Milan Menang, Semua Senang

11 Desember 2017 16:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Borini dan Bonaventura. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Borini dan Bonaventura. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
ADVERTISEMENT
Keajaiban itu sudah tidak ada lagi. Pada laga Serie A pekan ke-16, semuanya kembali ke normal dan bagi Benevento, "normal" punya arti berbeda. Bagi debutan Serie A itu, kembali ke normal berarti kembali menelan kekalahan. Bertandang ke Dacia Arena di Friuli, Benevento harus pulang dengan tangan hampa usai dipukul tuan rumah Udinese dua gol tanpa balas. Nama Alberto Brignoli yang sempat menggegerkan dunia pun kembali jadi semenjana seperti yang seharusnya.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan cuma Benevento yang kembali ke normal. Tim yang pada pekan lalu mereka kejutkan, Milan, pun akhirnya kembali ke normal dan bagi Rossoneri, ini berarti kembali meraup tiga angka. Menjamu Bologna di San Siro, "Iblis Merah" sukses menang dengan skor 2-1. Mereka pun kini naik ke urutan tujuh klasemen dan menempel Sampdoria yang punya keunggulan tiga poin plus satu laga tersisa.
Jika ditilik dari apa yang terpampang di papan skor, kemenangan Milan atas Bologna itu tentu tidak bisa dibilang impresif. Sudah seharusnya Milan menang atas Bologna dan seharusnya, mereka bisa menang dengan skor yang lebih besar dari itu. 2-0 misalnya, atau 3-1, 4-1, dan seterusnya.
Akan tetapi, Milan yang ini tentunya bukan Milan yang dulu. Milan yang ini adalah Milan yang, meskipun sudah mendapat penawar atas masalah finansial mereka dan belanja besar-besaran, masih belum bisa kembali seperti dulu. Maka dari itu, walau itu seharusnya adalah hal yang lumrah, kemenangan mereka atas Bologna tidak bisa diartikan sebagai kemenangan biasa.
ADVERTISEMENT
Ada dua alasan untuk menyebut mengapa kemenangan itu adalah kemenangan yang luar biasa. Pertama, ini adalah kemenangan pertama Diavolo Rosso bersama allenatore baru mereka, Gennaro Ivan Gattuso. Kedua, kemenangan itu diraih dengan menggunakan formasi 4-3-3 yang sebenarnya direncanakan untuk jadi formasi andalan Milan oleh allenatore sebelumnya, Vincenzo Montella. Artinya, ini adalah kemenangan yang seharusnya bisa membangkitkan optimisme Milan untuk sisa perjalanan mereka musim ini.
Seperti yang diutarakan Direktur Olahraga Milan, Massimiliano Mirabelli, awalnya mereka tidak punya niat untuk membeli Leonardo Bonucci. Akan tetapi, kesempatan itu kemudian datang dan mereka pun memanfaatkan itu.
Kedatangan Bonucci ini kemudian membuat Montella kebingungan. Dengan reputasi Bonucci yang tidak terlalu fasih bermain dalam formasi empat bek, Montella pun kemudian memaksakan pakem tiga bek untuk mengakomodasi sang kapten anyar.
ADVERTISEMENT
Itu semua, tentu saja, tidak berhasil karena kalau berhasil, Montella tentunya tidak akan dipecat. Dengan formasi tiga bek, Milan melakoni 11 laga di Serie A. Formasi tiga bek ini sebenarnya bervariasi antara 3-5-2, 3-1-4-2, sampai 3-4-2-1. Dari 11 laga itu, Milan hanya menang tiga kali. Sisanya, mereka kalah lima kali dan bermain imbang tiga kali. Dari situ, formasi 3-5-2 jadi pilihan terburuk karena dalam empat laga, mereka kalah tiga kali dan bermain imbang sekali.
Capaian Milan dengan formasi tiga bek itu sangatlah kontras dengan apa yang mereka raih dengan formasi 4-3-3. Sebelum mengalahkan Bologna, mereka sudah empat kali memainkan formasi ini dan hasilnya, mereka tiga kali menang dan sekali bermain imbang. Dari sini, sangat masuk akal jika Gattuso memutuskan bahwa 4-3-3 adalah formasi terbaik Milan. Milan memang disiapkan untuk formasi ini dan tak heran jika mereka tampil lebih baik dengan formasi ini.
ADVERTISEMENT
Pelatih Milan, Gennaro Gattuso. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Milan, Gennaro Gattuso. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
Salah satu bukti bagaimana Milan memang lebih nyaman bermain dengan formasi ini bisa ditilik dari pernyataan penyerang sayap mereka, Fabio Borini, usai laga melawan Bologna. Dilansir Football-Italia, mantan pemain Chelsea dan Roma itu menyebut bahwa posisi sebagai penyerang sayap memang merupakan posisi naturalnya. Dengan demikian, dia pun mampu tampil lebih efektif.
"Sebagai penyerang sayap, aku bisa beroperasi lebih dekat dengan gawang, walaupun aku juga tidak bisa serta merta melupakan pertahanan," ucap Borini.
Lebih jauh lagi, Borini juga menekankan bahwa dengan formasi 4-3-3 itu, Milan bisa memainkan sepak bola sesuai dengan gaya mereka dan memaksa tim lawan untuk menyesuaikan diri. Untuk klub yang sudah menggelontorkan dana ratusa juta euro pada bursa transfer, seharusnya memang pendekatan proaktif-lah yang dijadikan pendekatan utama.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan melawan Bologna itu, Borini diturunkan Gattuso sebagai penyerang sayap kiri. Di sisi yang berseberangan, tampillah pemain ofensif terbaik Milan, Suso. Mereka berdua mengapit penyerang andalan Rossoneri di Serie A, Nikola Kalinic.
Di lini tengah, Milan menurunkan tiga pemain dengan karakteristik berbeda. Ada Riccardo Montolivo yang diplot menjadi pembagi bola, Franck Kessie yang menjadi gelandang box-to-box, dan Giacomo Bonaventura yang menjadi playmaker kedua sekaligus pembawa bola ke depan.
Borini lebih optimal di sayap. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Borini lebih optimal di sayap. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
Dari sini, Milan berhasil tampil dominan. Meski Bologna juga tampil dengan formasi 4-3-3 dan menampilkan sepak bola agresif, Milan mampu mengatasi itu semua dan pada akhirnya, Bologna-lah yang dipaksa untuk meladeni permainan mereka, bukan sebaliknya.
Dominasi Milan itu terlihat dari catatan statistik di mana mereka mampu menguasai bola sampai 58% dan melepaskan 21 upaya mencetak gol dengan tujuh di antaranya menemui sasaran. Dari 21 upaya itu, 16 di antaranya berasal dari open play yang artinya, rencana permainan Gattuso mampu berjalan lancar.
ADVERTISEMENT
Nyamannya Milan bermain itu diungkapkan sendiri oleh Bonaventura yang mampu mencetak dua gol.
"Kami punya pemain-pemain berkualitas yang bisa menahan bola dan kami mencoba melakukan itu hari ini. Semoga ini jadi awal baru untuk Milan," ujar eks-pemain Atalanta itu kepada Mediaset Premium.
Nah, Borini sudah setuju, Bonaventura pun sudah. Lalu, siapa pemain lain yang nantinya bakal diuntungkan dengan perubahan yang dibawa Gattuso ini?
Selebrasi Giacomo Bonaventura. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Giacomo Bonaventura. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
Jawabannya adalah hampir semua pemain Milan. Pasalnya, seperti yang dikatakan Bonaventura, Milan saat ini diisi oleh pemain-pemain yang punya teknik mumpuni dan pendekatan ala Gattuso inilah yang sekiranya lebih pas untuk mereka. Selain itu, dengan formasi 4-3-3, tak ada lagi pemain Milan yang dimainkan di luar posisi seperti Borini yang bermain sebagai wing-back dan Suso yang bermain sebagai penyerang tengah di bawah Montella.
ADVERTISEMENT
Lalu, jika ada satu nama yang sekiranya bakal dirugikan, nama itu adalah Leonardo Bonucci. Ini, tentu saja, mengacu pada kepercayaan lama bahwa Bonucci tidak bisa bermain dengan pakem tiga bek.
Akan tetapi, apabila melihat kiprahnya di Juventus musim lalu, Bonucci sebenarnya bisa-bisa saja bermain dalam formasi empat bek. Hanya saja, sistem yang ada memang harus benar-benar paten untuk menghindari lubang-lubang yang bisa dieksploitasi. Dengan kata lain, semua pihak sebenarnya diuntungkan dari sini.
Pertanyaannya sekarang tinggal bagaimana Milan nantinya bisa menjaga konsistensi. Masalahnya, kemenangan atas Bologna itu, biar bagaimana pun baru satu kemenangan dan itu pun baru diraih atas klub papan bawah.
Nantinya, Milan masih harus menghadapi banyak lawan, termasuk tim-tim papan atas yang tentunya sudah lebih matang dalam mengeksekusi rencana permainannya. Namun, apabila semua pemain Milan sudah merasa nyaman, rasanya hasil positif itu bakal datang dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT