu melakukan penyerangan di kota Dashkasan.
Aksi saling tuduh antara keduanya berlanjut sehingga menimbulkan gencatan senjata. Seiring berjalannya waktu konflik antara Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh semakin menimbulkan ketegangan yang jauh dari awal mula konflik, dikarenakan kedua wilayah tersebut sama-sama menggunakan seluruh kekuatan militernya.
Keterlibatan aktor internasional (Rusia)
pada konflik Nagorno-Karabakh ini, terdapat beberapa aktor internasional yang terlibat untuk menjadi pihak penengah kedua wilayah, salah satunya adalah Rusia. Rusia menjadi aktor internasional yang menjadi penengah dengan menjadi pihak moderator kedua wilayah tersebut. Rusia menjalankan perannya sebagai pihak moderator Ketika Menteri luar negeri Rusia Surgey Lavrov berhasil melakukan mediasi Bersama kedua wilayah (Armenia-Azerbaijan) namun, mediasi tersebut gagal dikarenakan Azerbaijan melakukan penyerangan di kota Stepanakert.
Dengan berjalannya waktu setelah kegagalan persetujuan gencatan senjata pertama, presiden Rusia Vladimir Putin Kembali menengahi Armenia-Azerbaijan secara langsung. Mediasi dilakukan Kembali melalui konferensi video yang dihadiri oleh beberapa aktor lainnya. Dengan dilakukannya kembali mediasi kedua ini, membawa keberhasilan dengan ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata antara pihak yang berkonflik dan juga pihak penengah pada 9 November 2020.
Peran dan kepentingan Rusia
Peran Rusia sebagai mediator dalam konflik Nagorno-Karabakh memiliki tujuan tersendiri bahwa rusia bisa mendapatkan keuntungan bagi negaranya baik secara ekonomi melalui perjanjian dagang dengan kedua negara yang berkonflik terutama melalui komunitas utamanya yakni persenjataan. Menurut Rusia, kerja sama dalam bidang persenjataan tersebut dapat mengontrol perlombaan persenjataan kedua negara. Selain itu dapat menunjukkan image Rusia dan membuat kedua negara dapat melihat pentingnya Rusia bagi negara mereka untuk mendukung posisi rusia yang pada saat itu sebagai mediator antara Armenia-Azerbaijan dalam menyelesaikan konflik di Nagorno-Karabakh.
Tidak hanya ingin mendapatkan keuntungan dalam bidang ekonomi tetapi, Rusia juga ingin mendapatkan keuntungan dalam bidang politik, yang bertujuan untuk mencapai tujuan strategis Near Abroad Rusia. Hal itu dilakukan demi menjaga dan mengonsolidasikan kekuatan serta pengaruhnya di daerah bekas jajahan Uni Soviet. Dengan memfasilitasi Armenia-Azerbaijan pada konflik yang tengah mereka hadapi menjadi kunci utama bagi Rusia untuk melancarkan misinya dalam mencari keuntungan. Selain itu Rusia juga berhasil melakukan serangkaian tindakan antisipasi atas rencana jangka panjang Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas Rusia. Dalam hal itu Rusia juga memiliki tujuan pada konflik Nagorno-Karabakh untuk memanfaatkan konflik tersebut dengan membuat Azerbaijan menutup jalur pipa gas secara temporer dengan alasan keamanan.
Pada konflik Nagorno-Karabakh, dapat disimpulkan bahwa Rusia memiliki peranan yang penting dan terlibat secara aktif dan positif namun juga Rusia menjadi aktor yang berpotensi memicu ketegangan antara Armenia dan Azerbaijan. Hal tersebut dikarenakan keterlibatannya sebagai mediator berada di posisi co-chairman OSCE Minsk group. Dalam hal ini, Rusia telah memfasilitasi negosiasi antara kedua negara yang berkonflik dan menjadi mediator yang paling aktif memfasilitasi sejak lama pada tahun 2010. Sehingga fasilitas yang diberikan Rusia menghasilkan beberapa kesepakatan yang mendukung perkembangan resolusi konflik yakni CBM.
