Lebih Dekat dengan Para "Anak Bawang" di Liga Champions

11 September 2017 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Drawing Liga Champions. (Foto: REUTERS/Eric Gaillard)
zoom-in-whitePerbesar
Drawing Liga Champions. (Foto: REUTERS/Eric Gaillard)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Liga Champions 1998/99 akan selamanya dikenang sebagai turnamen milik Manchester United. Ini adalah klaim yang nyaris mustahil untuk dibantah.
ADVERTISEMENT
Deretan penampilan heroik yang ditunjukkan pasukan Alex Ferguson pada musim itu berhasil ditutup dengan keajaiban 120 detik yang memenangkan mereka atas Bayern Muenchen di partai puncak. United juara dan mereka pantas mendapatkannya.
Namun, United bukan satu-satunya tim yang punya cerita hebat di situ. Walau harus terhenti di tangan Bayern pada babak semifinal, Dynamo Kiev juga mampu menorehkan kisah yang membekas di benak para penikmat sepak bola.
Pada musim itu, Valeriy Lobanovskyi, pelatih sepak bola legendaris itu, membuktikan bahwa dirinya belum habis. Bermodalkan pemain-pemain muda, pria yang masyhur dengan topi bundarnya itu menjungkirbalikkan semua prediksi.
Dynamo harus memulai turnamen dari babak kualifikasi kedua. Di situ, jagoan Republik Ceko, Sparta Praha, berhasil disingkirkan. Setelah itu, sebelum dikalahkan Bayern 0-1 di leg kedua semifinal, mereka hanya sekali kalah, yakni ketika bertandang ke Nikos Goumas Stadium di Athena. Pada pertandingan matchday 1 Grup E itu, Dynamo dibekuk Panathinaikos 1-2.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, Dynamo nyaris tak terhentikan. Arsenal, Lens, dan Panathinaikos berhasil mereka sisihkan di fase grup dan yang paling fenomenal tentunya adalah ketika mereka mengirim juara bertahan Real Madrid pulang dengan tangan hampa.
Pada laga leg pertama di Santiago Bernabeu, gol Andriy Shevchenko berhasil memaksakan hasil imbang 1-1 dengan El Real. Sebelumnya, tuan rumah sebenarnya sudah unggul terlebih dahulu lewat aksi Predrag Mijatovic yang merupakan pahlawan Real Madrid di final 1998. Lalu, pada laga leg kedua di Olympic Stadium, Kiev, dua gol Shevchenko gagal dibalas oleh pasukan John Benjamin Toshack.
Saat sudah masuk semifinal pun sebenarnya Dynamo tidak kalah kelas dari Bayern. Hal ini terbukti dari bagaimana mereka mampu memaksakan hasil imbang 3-3 pada leg pertama di Kiev. Sayang, Mario Basler kemudian memupus asa Shevchenko cs. lewat gol tunggalnya di Olympiastadion Muenchen.
ADVERTISEMENT
Kisah Dynamo Kiev ini bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir di ajang Liga Champions. Meski turnamen ini disebut-sebut punya magi tersendiri yang hanya bisa ditaklukkan oleh tim-tim bertradisi kuat, faktanya tentu tidak demikian.
Sebelumnya, Steaua Bucuresti, Porto, Crvena Zvezda, dan Olympique Marseille pernah berhasil menjadi juara meski tak punya modal tradisi. Kemudian, setelah Dynamo pada 1998/99 itu, Porto, Monaco, Deportivo La Coruna, dan Villarreal juga sempat mengejutkan nama-nama besar. Bahkan, hal seperti ini masih terjadi pada musim lalu ketika Monaco berhasil menembus babak semifinal meski skuatnya didominasi oleh pemain belia.
Lalu, bagaimana dengan musim ini? Akankah apa yang dicapai Monaco pada musim lalu itu terulang? Nah, sebelum Liga Champions benar-benar dimulai Rabu (13/9) dini hari WIB mendatang, mari kita berkenalan dengan klub-klub liliput yang sebenarnya menyimpan potensi untuk mengejutkan.
ADVERTISEMENT
1) Qarabag FK
Qarabag FK (Foto: Reuters via Scanpix Denmark)
zoom-in-whitePerbesar
Qarabag FK (Foto: Reuters via Scanpix Denmark)
Tak seperti pada musim 1998/99, pada musim 2017/18 ini, sebuah tim tak bisa langsung lolos ke fase grup usai lolos dari babak kualifikasi kedua. Setelah itu, untuk bisa benar-benar berlaga di babak utama, sebuah klub harus melewati kualifikasi ketiga dan babak play-off.
Musim ini, Qarabag menjadi salah satu klub dari babak kualifikasi kedua yang mampu menembus babak utama. Setelah melewati adangan Samtredia dari Georgia, klub jawara Azerbaijan ini harus berhadapan dengan Sheriff Tiraspol dari Moldova. Namun, bukan itu yang spesial, melainkan keberhasilan mereka mengalahkan langganan Liga Champions, Kobenhavn, di babak play-off, untuk akhirnya bisa melakoni debut di babak utama.
