Dampak positif pandemi Covid 19 pada industri 4.0

Yetti Rochadiningsih
Analis Kebijakan Ahli Muda. Pemilik Media Online suarakreatif.com
Konten dari Pengguna
8 November 2020 6:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yetti Rochadiningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sembilan bulan telah berlalu, sejak Covid 19 di tetapkan sebagai Pandemi Global. Rutinitas yang kala itu berjalan normal mendadak tidak normal. Ibarat supir bus yang tengah asik menginjak pedal gas di jalan tol yang kemudian tiba-tiba ngerem mendadak. Terlukis kecemasan pada wajah-wajah penumpangnya. Ya, hampir seluruh manusia di bumi cemas.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi menjalani adaptasi yang sangat sulit pada bulan pertama pandemi, benar-benar penuh dengan perjuangan dan sedikit mengalami stress.
Tunggu dulu, stress yang saya alami hanya sesaat selebihnya saya mulai dapat beradaptasi. Kehidupan “New Normal” akan menjadi sulit bagi orang-orang yang tidak mau beradaptasi.
Rupanya, Pandemi Covid 19 selain mendekatkan kita pada Tuhan, juga memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa industry 4.0 sudah dalam genggaman.
Sebelum memasuki era revolusi industry 4.0, seringkali saya mempertanyaakan tentang kesanggupan sumber daya manusia di negara kita dalam menghadapi era tersebut? Beberapa contoh hal yang membuat saya cemas, ketika saya mengetahui bahwa rekan saya yang sedang menyelesaikan tugas akhir S2 nya mengeluh, bahwa dia tidak dapat membuat bahan presentasi dengan power point. Bukan hanya itu, bahkan saya masih menyaksikan dosen-dosen yang mengajar dengan membawa Asrot (Asisten Sorot) karena mereka tidak dapat mengoperasikan laptop/komputer, infocus dan menanyangkan bahan ajar mereka.
ADVERTISEMENT
Nah, padahal kalau kita bicara tentang industry 4.0, suatu era di mana kita tidak dapat lagi memungkiri bahwa kemajuan teknologi yang segalanya menggunakan otomatisasi dan internet of things ini dapat membuat banyak orang patah hati, karena mesin-mesin dan ratusan aplikasi akan mengambil alih pekerjaan mereka.
Sabar, Tarik nafas dalam-dalam, mari kita cermati bersama. Sekilas memang semua itu tampak mengerikan, bahkan membayangkannya saja kita tidak sanggup. Terbayang akan banyaknya PHK besar-besaran, sulitnya mencari pekerjaan dan sebagainya. Itu semua mungkin saja terjadi, namun jangan salah, di balik itu ada suatu fenomena baru akan lahir. Akan muncul peluang-peluang usaha jenis baru yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Sungguh di luar pemikiran saya, bahwa selama pandemi melanda dunia, bisnis jual beli online seperti Tokopedia, OLX, Buka Lapak, Lazada, Zalora, namanya masih tetap berkibar. Sementara Toko-toko besar seperti Matahari Departemen Store dan Pasaraya, yang kita kenal sejak dulu kala terpaksa harus menutup hampir sebagaian besar gerainya.
ADVERTISEMENT
Selain itu layanan jasa pengiriman, PT. Pos Indonesia dengan logo burung orange, tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini, sekarang beragam nama ekspedisi (jasa pengiriman barang) dapat menjadi pilihan. PT. Pos Indonesia termasuk lincah dan cepat dalam inovasi, mereka membuat layanan pick up service gratis yang belum dimiliki kompetitornya, kita pun sebagai customer sangat diuntungkan dengan tidak perlu susah-sudah keluar rumah saat pandemi.
Saat ini saya hanya bisa berdoa, semoga Pandemi Covid 19 ini dapat memaksa sumber daya manusia di Indonesia untuk belajar dan beradaptasi dengan teknologi, agar posisi mereka tidak tergeser oleh sumber daya manusia dari negara luar yang tentunya lebih siap dengan perubahan, khususnya di bidang teknologi yang menggunakan otomatisasi dan internet of things.
ADVERTISEMENT
***
Saya mencoba untuk menjalani dan menikmati hari-hari yang saya lalui bersama keluarga kecil di rumah. Menikmati? Lho, bagaimana tidak nikmat, lha wong nyatanya tanpa saya sadari impian yang selama ini saya idam-idamkan dapat terwujud.
Impian saya sejak mengenal dunia digital adalah bekerja dari rumah dan memiliki banyak waktu kumpul bersama keluarga. Sangat yakin bahwa bukan cuma saya yang memiliki mimpi seperti ini.
Impian itu hadir ketika beberapa dari kawan saya yang baru memiliki bayi, sering mengeluh karena sulitnya mencari asisten rumah tangga yang tepat. Sebagai seorang wanita yang juga bekerja, jelas hati saya ikut merasakan betapa sulitnya masa-masa seorang wanita yang baru punya bayi yang juga bekerja.
ADVERTISEMENT
Hemm, seandainya kita bisa bekerja dari rumah, membuat laporan, merencanakan semua kegiatan dan meeting secara virtual. Itulah mimpi saya dulu, di tambah pengalaman ketika saya berkunjung ke kantor virtual office keponakan suami saya di Bali, dia bekerja pada sebuah perusahaan asing, bosnya yang berasal dari Perancis mengunjungi kantornya di Bali hanya sebulan sekali, selebihnya koordinasi dan meeting dilakukan dengan cara virtual.
Kantornya menggunakan virtual office karena perusahaannya memang hanya menyewa sebuah rumah tinggal yang di desain sedemikian unik dan nyaman, banyak kursi sofa dengan bahan empuk, TV, tempat ngopi di pojokan dan di atap rumah tersebut di sediakan tempat untuk leyeh-leyeh plus kolam renang, sungguh membuat iri hati saya.
ADVERTISEMENT
Karyawan benar-benar di berikan fasilitas dan tempat bekerja yang nyaman dan tidak serius seperti layout kantor-kantor pemerintahan pada umumnya, kaku dan banyak partisi kubikal yang membatasi dan memberi jarak antara pimpinan dan staf.
Tentusaja fasilitas kenyamanan kantor, gaji dan sebagainya harus mereka bayar dengan pencapaian target dan output yang jelas dan sepadan, bagi saya itu cukup fair.
***
Jadi, selama masa pandemik ini, anak saya yang sedang kuliah di Yogya pulang kerumah. Belakangan ini kami mencoba banyak hal yang berkaitan dengan dunia digital. Saya banyak belajar tentang membuat konten di Youtube, Instagram dan Blog pribadi, untuk kepentingan usaha saya kelak. Anak saya, selain kuliah dengan cara daring/online, dia gencar mencari pelatihan-pelatihan online, sementara suami saya hobi berbelanja perkakas bangunan secara online. Ya semua serba menggunakan media digital, semua serba online.
ADVERTISEMENT
Terkadang, saya masih suka norak dengan teknologi baru, contohnya dalam menggunakan aplikasi video conference seperti zoom. Di awal Pandemi bulan Maret lalu, hampir seluruh kantor memberlakukan Work From Home (WFH). Rasanya hampir semua perusahaan, berupaya mencari jalan bagaimana caranya agar para karyawan mereka tetap dapat bekerja meskipun dari rumah, ketika itulah aplikasi video conference zoom banyak digunakan oleh kantor, perusahaan dan sekolah-sekolah. Meskipun penggunanya banyak yang belum familiar dengan aplikasi dan fiturnya termasuk saya.
***
Mau tidak mau, suka tidak suka, harusnya kita mulai menyadari bersama, bahwa suatu saat posisi kita akan tergantikan oleh teknologi. Dalam dunia perdagangan, tubuh kita atau fisik kita tidak lagi harus berada di antara pedagang, pembeli dan barang yang akan di perjual belikan, karena seluruh proses perdagangan dapat berlangsung dalam suatu aplikasi.
ADVERTISEMENT
Covid 19 telah menampar wajah kita, agar kita terbangun dari mimpi dan sadar bahwa dunia telah berubah. Kita harus mulai berani dan bisa meninggalkan cara-cara tradisional menuju era Industri 4.0.
Sekarang saya menyadari, bahwa Covid 19 bukanlah sesuatu yang harus kita takuti. Covid 19 telah memberikan kita semua pelajaran, kita dapat hidup berdampingan dengan Covid 19, tentunya dengan menerapkan berbagai protokol Kesehatan. Mari kita beradaptasi dan terus mengembangkan kapasitas diri karena era Industri 4.0 telah berada dalam gengaman.
MRT sepi saat pandemi namun tetap beroperasi (Dokumen pribadi)