news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Memuja Dewa Sepak Bola ala Barcelona

26 Maret 2017 11:33 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Cruyff, abadi di Barcelona. (Foto: FC Barcelona)
Jordi Cruyff termasuk salah satu dari hampir seratus ribu penonton yang nafasnya tercekat ketika Barcelona lolos dari lubang jarum usai mengalahkan Paris Saint-Germain 6-1. Kemenangan itu, terlepas dari segala kontroversi yang menggelayuti, adalah salah satu cerita paling heroik yang pernah ada di sepak bola.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang hanya bisa menggelengkan kepala. Masalahnya, kemenangan itu memang sulit sekali dicerna akal sehat. Terlebih lagi, ingatan kala Barcelona luluh lantak di Parc des Princes tiga pekan sebelumnya masih cukup segar. Malam itu, mukjizat memang turun di Camp Nou dan Jordi Cruyff percaya bahwa ayahnya, Johan, sang legenda agung sepak bola, "membantu dari langit".
Taktik yang digunakan Luis Enrique, menurut Jordi, merupakan perwujudan spirit sang ayah yang meninggal 24 Maret 2016 lalu. Memainkan tiga bek sentral tanpa full-back, Barcelona memang "tidak perlu kehilangan pemain" karena lawan hanya memasang satu penyerang murni. Dengan menang jumlah pemain di depan, Barcelona pun akhirnya berhasil memaksa lawannya untuk pulang dengan kepala tertunduk.
ADVERTISEMENT
Jordi Cruyff benar dan meski Johan sudah tidak bersentuhan langsung dengan Barcelona sejak 1996, semua hal yang ada di Barcelona saat ini masih sangat berbau Johan Cruyff. Filosofi, gaya main, bahkan arogansi. Semua sangat Cruyff.
Cruyff, berjasa untuk Barcelona dan Catalunya. (Foto: FC Barcelona)
Sebagai pemain, Johan Cruyff adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa. Meski besar di Ajax, Cruyff sempat membela Barcelona selama lima musim dan dalam kurun waktu itu, dia memberi Barcelona nyawa baru. Selain memberi titel La Liga pertama dalam 14 tahun, Cruyff juga memberi klub Catalunya itu identitas. Dia memberi Barcelona sebuah kebanggaan (baru) untuk menjadi Barcelona dan menjadi sebuah klub dari Catalunya.
Seorang jurnalis dari New York Times, tulis sejarawan sepak bola Jimmy Burns dalam buku Barca: A People's Passion, ketika itu menyebut bahwa Johan Cruyff lebih berhasil menghidupkan spirit orang-orang Catalunya dalam 90 menit ketimbang para politisi yang sudah berjuang bertahun-tahun. Kata-kata itu ditulis usai Barcelona menghajar Real Madrid 5-0 di Santiago Bernabeu pada 17 Februari 1974 silam.
ADVERTISEMENT
Cruyff pergi dari Barcelona pada 1978 untuk bergabung dengan klub North American Soccer League (NASL), Los Angeles Aztecs. Pada 1984, dia menutup karier sebagai pemain profesional di Feyenoord dan empat tahun kemudian, pria yang sempat sulit dilepaskan dari rokok ini kembali ke Barcelona untuk menjadi pelatih.
Sebagai pelatih, Cruyff menyempurnakan apa yang dulu pernah diberinya ketika menjadi pemain. Tak hanya meninggalkan gelar yang melimpah, dia juga meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya: filosofi dan identitas. Dua hal itu terejawantahkan dengan sempurna dalam sosok Josep Guardiola.
Tahun lalu, Johan Cruyff akhirnya menyerah pada kanker paru-paru yang dideritanya sejak 2015. Sepak bola, kata Gary Lineker yang pernah diasuh Cruyff, kehilangan sosok yang paling besar jasanya. Barcelona sendiri menjadi pihak yang paling terpukul dengan kepergian Cruyff. Pasalnya, karena filsuf satu inilah Barcelona bisa menjadi benar-benar besar dan menggurita. Karena sosok angkuh satu inilah slogan "Mes Que un Club" tidak hanya jadi pepesan kosong. Karena Cruyff, Barcelona bisa menjadi Barcelona yang sekarang.
ADVERTISEMENT
Rancangan Estadi Johan Cruyff. (Foto: FC Barcelona)
Oleh karena itu, untuk memperingati setahun meninggalnya sang legenda, Barcelona mengumumkan dua hal sebagai bentuk penghormatan mendalam mereka pada Cruyff. Pertama, mereka bakal menamai stadion di tempat latihan mereka yang baru dengan nama Estadi Johan Cruyff. Kemudian, sebuah patung Cruyff akan dipahat dan diletakkan di pelataran Camp Nou.
Kini, setelah selama ini "hanya" mengabadikan Johan Cruyff lewat filosofi bermain, Barcelona ingin mengabadikan dewa sepak bola mereka dengan dua altar pemujaan yang menghubungkan terra prima dengan alam baka.