Upaya Resolusi Konflik Rusia
Peran Rusia melalui berbagai upaya resolusi konflik untuk menangani konflik di Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan yang berhasil melakukan upaya mediator. Upaya resolusi konflik antara kedua negara didorong oleh dua faktor yakni faktor identitas dan kepentingan. Faktor identitas dapat dilihat dengan cara Rusia telah melibatkan diri dalam keterkaitan dengan kedua negara dalam aspek sejarah, dan penggunaan bahasa Rusia di wilayah negara yang berkonflik. Sedangkan faktor kepentingan terbagi menjadi dua bidang, yakni bidang pertahanan dan keamanan dan bidang ekonomi. Dalam bidang pertahanan dan keamanan Rusia berfokus pada bantuan alat militer dan kerja sama pertahanan antara Rusia dengan Armenia dan Azerbaijan. Selanjutnya pada bidang ekonomi Rusia berfokus pada kerja sama ekonomi yang dijalani oleh Rusia dan kedua negara yang berkonflik.
Dalam konflik ini Rusia hanya memasok senjata ke Armenia dan Azerbaijan di mana kedua negara memiliki akses untuk menggunakan peralatan Rusia yakni tank dan artileri. Menurut laporan Rusia merupakan negara yang banyak mengekspor senjata ke Armenia dan Azerbaijan pada saat konflik kedua negara tersebut memanas. Rusia juga memberikan pesawat tempur kepada Armenia sebagai alat tempur yang memiliki kemampuan canggih dalam hal ini pada keterlibatan Rusia dalam memediator Armenia dan Azerbaijan, Rusia membentuk beberapa organisasi, yakni organisasi yang berkonsentrasi pada bidang ekonomi dan yang berfokus pada bidang militer dalam hal itu, Rusia sangat aktif dalam mempromosikan organisasi yang dibentuknya dibawah pengaruh Rusia. Hal itu juga yang menjadi suatu penguat Rusia dalam memediasi Armenia dan Azerbaijan pada konflik Nagorno dan Karabakh. Selain itu peranan Rusia juga didukung oleh negara lain untuk memediasi kedua negara yang bertikai.
Akhir konflik Armenia- Azerbaijan
Konflik yang terjadi akhirnya diselesaikan dengan menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri konflik militer yang terjadi di wilayah nagorno-karabakh. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Armenia dan Azerbaijan serta Rusia selaku pihak mediator/penengah. Perdana Menteri Armenia mengumumkan penandatanganan pada 10 november. Penyelesaian konflik ini didukung oleh banyak aktor terutama Arayik Harutyunyan selaku pemimpin wilayah Nagorno dan Karabakh.
Konflik yang Kembali memanas selama enam minggu tersebut akhirnya memutuskan untuk damai setelah terjadinya pertempuran berdarah yang memakan banyak korban. Pada saat itu juga Azerbaijan telah mengatakan bahwa mereka telah merebut Kembali permukiman di Nagorno dan Karabakh, dan Azerbaijan juga mengumumkan kemenangan atas konflik yang telah terjadi.
Sebenarnya ada beberapa kekhawatiran antara beberapa pihak terkait dengan konflik kedua negara ini akan Kembali terulang dikarenakan Azerbaijan yang mendapat dukungan penuh dari Turki dan konflik ini juga yang sudah mengalami tiga kali gencatan senjata yang tidak berujung pada perdamaian. Sehingga akhirnya Azerbaijan membuat sebuah deklarasi damai untuk menyelesaikan konflik. Sebenarnya walaupun Azerbaijan dalam konflik ini tetapi, pihak dari Azerbaijan adalah yang paling banyak korban jiwa atas aksi gencatan senjata.