Perginya Sang Juruselamat Bernabeu

Yermia Riezky
Penulis dan konsultan media relation. Tinggal di Makassar.
Konten dari Pengguna
1 Juni 2018 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yermia Riezky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perginya Sang Juruselamat Bernabeu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dunia sepakbola dikejutkan dengan mundurnya Zinedine Zidane sebagai pelatih Real Madrid hari Kamis (31/5/2018). Zidane mundur hanya lima hari setelah ia mempersembahkan trofi Liga Champions ke-13 Real usai mengalahkan Liverpool 3-1 di Kiev.
ADVERTISEMENT
Selama 878 hari bekerja sebagai manajer Real, Zidane meraih sembilan trofi. Rekor partai finalnya menakjubkan karena ia memenangkan delapan dari delapan partai final saat memimpin Real Madrid.
Saat Zidane diangkat menjadi manajer Real Madrid pada 4 Januari 2016, tidak ada yang menyangka perjalananya akan gilang gemilang. Ia menjadi pilihan darurat Florentino Perez untuk menggantikan Rafael Benitez yang baru menjabat selama setengah musim.
Saat memecat Benitez, Madrid berada di posisi ketiga klasemen La Liga musim 2015/2016. Los Blancos juga lolos ke babak 16 Besar Liga Champions. Namun pencapaian itu tak memuaskan petinggi Real.
Di tangan Benitez, Madrid tak sanggup menang atas Villareal, Sevilla, Atletico Madrid, dan Valencia di La Liga. Puncaknya, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan takluk 0-4 dari Barcelona dalam laga El Classico yang berlangsung di Santiago Bernabeu.
ADVERTISEMENT
Perez ketika itu memperimbangkan untuk kembali merekrut Jose Mourinho sebagai pengganti Benitez. Saat itu Mourinho baru saja dipecat Chelsea, dan sudah menjadi rahasia umum kalau Perez merupakan fan berat Mourinho.
Namun saat itu Perez lebih pragmatis. Ia butuh sosok yang dapat mempersatukan tim. Ini menjadi masalah serius karena di bawah Benitez, beberapa pemain senior bahkan menolak bermain.
Keberanian Benitez menunjuk Zidane berbuah manis. Zidane kembali menyatukan para pemain dan mendapat kepercayaan para pemaim senior.
Enam bulan pertama di bawah komando Zidane, Real hanya menderita dua kekalahan. Mereka membalas kekalahan di El Classico dengan menumbangkan tuan rumah Barcelona 2-1, dan bertengger di posisi kedua klasemen akhir. Puncaknya, Zidane membawa Real menjuarai Liga Champions setelah menumbangkan Atletico Madrid lewat adu penalti.
ADVERTISEMENT
Musim selanjutnya, Madrid hanya menderita lima kekalahan dari 60 pertandingan di sepanjang musim. Namun, pencapaian Zidane lebih dahsyat karena sanggup membawa timnya meraih gelar ganda La Liga dan Liga Champions.
Di musim pamungkas Zidane, Madrid menderita sembilan kekalahan, enam di antaranya terjadi di La Liga. Madrid mengakhiri liga di posisi ketiga di bawah Barcelona dan Atletico.
Banyak yang menilai, kegagalan di La Liga menjadi salah satu alasan Zidane mengundurkan diri. Tertinggal 17 angka dari sang juara Barcelona di klasemen akhir bukan hasil yang menyenangkan. Selain itu, kekalahan Madrid dari Leganes di ajang Copa del Rey menambah tekanan pada Zidane. Zidane mengakui hasil itu sebagai momen terburuknya.
Zidane, yang terkenal pemalu, tak terbuka soal latar belakang keputusannya. Namun, banyak yang menilai kegagalannya di kompetisi domestik musim ini menjadi alasannya untuk mundur. Ia sendiri pernah mengatakan, pencapaiannya yang paling membanggakan adalah memenangkan La Liga musim lalu. Karena itu untuk mencapainya, Zidane menilai Real Madrid perlu perubahan.
ADVERTISEMENT
"Para pemain membutuhkan perubahan tapi saya harus berterima kasih pada mereka karena pada akhirnya mereka lah yang berjuang di lapangan dan ini adalah klub dengan ekspektasi yang tinggi," terang Zidane dalam konfrensi pers terakhirnya.
"Kami selalu menginginkan yang lebih, dan saya tak dapat meminta lebih banyak lagi dari para pemain. Jadi, ini saatnya mereka mendengarkan suara yang berbeda di ruang ganti," pungkas Zidane.
Yermia Riezky, penghuni tribun terbuka Mattoanging utara