Berkah atau Bencana? Indonesia Rajai Sawit Dunia

Yoga Cahya Putra
Mahasiswa Politeknik Statistika STIS I Traveller
Konten dari Pengguna
24 September 2021 20:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yoga Cahya Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kelapa Sawit. Sumber : https://pixabay.com/id/photos/kelapa-sawit-pohon-perkebunan-287902
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit. Sumber : https://pixabay.com/id/photos/kelapa-sawit-pohon-perkebunan-287902
ADVERTISEMENT
Elaeis Guineensis atau lebih dikenal dengan sebutan Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif di dunia. Minyak nabati atau minyak sawit yang dihasilkan telah digunakan dalam berbagai macam produk baik makanan maupun non makanan. Kebutuhan minyak sawit dalam berbagai jenis produk tentunya berdampak pada meningkatnya permintaan global terhadap minyak kelapa sawit itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia. Pada tahun 2020, United States Departement of Agriculture (USDA) juga menempatkan Indonesia sebagai peringkat pertama negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi mencapai 44,5 juta metrik ton atau setara dengan 58% dari seluruh produksi minyak sawit dunia. Kemudian disusul Malaysia dengan produksi mencapai 19,7 juta metrik ton, Thailand 3,12 juta metrik ton, Colombia 1,65 juta metrik ton dan Nigeria 1,4 juta metrik ton.
Selaras dengan publikasi USDA, Direktorat Jenderal Perkebunan mencatat produksi kelapa sawit Indonesia pada tahun 2020 mencapai 48,2 juta ton (angka sementara) mengalami peningkatan mencapai 1,17 juta ton dari tahun sebelumnya, dimana Provinsi Riau menempati urutan pertama dengan produksi mencapai 9,98 juta ton, kemudian di susul Provinsi Kalimantan Tengah dengan produksi mencapai 7,68 juta ton, Sumatera Utara 5,77 juta ton, Kalimantan Barat 5,47 juta ton dan Sumatera Selatan 4,26 juta ton.
ADVERTISEMENT
Selain produksi nyatanya Indonesia juga dinobatkan sebagai negara dengan luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, pada tahun 2020 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 14.858.300 hektar (angka sementara). Dimana sebagian besar kelapa sawit di Indonesia diusahakan oleh perusahaan besar swasta (PBS) yakni sebesar 55,76% atau seluas 8.285.370 hektar dan perusahaan besar negara (PBN) sebesar 3,83% atau 569.166 hektar. Perkebunan rakyat (PR) menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap total luas areal perkebunan sawit di Indonesia yakni seluas 6.003.764 hektar atau 40,41%.
Dengan angka produksi dan luas areal perkebunan kelapa sawit yang mampu mendapat predikat peringkat pertama dunia, tentunya komoditi kelapa sawit sangat berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) yang mencapai US$18,44 miliar atau Rp 263 triliun (kurs Rp 14.200/US$) pada 2020, tumbuh 18,43% dibandingkan tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Selain berdampak positif bagi Indonesia, nyatanya kelapa sawit juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan di Indonesia, seperti meluasnya perkebunan sawit tiap tahunnya yang berdampak pada semakin sempitnya lahan hijau di Indonesia, oleh karena itu dapat berakibat pada perubahan iklim (climate change) yang tak menentu, pemanasan global (global warming) dan sederet bencana lainnya. Dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pemerintah melalui Kementrian Pertanian pada tahun 2009 mengeluarkan kebijakan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang berutujuan untuk menjaga lingkungan dan menjamin kualitas produk agar bersaing secara global.
Namun ISPO tersebut belum sepenuhnya dijalankan, sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani dampak negatif yang ditimbulkan dari industri kelapa sawit, pemerintah juga menerbitkan Permen No. 38 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraa Setifikasi Kelapa Sawit serta sederet aturan lainnya.
ADVERTISEMENT