news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Leo Bonucci: Titik Lemah Juventus yang Bisa Dieksploitasi Man United

22 Oktober 2018 15:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Leonardo Bonucci si raja blunder. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Leonardo Bonucci si raja blunder. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
ADVERTISEMENT
Krzysztof Piatek kesal bukan kepalang. Dengan wajah merah padam, dia memukul-mukulkan tangannya ke tanah. Beberapa detik sebelumnya, dia dipermalukan oleh Cristiano Ronaldo. Bola yang semestinya bisa dia sapu dari mulut gawang itu disambar lebih cepat oleh Ronaldo dan dimasukkan lewat sela-sela kakinya ke dalam gawang.
ADVERTISEMENT
Gol Ronaldo itu membawa Juventus unggul 1-0. Sampai pada titik itu, sepertinya rekor seratus persen mereka di Serie A bakal terus berlajut. Terlebih, Genoa sedang tidak stabil. Rival sekota Sampdoria tersebut masih terjebak di papan bawah dan baru saja mengganti pelatih. Plus, pada babak pertama laga tersebut Piatek berhasil diredam oleh duo bek Juventus, Leonardo Bonucci dan Medhi Benatia. Wojciech Szczesny pun tak banyak bekerja keras.
Pada babak kedua, Juventus terus berusaha menambah keunggulan. Akan tetapi, di tengah upaya tersebut mereka lupa bahwa sebuah tim sepak bola tidak seharusnya cuma menyerang dan menyerang. Ada satu hal penting bernama pertahanan yang mereka lupakan. Inilah yang membuat petaka kemudian menghampiri mereka.
Di tengah gempuran konstan Juventus, Genoa berhasil menemukan satu kesempatan untuk menyerang. Aslinya, serangan Il Grifone itu bisa dengan mudah dipatahkan oleh Benatia. Bola disapu oleh bek asal Maroko itu keluar lapangan. Well, setidaknya begitulah niat Benatia, karena bola ternyata bergulir terlalu pelan sehingga bisa dikuasai oleh Christian Kouame hanya beberapa sentimeter dari garis tepi.
ADVERTISEMENT
Oleh Kouame, bola kemudian dikirim ke kotak penalti lewat sebuah umpan silang. Benatia yang tak mengira bola bakal dikuasai pemain lawan mencoba untuk menutup gerak Kouame, tetapi dia terlambat. Bola pun melesat menuju mulut gawang dan di sana ada Daniel Bessa yang menyambutnya dengan tandukan kepala. Skor 1-1 itu bertahan sampai laga rampung dan rekor seratus persen Juventus terhenti.
Bola kiriman Kouame itu seharusnya tidak perlu sampai ke kepala Bessa. Sebab, di depan eks pemain Hellas Verona itu ada Bonucci yang berjaga. Akan tetapi, pandangan mantan pemain Internazionale itu terlalu terfokus kepada bola sehingga dia alpa akan keberadaan Bessa. Kealpaan Bonucci itulah yang pada akhirnya membuat Juventus kehilangan dua angka.
ADVERTISEMENT
Musim ini, jika dilihat dari segi jumlah kebobolan, pertahanan Juventus adalah salah satu yang terbaik di Serie A. Mereka baru kemasukan enam gol, sama seperti Inter, dan hanya kalah dari Sampdoria yang baru kebobolan empat kali. Namun, justru di situ masalahnya. Sebab, Juventus seharusnya cuma kebobolan satu gol jika Bonucci tak terus menerus berbuat kesalahan.
Ya, lima dari enam gol yang diderita Juventus musim ini di Serie A lahir karena kesalahan Bonucci. Empat dari lima gol tersebut tercipta karena Bonucci tidak becus dalam mengantisipasi serangan udara.
Gol-gol yang dicetak oleh Mariusz Stepinski (Chievo Verona), Gervinho (Parma), Khouma Babacar (Sassuolo), dan Bessa tercipta karena proses yang kurang sama. Bonucci terlalu terfokus pada bola dan tidak mengantisipasi gerakan pemain lawan. Di setiap gol itu, tak pernah terlihat sekali pun Bonucci memberikan penjagaan ketat pada sang pencetak gol. Padahal, semestinya itu semua merupakan tugasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, satu gol lain lahir dari kesalahan Bonucci dalam mengumpan. Ini ironis. Sebab, memberikan umpan adalah kelebihan utama pemain 31 tahun tersebut. Kesalahan umpan ini terjadi pada laga melawan Napoli. Bonucci memberi umpan yang dipotong oleh Allan dan bola pun diteruskan ke depan sampai akhirnya diceploskan ke gawang oleh Dries Mertens.
Sampai saat ini, bisa ditarik sebuah hipotesis bahwa mendatangkan kembali Bonucci dari Milan adalah blunder transfer bagi Juventus. Di saat Cristiano Ronaldo sudah berkontribusi terhadap terciptanya 10 gol -- 5 gol dan 5 assist -- untuk La Vecchia Signora, Bonucci merusak itu dengan lima blundernya. Dengan demikian, mengeksploitasi Bonucci adalah salah satu cara yang harus dilakukan Manchester United untuk bisa membungkam Juventus.
ADVERTISEMENT
Lukaku (kiri) tangguh dalam bola-bola atas. (Foto: Reuters/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Lukaku (kiri) tangguh dalam bola-bola atas. (Foto: Reuters/Dylan Martinez)
Rabu (24/10/2018) dini hari WIB mendatang, United akan menjamu Juventus di Old Trafford. Kebetulan, musim ini United cukup produktif dalam mencetak gol via sundulan. Di Premier League, 'Iblis Merah' sudah mengemas 18 gol dan tiga di antaranya lahir lewat sundulan. Bersama Leicester City, Newcastle United, Liverpool, dan Fulham, United jadi tim dengan gol sundulan terbanyak keempat.
Memang benar bahwa jumlah itu masih kalah jauh ketimbang Everton yang sudah mencetak enam gol sundulan. Akan tetapi, tiga gol tadi menunjukkan potensi yang besar bagi United dalam mengoptimalkan serangan udara. Apalagi, mereka punya striker yang unggul dalam bola-bola atas bernama Romelu Lukaku Bolingoli.
Di Liga Champions, dari dua laga United belum mencetak gol lewat kepala sama sekali. Menariknya, menghadapi Juventus yang dikenal tangguh dalam bertahan justru kesempatan itu terbuka untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Namun, bisa jadi misi itu juga tidak akan terwujud. Pasalnya, setelah lima blunder, tentu ada kemungkinan Bonucci dibangkucadangkan dan tempatnya sebagai pendamping Giorgio Chiellini digantikan oleh Benatia, Andrea Barzagli, bahkan Daniele Rugani. Jadi, meski bisa berharap dari serangan bola atas, United tetap perlu mencari alternatif lain untuk menggetarkan jala gawang Juventus.