Pembelaan Panpel AWSC Terkait Buruknya Kondisi Lapangan

5 Desember 2017 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gavin Kwan Adsit (paling kiri) (Foto:  ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Gavin Kwan Adsit (paling kiri) (Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
ADVERTISEMENT
Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Aceh, yang menjadi venue turnamen Aceh World Solidarity Cup (AWSC) 2017 tengah menjadi sorotan. Tidak layaknya kondisi lapangan saat Tim Nasional (Timnas) Indonesia bersua Mongolia, Senin (4/12/2017) lalu, menjadi musababnya.
ADVERTISEMENT
Pada laga tersebut, Indonesia dan Mongolia harus bermain di lapangan yang becek dan berlumpur. Hal itu terjadi karena di Tanah Rencong, intensitas hujan memang sedang tinggi-tingginya. Alhasil, dengan kondisi seperti itu, kedua kesebelasan sama-sama tidak bisa menampilkan permainan terbaiknya.
Ketua Panitia Penyelenggara Pertandingan ASWC, Zaini Yusuf, mengakui bahwa buruknya kondisi lapangan itu kemudian membuat pihaknya mendapat protes dari perwakilan kedua kesebelasan. Untuk itu, dirinya pun sudah memiliki penjelasan.
"Kondisi lapangan yang kita lihat dalam turnamen ini tidak bisa kita elakkan karena memang cuaca buruk ini bukan hanya melanda Aceh saja tetapi juga melanda seluruh Indonesia," ucap Zaini.
"Tetapi, untuk memindahkan ke tempat lain, secara standar FIFA tidak diperbolehkan. Meskipun di Aceh ada stadion lain seperti Dhimurtala, misalnya, (stadion itu) belum memenuhi standar FIFA," sambungnya.
ADVERTISEMENT
"Itu adalah alasan yang paling kuat mengapa pertandingan tetap dilanjutkan di sini," kata Zaini.
Terkait persiapan sendiri, lanjut Zaini, pihaknya sudah mempersiapkan gelaran ini sejak tiga bulan sebelumnya. Meski telah matang dalam perencanaan, Zaini tak bisa mengantisipasi faktor cuaca ekstrem yang terjadi di Aceh sendiri.
Kendati demikian, beberapa masukan dari ofisial negara peserta akan menjadi pertimbangan. Salah satunya terlontar dari pelatih Mongolia, Michael Weiss, yang menyarankan agar waktu pertandingan tak digelar ketika musim penghujan.
Osvaldo Haay berlaga untuk Timnas Indonesia. (Foto: ANTARA/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Osvaldo Haay berlaga untuk Timnas Indonesia. (Foto: ANTARA/Irwansyah Putra)
"Kami akan berupaya agar lebih baik lagi di penyelenggaaan berikutnya. Namun, untuk mencari waktu yang tak bertepatan dengan musim penghujan itu sulit. Sebab, di berbagai negara Asia, kompetisi rata-rata berakhir pada November, termasuk di Indonesia sendiri."
ADVERTISEMENT
"Hal itu berbeda dengan kompetisi di Eropa. Di sana, Mei atau Juni kompetisi baru berakhir, sehingga mereka bisa melakoni turnamen pramusim pada Juli hingga Agustus yang mana pada bulan itu adalah musim panas," imbuhnya.
Sementara itu, seorang anggota panitia AWSC, Munawardi Ismail, menekankan pada minimnya pemakaian dan perawatan sebagai penyebab buruknya kondisi lapangan. Menurut pria yang akrab disapa Muna itu, sejak direnovasi pada Oktober 2016 silam, lapangan hampir tak pernah digunakan.
"Hanya saat event Penas (Pekan Nasional Petani Nelayan Nasional) saja pada awal Mei lalu digunakan. Sisanya, ya, tidak pernah lagi," ucap Munawardi.
Indonesia VS Mongolia (Foto: Instagram @aganoah @1ndonesiaku)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia VS Mongolia (Foto: Instagram @aganoah @1ndonesiaku)
Minimnya penggunaan ini pun kemudian berujung pada minimnya perawatan. Muna menjelaskan bahwa penyiraman dan pemotongan rumput dilakukan dalam jangka waktu yang sangat lama.
ADVERTISEMENT
Intensitas curah hujan yang tinggi sejak akhir November lalu dan drainase stadion yang belum memenuhi standar, dikatakan Munan, menjadi penyebab kondisi lapangan langsung rusak ketika digunakan. Terlebih, penyelenggaraan ASWC sendiri hanya memiliki jeda satu hari dan membuat pengelola stadion tak bisa bekerja maksimal untuk memperbaiki stadion.
"Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola itu yang susah. Sebab, stadion ini 'kan milik Pemerintah Kota Banda Aceh. Kalau pemerintah yang mengelola, ya, paham sendiri, lah, bagaimana."
"Kami berupaya semaksimal mungkin agar gelaran ini bisa berjalan baik, tetapi di sisi lain hujan yang turun dengan derasnya juga di luar kuasa kami," tutupnya.