Memprediksi Penghuni Skuat Italia di Piala Dunia 2022... Kalau Lolos

14 November 2017 15:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donnarumma berduel dengan Martin Caceres. (Foto: AFP/Valery Hache)
zoom-in-whitePerbesar
Donnarumma berduel dengan Martin Caceres. (Foto: AFP/Valery Hache)
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini, semua sudah terlambat bagi Tim Nasional Italia. Piala Dunia sudah dipastikan lepas dari genggaman dan kini, yang bisa mereka lakukan adalah menatap masa depan dan memperlakukan masa depan itu dengan selayaknya.
ADVERTISEMENT
Dengan kegagalan lolos ke Rusia tahun depan, artinya Italia harus menunggu lima tahun lagi untuk bisa berlaga di Piala Dunia. Tentunya, dengan catatan, mereka harus lolos dulu. Tetapi, anggaplah Italia sudah berbenah. Anggaplah mereka kemudian mampu belajar dengan baik dan akhirnya bisa memastikan diri berlaga di Qatar. Siapakah kemudian nama-nama yang pantas untuk membela panji-panji Lo Nazionale?
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Gigi Buffon, Andrea Barzagli, Giorgio Chiellini, dan Daniele De Rossi telah memutuskan untuk pensiun dari timnas. Usia mereka memang sudah tidak muda dan kalaupun Italia lolos ke Piala Dunia 2018, sepertinya selepas turnamen itu pun mereka berempat bakal mundur.
Kehilangan keempat pemain itu jelas merupakan cobaan yang tak mudah bagi Gli Azzurri. Namun, sisi positifnya adalah mereka kini bisa mengalihkan pandangan kepada pemain-pemain muda yang sebetulnya sudah layak untuk mengenakan kostum tim nasional.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi pengganti Buffon, misalnya, Italia jelas-jelas sudah memiliki sosok Gianluigi "Gigio" Donnarumma. Terlepas dari prestasi Milan yang masih angin-anginan, Donnarumma sudah berulang kali membuktikan bahwa dirinya memang layak disebut sebagai pewaris takhta Buffon.
Secara umum, atribut mereka berdua mirip. Baik Donnarumma maupun Buffon adalah shot-stopper andal. Mereka punya refleks yang bagus dan punya keunggulan dalam situasi satu-lawan-satu. Kini, usianya baru 18 tahun dan lima tahun lagi, usianya pun baru akan menginjak angka 23. Dengan potensinya saat ini, rasanya tak mustahil jika nantinya Donnarumma bisa menyamai Buffon.
Kemudian, untuk posisi bek tengah. Setelah kehilangan Barzagli dan Chiellini, Italia sebetulnya tak perlu terlalu waswas karena saat ini, sudah ada dua bek tengah muda berkualitas di Serie A dalam diri Daniele Rugani dan Mattia Caldara. Kebetulan pula, kedua pemain ini juga merupakan milik Juventus, meski saat ini Caldara masih dipinjamkan ke Atalanta.
ADVERTISEMENT
Baik Rugani maupun Caldara sama-sama berusia 23 tahun dan lima tahun nanti, mereka akan berada di usia emas, 28. Saat ini, Rugani sudah mulai kerap dipercaya menjadi pemain inti di Serie A meski untuk ajang Liga Champions, Massimiliano Allegri masih lebih memilih Medhi Benatia atau Andrea Barzagli.
Sementara itu, Caldara kini merupakan andalan Atalanta baik di Serie A maupun Liga Europa. Musim depan, dirinya bakal benar-benar berseragam Juventus dan dengan makin uzurnya Barzagli dan Chiellini, bisa jadi pemain asli Bergamo ini tak butuh waktu banyak untuk menembus tim utama Juventus.
Caldara bersama Timnas Italia U-21 (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Caldara bersama Timnas Italia U-21 (Foto: AFP/Marco Bertorello)
Akan sangat menarik melihat kelanjutan duet dua bek sentral ini nantinya di Juventus. Jika mereka bisa terus mengembangkan potensi dan mematangkan permainan bersama "Si Nyonya Tua", rasanya tempat di Timnas Italia takkan jauh-jauh dari genggaman.
ADVERTISEMENT
Selain Caldara dan Rugani, tentu saja ada nama Alessio Romagnoli (22) dan Filippo Romagna (20) sebagai wakil generasi muda. Romagnoli saat ini sudah menjadi salah satu andalan Milan, sementara Romagna, meski sempat kesulitan di awal-awal kariernya, kini tengah menikmati kerasnya Serie A bersama Cagliari. Kemudian, jika tak mengalami penurunan drastis, Leonardo Bonucci pun masih mungkin diikutsertakan ke Qatar meski saat itu, usianya bakal menginjak angka 35.
Untuk posisi full-back atau bek sayap, Italia sebetulnya saat ini sudah punya Leonardo Spinazzola dan Andrea Conti. Kedua pemain ini sudah menjadi bagian dari setelan standar Lo Nazionale. Hanya saja, saat ini Conti sedang mengalami cedera parah yang membuatnya absen sampai Maret tahun depan. Jika setelah sembuh dari cedera nanti Conti mampu mengeluarkan kembali kemampuan terbaiknya, satu spot reguler timnas pun rasanya bakal jadi jaminan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Spinazzola performanya sempat kurang maksimal karena pada awal-awal musim statusnya sempat dibekukan Atalanta. Namun, belakangan dia kembali diturunkan dan sampai sejauh ini telah menyumbang dua assist bagi La Dea. Musim depan, dirinya akan kembali ke Juventus dan rasanya, perkembangan Spinazzola baru benar-benar meningkat pesat di Allianz Stadium.
Barella (putih) di Euro U-19 2016. (Foto: AFP/Daniel Roland)
zoom-in-whitePerbesar
Barella (putih) di Euro U-19 2016. (Foto: AFP/Daniel Roland)
Untuk melapis Conti dan Spinazzola, ada nama Davide Calabria dan Adam Masina. Calabria (21 tahun) adalah deputi Conti di Milan, sedangkan Masina adalah pemain Bologna yang sudah kerap bermain untuk tim U-21 Italia. Soal Masina ini, Italia harus berhat-hati. Pasalnya, pemain 23 tahun ini bisa juga membela Maroko. Ada baiknya kalau mereka cepat-cepat mengikat Masina sebelum "dicuri" negara asalnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, untuk posisi gelandang tengah, tentunya nama Marco Verratti dan Jorginho masih bakal diharapkan untuk turun berlaga di 2022. Saat ini, kedua pemain itu masih berusia 25 tahun dan akan berada pada usia matang di Qatar kelak.
Sebagai pendamping kedua pemain ini, Italia memiliki cukup banyak opsi, mulai dari Roberto Gagliardini (Internazionale/23), Nicolo Barella (Cagliari/20), Marco Benassi (Fiorentina/23), Manuel Locatelli (Milan/19), Alessandro Murgia (Lazio/21), Rolando Mandragora (Crotone/20), Alberto Grassi (SPAL/22), Lorenzo Pellegrini (Roma/21), sampai Stefano Sensi (Sassuolo/22). Hampir semua pemain ini sekarang sudah menjadi pemain reguler di timnya masing-masing.
Beralih ke lini depan, di sini juga ternyata Italia memiliki cukup banyak opsi. Lorenzo Insigne di 2022 nanti bakal berusia 31 tahun. Meski tak bisa dibilang muda, rasanya pemain Napoli ini tetap bakal menjadi nama reguler di timnas jika tak ada penurunan kualitas yang signifikan. Selain Insigne, Italia juga masih memiliki Federico Bernardeschi (Juventus/23), si topskorer Piala Dunia U-20, Riccardo Orsolini (Atalanta/20), serta Federico Chiesea (Fiorentina/20) dan Daniele Verde (Verona/21) untuk pos penyerang sayap.
ADVERTISEMENT
Orsolini di Piala Dunia U-20 2017. (Foto: AFP/Yung Jeon-Je)
zoom-in-whitePerbesar
Orsolini di Piala Dunia U-20 2017. (Foto: AFP/Yung Jeon-Je)
Lalu, untuk penyerang tengah, Andrea Belotti yang di 2022 akan berusia 28 tahun tampaknya masih bakal jadi tumpuan. Namun, seandainya Belotti ternyata tiba-tiba kehilangan kemampuan, Italia punya stok yang cukup melimpah di kelas junior. Sebut saja Patrick Cutrone, misalnya.
Cutrone kini masih berusia 19 tahun, tetapi dalam beberapa kesempatan, dia telah menjadi tumpuan Milan. Dari enam kesempatan menjadi starter, dirinya sudah mengemas tiga gol plus satu assist untuk Diavolo Rosso.
Selain Cutrone, ada pula nama-nama macam Pietro Pellegri, si remaja ajaib milik Bologna, serta Moise Kean. Usia Pellegri kini baru 16 tahun, sementara Kean setahun lebih tua. Meski begitu, kedua penyerang ini sudah cukup dipercaya oleh klubnya masing-masing, Genoa dan Verona, untuk turun berlaga di Serie A. Pellegri saat ini sudah mengemas dua gol, sementara Kean satu gol.
ADVERTISEMENT
Nama-nama yang disebut di sini tentunya belum mencakup seluruh potensi yang dimiliki generasi muda Azzurri. Selain mereka, ada pula nama-nama Simone Scuffet dan Alex Meret di posisi penjaga gawang, Federico Dimarco, Claud Adjapong, serta Lorenzo Dickmann di posisi bek sayap, serta Federico Bonazzoli dan Andrea Petagna untuk posisi penyerang tengah.
Secara umum, Italia memang sebetulnya memiliki talenta-talenta dengan kualitas serta kuantitas yang cukup baik. Hanya saja, apakah nama-nama ini nantinya bakal bisa membawa Italia berprestasi, tentu itu bakal dipengaruhi banyak hal. Tetapi, dari sini Italia semestinya sadar diri. Mereka tidak perlu dan tidak boleh melakukan pendekatan berbasis inferioritas lagi.