Di skuat mereka sekarang, nyaris tidak ada pemain yang namanya familiar di kuping banyak orang. Paling-paling kalaupun ada, hanya nama Tarik Elyounoussi yang punya pengalaman bermain di Liga Champions bersama Olympiakos. Selebihnya, Gurban Gurbanov, pelatih Qarabag yang merupakan legenda sepak bola Azerbaijan ini, hanya akan mengandalkan skuat seadanya.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika sebelum turnamen benar-benar dimulai, nama Qarabag sudah dicoret oleh para pengamat. Apalagi, di Grup C mereka tergabung dengan Chelsea, Atletico Madrid, dan Roma. Akan tetapi, mereka sudah melewati jalan panjang untuk bisa sampai di sini dan mereka bisa mencontoh APOEL musim 2011/12 yang mampu mencapai perempat final meski harus memulai turnamen dari kualifikasi babak kedua.
2) Olympiakos CFP
Olympiakos di laga melawan Rijeka. (Foto: Reuters/Antonio Bronic)
zoom-in-whitePerbesar
Olympiakos di laga melawan Rijeka. (Foto: Reuters/Antonio Bronic)
Meski merupakan penguasa Yunani, Olympiakos seringkali hanya tampil sebagai penggembira di Liga Champions. Di kompetisi ini, prestasi terbaik mereka adalah ketika mampu melaju ke perempat final musim 1998/99. Setelah itu, paling jauh mereka hanya sampai di 16 besar.
Musim ini pun Olympiakos juga sudah pasti tidak diunggulkan mengingat kualitas pemain mereka yang memang tidak cukup bagus untuk bisa betul-betul bersaing. Namun, siapa yang tahu? Dengan pengalamannya, pemain-pemain macam Marko Marin, Guillaume Gillet, Silvio Proto, Uros Djordjevic, dan Emmanuel Emenike bisa saja mengejutkan Barcelona, Juventus, serta Sporting CP di Grup D.
ADVERTISEMENT
3) NK Maribor
Maribor menyingkirkan Hapoel Beer Sheva. (Foto: Reuters/Srdjan Zivulovic)
zoom-in-whitePerbesar
Maribor menyingkirkan Hapoel Beer Sheva. (Foto: Reuters/Srdjan Zivulovic)
Slovenia mengejutkan dunia sepak bola ketika mereka, di usianya yang baru delapan tahun, berhasil melaju ke putaran final Euro 2000. Dua tahun kemudian, tiket Piala Dunia juga berhasil mereka raih. Pelatih Maribor saat ini, Darko Milanic, adalah salah satu dari mereka yang meloloskan Slovenia ke Euro 2000 tadi.
Di skuat asuhan Milanic saat ini memang tidak ada pemain dengan nama besar. Namun, di situ terselip satu marga yang cukup familiar bagi mereka yang cukup tua untuk menyaksikan Slovenia di Euro 2000. Marga yang dimaksud adalah Zahovic.
Ya, di skuat Maribor saat ini, ada nama Luka Zahovic yang tak lain dan tak bukan adalah putra legenda Slovenia, Zlatko Zahovic. Zlatko sendiri dulunya merupakan rekan setim Milanic di tim nasional.
ADVERTISEMENT
Kisah Zlatko dan Luka ini pun menarik. Pasalnya, meski lahir di Maribor, Zlatko Zahovic justru tidak pernah membela klub berkostum ungu ini sebagai pemain, apalagi sampai berlaga di Liga Champions. Apakah kebetulan-kebetulan ini nantinya bakal bisa mendorong Maribor untuk melaju lebih jauh? Mari kita nantikan.
4) FC Spartak Moskva
Spartak Moskva di Liga Rusia. (Foto: Dok. Spartak Moskva)
zoom-in-whitePerbesar
Spartak Moskva di Liga Rusia. (Foto: Dok. Spartak Moskva)
Selain Antonio Conte, Massimiliano Allegri, dan Carlo Ancelotti, pelatih Italia lain yang berhasil menjadi juara liga musim lalu adalah Massimo Carrera. Secara fenomenal, mantan asisten Conte di Juventus itu sukses mempersembahkan gelar juara pertama bagi Spartak sejak tahun 2001 silam.
Meski bersejarah, gelar itu sebetulnya tak terlalu mengejutkan karena skuat Spartak sebenarnya cukup bagus. Dipimpin bintang Belanda, Quincy Promes, Spartak berhasil unggul tujuh poin atas CSKA.
ADVERTISEMENT
Musim ini, Spartak sukses mempertahankan Promes yang sebenarnya diincar oleh banyak klub besar. Selain itu, mereka juga berhasil mendatangkan pemain berbakat Brasil, Pedro Rocha, dari Gremio serta mengamankan jasa Mario Pasalic lewat status pinjaman dari Chelsea. Dengan skuat yang semakin kuat ini, mereka punya potensi besar untuk menggoyang Liverpool dan Sevilla yang sebenarnya agak labil juga kondisinya.
5) Besiktas JK
Besiktas punya kans mengejutkan. (Foto: Dok. Besiktas)
zoom-in-whitePerbesar
Besiktas punya kans mengejutkan. (Foto: Dok. Besiktas)
Inilah salah satu klub dengan aktivitas transfer terbaik di Eropa. Kedatangan pemain-pemain sarat pengalaman seperti Alvaro Negredo, Gary Medel, Jeremain Lens, Caner Erkin, dan Pepe tentunya bakal menjadi keuntungan besar bagi Besiktas untuk berlaga di ajang antarklub Eropa.
Para pemain-pemain tersebut bakal melengkapi nama-nama yang musim lalu berhasil mempersembahkan gelar juara SuperLig seperti Adriano Correia, Ricardo Quaresma, Ryan Babel, Oguzhan Ozyakup, serta Anderson Talisca. Di bawah arahan Senol Gunes, pelatih yang membawa Turki menjadi juara ketiga Piala Dunia 2002, Besiktas sama sekali tidak bisa diremehkan.
ADVERTISEMENT
6) FC Shakhtar Donetsk
Shakhtar di Liga Ukraina. (Foto: Dok. Shakhtar Donetsk)
zoom-in-whitePerbesar
Shakhtar di Liga Ukraina. (Foto: Dok. Shakhtar Donetsk)
Shakhtar Donetsk yang sekarang memang bukan Shakhtar Donetsk yang sempat begitu ditakuti di ajang Piala UEFA. Walau begitu, sebenarnya mereka masih memiliki skuat yang bagus.
Di skuat Shakhtar saat ini masih bercokol nama-nama seperti Andriy Pyatov, Darijo Srna, Yaroslav Rakitskiy, Taras Stepanenko, Fred, Taison, dan Bernard. Sebelum konflik Ukraina pecah pada 2014, mereka inilah yang berhasil membuat Shakhtar menjadi salah satu kuda hitam di Eropa.
Di Ukraina sendiri, Shakhtar masih dominan, tetapi dalam dua musim terakhir mereka selalu gagal lolos ke Liga Champions. Alhasil, Mircea Lucescu yang telah menangani klub selama 12 musim pun mundur dan digantikan oleh Paulo Fonseca.
Bersama Fonseca, Shakhtar seperti terlahir kembali. Musim lalu, mereka mencetak 113 gol di Liga Primer Ukraina dan kini, mereka pun kembali ke Liga Champions. Napoli, Feyenoord, dan Manchester City wajib mewaspadai kebangkitan ini.
ADVERTISEMENT
7) APOEL FC
APOEL (biru) dalam laga melawan Sparta Praha. (Foto: Reuters/David W. Cerny)
zoom-in-whitePerbesar
APOEL (biru) dalam laga melawan Sparta Praha. (Foto: Reuters/David W. Cerny)
Jika ada klub yang tahu caranya membuat kejutan, mereka adalah APOEL. Pada musim 2011/12 lalu, klub SIprus ini memulai turnamen dari babak kualifikasi kedua dan sudah dicoret sejak awal. Namun, mereka kemudian berhasil melaju sampai babak perempat final setelah sebelumnya menyingkirkan Porto dan Shakhtar di fase grup serta Olympique Lyonnais di 16 besar.
Sial saja bagi APOEL karena lawan mereka di perempat final adalah Real Madrid. Secara agregat, mereka kemudian kalah 2-8. Namun, siapa pun memaklumi hal itu.
Musim ini, APOEL kembali bersua dengan Real Madrid di fase grup dan rasanya, mereka takkan mampu membendung laju sang juara bertahan. Namun, menilik rekam jejak inkonsistensi dua tim lainnya, Borussia Dortmund dan Tottenham Hotspur, bukan tidak mungkin APOEL bisa kembali mencuri satu tiket fase gugur seperti dulu.
ADVERTISEMENT
8) RasenBallsport Leipzig
RB Leipzig, debutan yang diunggulkan. (Foto: Dok. RB Leipzig)
zoom-in-whitePerbesar
RB Leipzig, debutan yang diunggulkan. (Foto: Dok. RB Leipzig)
Selain Qarabag, RB Leipzig adalah debutan lain di Liga Champions musim ini. Meski begitu, mereka justru menjadi salah satu tim yang diharapkan benar-benar bisa berbuat banyak.
Pasalnya, klub satu ini memang fenomenal. Terlepas dari sejarah mereka yang dipertanyakan, musim lalu klub Jerman Timur ini berhasil mengentak Bundesliga dan finis di posisi kedua klasemen. Tak heran jika pemain-pemain muda mereka kemudian jadi incaran banyak klub besar.
Walau begitu, untuk musim ini Leipzig mampu mempertahankan pilar-pilarnya itu, termasuk Naby Keita yang baru akan pindah ke Liverpool musim depan. Selain Keita, pelatih Ralph Hassenhuetl juga akan berharap banyak pada nama-nama seperti Timo Werner dan Emil Forsberg. Ditambah dengan amunisi-amunisi anyar seperti Bruma dan Kevin Kampl, Leipzig punya potensi besar untuk mengulangi apa yang dilakukan Monaco musim lalu, yakni lolos ke semifinal.
ADVERTISEMENT