kumplus- LIPSUS- Amandemen UUD 1945

Meski AHY & Puan Gagal, Bukan Berarti Demokrasi Kita Baik-Baik Saja

Yoes C Kenawas
Kandidat Doktor Ilmu Politik, Northwestern University
1 September 2021 18:49 WIB
·
waktu baca 6 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menjamurnya praktik politik dinasti selama 10 tahun terakhir menghadirkan kesan dinasti politik sebagai sebuah entitas yang sangat berkuasa dan mampu memenangkan kompetisi politik dengan mudah. Nyatanya, banyak anggota dinasti politik yang mengalami kesulitan untuk meningkatkan pamor dan keterpilihan mereka, terlepas dari sumber daya material dan non-material yang mereka miliki.
Sebut saja Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Puan Maharani yang hingga hari ini masih terseok-seok meningkatkan tingkat kedikenalan dan elektabilitas mereka dalam benak pemilih Indonesia. Temuan survei nasional Indikator Politik Indonesia pada 30 Juli–4 Agustus 2021 menunjukkan tingkat elektabilitas AHY (5,5%) dan Puan (1,1%) masih tertinggal dibandingkan kandidat non-dinasti, seperti Ganjar Pranowo (21,4%), Anies Baswedan (14,8%), dan Ridwan Kamil (6,9%).
Fakta tersebut menunjukkan bahwa suksesi kepemimpinan melalui jalur politik dinasti bukan sebuah pekerjaan mudah. Warisan nama besar keluarga, jaringan politik, posisi strategis dalam struktur partai, serta akses dan penguasaan sumber daya finansial tidak menjamin kandidat dinasti mampu dengan mudah memenangkan kompetisi berebut dukungan pemilih.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten