Atlet SEA Games Buka Suara Soal Uang Akomodasi yang Belum Dibayarkan

31 Agustus 2017 2:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet tolak peluru, Eki Febri Ekawati. (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet tolak peluru, Eki Febri Ekawati. (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
SEA Games 2017 sudah resmi berakhir dan secara keseluruhan, kontingen Indonesia gagal memenuhi target medali yang dipatok. Dari target 50 medali emas, Indonesia hanya mampu membawa pulang 38.
ADVERTISEMENT
Satu dari 38 medali emas itu datang dari tolak peluru putri atas nama Eki Febri Ekawati. Keberhasilan Eki itu tentunya membanggakan, tetapi dari sana, kemudian muncul sebuah kisah yang tak mengenakkan.
Lewat sebuah screenshot yang diunggah akun Instagram @badmintalk_com, terlihat bagaimana Eki mengungkapkan amarahnya terkait uang akomodasi yang belum dibayarkan.
Di situ, terungkap bahwa sejak bulan Januari lalu, biaya makan, penginapan, dll. belum dibayarkan kepada dirinya. Eki mengeluhkan bagaimana ribetnya birokrasi di bidang olahraga dan meminta pemerintah introspeksi atas kegagalan kontingen Indonesia di SEA Games tahun ini.
Adapun, akun Instagram Eki sendiri belum bisa kami akses karena dikunci oleh yang bersangkutan. Kemudian, kami juga sudah berusaha menghubungi Eki tetapi belum mendapat jawaban.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, keluh kesah Eki ini ternyata sudah mendapatkan tanggapan dari Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), Gatot S. Dewa Broto.
Dalam rilis yang diterima kumparan, Gatot berkata, "Terkait nasib atlet tolak peluru Eki Febri yang telah mendapat medali emas di SEA Games 2017, kami atas nama Kemenpora menyampaikan apresiasi atas prestasi medali emas yang telah diperolehnya, namun demikian juga mohon maaf atas kejadian bahwa yang bersangkutan belum menerima dana akomodasi sejak bulan Januari 2017."
"Kami tentu saja sangat terkejut dengan kejadian tersebut dan untuk itu, sedang kami telusuri di internal Kemenpora mengapa hal tersebut sampai terjadi."
"Memang kami akui dalam beberapa bulan terakhir ini ada persoalan terkait dengan honor, peralatan, akomodasi dan try out atlet-atlet (Satlak) Prima. Satu per satu sudah mulai terurai sejak Mei 2017 mulai dari honor atlet, kemudian sebagian try out di bulan Juni 2017, dan peralatan di bulan Juli 2017. Yang kami agak lambat progress-nya adalah untuk akomodasi. Meski sudah ada yang terealisasi, tetapi belum seluruhnya."
ADVERTISEMENT
"Keterlambatan tersebut selain karena anggaran Kemenpora baru cair sepenuhnya bulan April 2017 (karena adanya perubahan struktural pemecahan KPA/Kuasa Pengguna Anggara dari semula tunggal menjadi terpisah di 6 Satker/Satuan Kerja), juga karena adanya rezim aturan yang berubah, sehingga karena (kami) terlalu berhati-hati, berdampak pada keterlambatan (itu)," terang Gatot.
"Oleh karena itu, dalam konteks tidak berhasilnya Indonesia menenuhi target, kami juga menyadari bahwa (ini) di antaranya disebabkan, baik secara teknis maupun non-teknis, oleh kendala anggaran tersebut dan kami mohon maaf."
"Kembali soal Eki Febri, kami sudah minta pejabat terkait di internal kami untuk segera berkoordinasi dengan Prima dan PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) agar masalah tersebut dapat segera diatasi, karena bagaimana pun juga Eki sangat layak diprioritaskan. Selain karena peraih medali emas, juga karena nasibnya terhadang masalah keuangan. Kami harus merasa berterima kasih pada Eki dan bukannya menentelantarkan," tutup Gatot.
ADVERTISEMENT