Mengulik Kans Wayne Rooney Memecahkan Rekor Alan Shearer

22 Agustus 2017 14:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wayne Rooney pada laga melawan City. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Wayne Rooney pada laga melawan City. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Jika ada orang yang lebih dibenci suporter Manchester City dibanding Sir Alex Ferguson, maka ia, tak lain dan tak bukan, adalah Wayne Rooney. Kalau tidak percaya, cari saja foto-foto yang menunjukkan bagaimana para suporter City bereaksi usai Rooney mencetak gol untuk Everton di Etihad Stadium, dini hari (22/8) tadi.
ADVERTISEMENT
Kebencian yang ditunjukkan para suporter City itu memang wajar karena meski merupakan alumnus akademi Everton, Rooney adalah legenda Manchester United. Dengan status sebagai top skorer "Setan Merah" sepanjang masa dan gelar yang bergelimangan, Rooney memang layak untuk dibenci suporter klub rival.
Namun, rasanya di tribun Etihad Stadium itu tak banyak yang tahu bahwa gol itu punya arti spesial bagi seorang Wayne Rooney. Selain mengamankan satu poin untuk The Toffees, gol itu adalah gol ke-200 Wazza sepanjang kariernya di Premier League.
Entahlah. Mungkin, jika mereka tahu bahwa gol itu punya arti demikian, barangkali yang akan dilontarkan kepada Rooney tak hanya sumpah serapah, tetapi juga koin atau korek api.
Masalahnya, itu bukan kali pertama Rooney mencetak gol milestone ke gawang The Citizens. Sebelumnya, pada gol ke-50 dan ke-150, pemain kelahiran Croxteth itu juga mencetaknya ke gawang City. Itulah mengapa, selain fakta bahwa dia adalah legenda United, Rooney menjadi sosok yang begitu ditakuti sekaligus dibenci suporter Manchester Biru.
ADVERTISEMENT
Gol ke-200 itu sendiri kemudian membuat Rooney masuk ke jajaran super elite Premier League, yakni jajaran pemain yang bisa mencapai 200 gol. Sebelumnya, hanya ada nama Alan Shearer di sana. Legenda Newcastle United itu, sepanjang kariernya di Premier League, mampu mencetak 260 gol.
Pertanyaannya kemudian, apakah Rooney nantinya mampu memecahkan rekor Shearer tersebut? Di sini, mari kita coba telaah kemungkinannya.
Rooney saat ini sudah berusia 31 tahun dan di Everton, dia dikontrak selama dua musim. Artinya, jika memang nantinya tidak diperpanjang lagi, Rooney akan meninggalkan The Toffees pada usia 33 tahun.
Sampai sejauh ini, Rooney sudah bermain sebanyak 462 kali. 21 kali lebih banyak dibanding Shearer. Adapun, Shearer sendiri pensiun pada usia 36 tahun.
ADVERTISEMENT
Top skorer Premier League, Alan Shearer. (Foto: Twitter/AccaTracker App)
zoom-in-whitePerbesar
Top skorer Premier League, Alan Shearer. (Foto: Twitter/AccaTracker App)
Dari sini, terlihat bahwa Shearer punya rekor gol per pertandingan yang lebih baik ketimbang Rooney di mana dia mampu menyarangkan 0,59 gol per pertandingan. Rooney, sementara itu, "hanya" mampu mencetak 0,43 gol per laga.
Namun, yang perlu diingat adalah dalam musim-musim terakhirnya di Manchester United, Rooney tak lagi bermain sebagai ujung tombak. Sejak United masih ditangani Fergie, Rooney sudah kerap dimainkan sebagai playmaker. Selain itu, di bawah Jose Mourinho, Rooney lebih kerap bermain sebagai pemain cadangan di mana dia tidak memiliki menit bermain yang cukup untuk bisa menciptakan impak.
Di Everton sendiri, Rooney dimainkan Ronald Koeman tak hanya sebagai ujung tombak, tetapi juga sebagai pemain inti. Dan ini sudah dibuktikan Rooney dengan dua gol dari dua pertandingan. Artinya, ada kemungkinan bahwa tingkat produktivitas top skorer sepanjang masa Tim Nasional Inggris ini bakal kembali meningkat.
ADVERTISEMENT
Everton sendiri saat ini sedang berusaha untuk kembali menjadi tim papan atas seperti pada dekade 1980-an dulu. Tidak mudah, memang, untuk menggeser tim-tim mapan lain seperti Chelsea, City, United, Arsenal, Liverpool, atau Tottenham Hotspur. Namun, setidaknya, Everton telah menunjukkan gelagat yang serius.
Sigurdsson dalam laga debut bersama Everton. (Foto: Reuters/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Sigurdsson dalam laga debut bersama Everton. (Foto: Reuters/Phil Noble)
Di bursa transfer musim panas ini, Everton adalah salah satu tim tersibuk. Tak hanya di Inggris, malah, tetapi juga di Eropa. Sampai sejauh ini, sudah ada delapan pembelian mayor yang mereka lakukan, termasuk ketika memecahkan rekor transfer dengan mendatangkan Gylfi Sigurdsson. Selain Sigurdsson dan Rooney, tentunya, pemain-pemain lain yang didatangkan Everton pun punya kualitas tinggi seperti Davy Klaassen, Michael Keane, Jordan Pickford, dan Sandro Ramirez.
Para pemain baru itu, ditambah dengan nama-nama mapan yang sudah ada di Everton seperti Leighton Baines, Ashley Williams, Morgan Schneiderlin, Phil Jagielka, dan Idrissa Gueye, diharapkan mampu meningkatkan level Everton dari tim papan tengah menjadi tim papan atas. Sekali lagi, memang tidak mudah. Namun, ini adalah pertanda yang baik.
ADVERTISEMENT
Dari dua pertandingan Premier League yang telah dilakoni, Koeman selalu menggunakan pakem tiga bek, yakni 3-4-2-1 dan 3-5-2. Dari dua laga itu, Rooney menjalankan dua peran berbeda, yakni gelandang serang saat menghadapi Stoke City dan penyerang tengah saat melawan Manchester City. Dengan belum optimalnya Sandro saat menghadapi Stoke, Rooney-lah yang kemudian menjadi pahlawan.
Dengan pakem tiga bek itu, serangan-serangan Everton memang kemudian terfokus ke area sayap, terutama sayap kanan. Bahkan, dua gol mereka pun lahir lewat serangan dari sisi ini. Yang menarik, sebagai pemain depan, Rooney sendiri lebih kerap beroperasi di sini. Artinya, seandainya pun dia tidak mencetak gol, serangan Everton berpusat atau dipusatkan di Rooney.
Heatmap Rooney vs Stoke. (Foto: WhoScored)
zoom-in-whitePerbesar
Heatmap Rooney vs Stoke. (Foto: WhoScored)
Heatmap Rooney vs City. (Foto: WhoScored)
zoom-in-whitePerbesar
Heatmap Rooney vs City. (Foto: WhoScored)
Inilah yang sementara ini membuat Rooney kembali bersinar. Bukan perkara teknis memang karena ini adalah soal bagaimana Rooney diperlakukan. Jika di United dia dianggap sudah habis, di Everton dia diperlakukan seperti pahlawan dan orang berharap banyak kepadanya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Rooney juga sejauh ini mampu menunjukkan kematangan dalam permainan. Dia memang tak lagi cepat, kuat, dan punya tenaga yang tak ada habisnya. Namun, di usia yang sekarang ini dia sudah bisa bergantung pada kemampuannya mencari ruang kosong. Dua golnya sejauh ini di Premier League adalah bukti dari kemahirannya mencari ruang kosong itu.
Hal ini kemudian ditambah dengan bagaimana Everton takkan pula bergantung pada Rooney untuk menjadi pengatur permainan. Dengan keberadaan Sigurdsson dan Klaassen, suplai bola kepada Rooney seharusnya tidak akan kurang.
Perlu diingat pula bahwa Seamus Coleman, wing-back kanan andalan Everton, sudah mulai berlatih usai mengalami cedera. Kehadiran pemain-pemain yang bisa menciptakan peluang dan perubahan cara bermain Rooney inilah yang membuat kans Rooney untuk memecahkan rekor Shearer menjadi terbuka.
ADVERTISEMENT
Rooney setidaknya masih punya dua musim untuk mencetak 60 gol. Menilik rekornya selama ini, sebetulnya hal itu agak sulit untuk diwujudkan. Namun, apabila nantinya Rooney terus bermain bagus dan kontraknya diperpanjang, tentu bukan tidak mungkin saat pensiun nanti dia akan menjadi pemain Premier League tersubur sepanjang masa.